Kisah Air Mata Tobat Nabi Adam

Octri Amelia Suryani - Kisah Nabi dan Rasul Kisah Inspiratif 03/06/2021
Gambar oleh mohamed Hassan dari Pixabay
Gambar oleh mohamed Hassan dari Pixabay

Oase.id - Setiap air mata yang keluar dari hamba yang pendosa dengan sebenar-benarnya taubat tentu akan terasa manis dan sejuk. Dikisahkan dari Nabi Adam yang melakukan dosa akibat tipu daya setan, mengakibatkannya bersama Hawa terhempas ke bumi dalam keadaan tidak mempunyai apa-apa kecuali mahkota dan hiasan pelipisnya.

Setiap kali ia ingin menutupi tubuhnya, seisi surga langsung berjatuhan dari tubuhnya. Seolah tidak sudi membantu Nabi Adam untuk menutupi tubuhnya akibat kesalahan terbesarnya. Kata Ibnu Qudamah, “Setiap kali berusaha menutupi dirinya dengan dedaunan surga, pasti segera berjatuhan.”

Secara hakiki, Nabi Adam adalah penduduk surga, dan sudah seharusnya seisi surga menemaninya. Tapi atas takdir Allah, Nabi Adam akhirnya menjadi penduduk bumi. Meskipun begitu, Allah sudah berjanji bahwa kelak Nabi Adam dan anak cucunya akan kembali ke surga jika menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Perjalanan panjang Nabi Adam sampai bertemu Siti Hawa di bumi ini menjadi pelajaran sangat penting bagi anak cucunya, sehingga bisa menjadi bekal hidup dalam mengabdi kepada-Nya.

Disebutkan dalam kitab Durrotun Nasihin, ketika turun ke bumi, Nabi Adam menangis selama 300 tahun. Selama itu pula, Nabi Adam tidak pernah mengangkat kepalanya karena dosa dan rasa malu atas yang ia kerjakan.

Selain itu, Nabi Adam juga bersujud di atas gunung selama 100 tahun. Di tengah perjalanan tobatnya, air mata Nabi Adam mengalir tanpa henti. Aliran air mata beliau tumpah di jurang Sarandib.

Dalam tangisnya Adam mengucap doa tobatnya, yang terdapat dalam QS. Al-Araf ayat 23:

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِين

Artinya: Ya Tuhan, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami serta memberi rahmat pada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.

Keistimewaan Nabi Adam pada saat itu adalah di sepanjang aliran air mata tobat itu, tumbuh pohon kayu manis dan cengkeh. Air mata yang mengalir di jurang Sarandib juga menjadi minuman burung-burung.

Setelah meminum air tersebut, suara burung-burung itu akhirnya menjadi indah. Burung-burung itu merasakan nikmat yang luar biasa. Sampai-sampai Nabi Adam justru merasa diejek oleh burung-burung itu karena perbuatan dosanya kepada Allah Swt. Karenanya, Nabi Adam kembali menangis atas itu semua.

Dari kejadian ini, Allah menyampaikan wahyu kepada Nabi Adam yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 37, yang berbunyi:

فَتَلَقَّىٰ آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Artinya: Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

Dari ayat tersebut memperlihatkan bahwa Allah tidak pernah meninggalkan Nabi Adam sendiri dengan dosanya. Tetapi, Allah mengajarkan Adam bagaimana bisa kembali pada-Nya. Karena sesungguhnya Allah itu Maha Pengasih dan Maha Lemah Lembut.

Dalam kitab Al-Durrul Mantsur, Imam Jalaluddin al-Suyuti menjelaskan bahwa makna surat Al-Baqarah ayat 37 memberitahu bahwa Nabi Adam telah diajarkan untuk bertawasul agar tobatnya diterima. Allah Swt mengajarkan Nabi Adam untuk bertawasul pada Nabi Muhammad ﷺ, padahal beliau belum dilahirkan.

Terkait kisah air mata tobat Nabi Adam ini, mengajarkan kita pada sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa air mata adalah simbol kelemahan dan biasa dibilang “cengeng”. Berbeda dengan air mata tobat Nabi Adam yang dikeluarkan dengan sungguh-sungguh dan penuh dengan rasa penyesalan yang teramat dalam.

Oleh karena itu, tema ini sangat cocok dijadikan salah satu pelajaran bahwa sebesar apa pun dosa yang kita perbuat, jika bertobat dengan sebenar-benar tobat atau yang disebut dengan taubatan nashuha, maka pintu ampunan akan terbuka.


(ACF)
Posted by Achmad Firdaus