Jangan Memfitnah Teman, Meski Maksudnya Bercanda

N Zaid - Bercanda 28/12/2025
Jangan Memfitnah Teman, Meski Maksudnya Bercanda. Ilustrasi: Pixabay
Jangan Memfitnah Teman, Meski Maksudnya Bercanda. Ilustrasi: Pixabay

Oase.id - Islam bukan agama yang kaku dan menolak keceriaan. Bahkan, Rasulullah ﷺ sendiri dikenal sebagai sosok yang ramah, hangat, dan sesekali bercanda bersama keluarga maupun para sahabat. Namun, ada satu prinsip penting yang selalu beliau jaga: bercanda tanpa melanggar kebenaran dan tanpa menyakiti orang lain.

Rasulullah ﷺ memang bercanda, tetapi tidak pernah berlebihan. Tawanya tidak terbahak-bahak, melainkan lebih sering berupa senyum. Dalam setiap candanya, beliau tetap berkata jujur dan tidak pernah berdusta.

Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan bahwa ia tidak pernah melihat Rasulullah ﷺ tertawa sampai terlihat bagian dalam mulutnya. Beliau hanya tersenyum. Bahkan ketika para sahabat bertanya apakah Rasulullah ﷺ juga bersenda gurau, beliau menjawab, “Ya, tetapi aku tidak mengatakan kecuali yang benar.”

Canda Nabi: Ringan, Menghangatkan, dan Bermakna

Dalam banyak riwayat, Rasulullah ﷺ menunjukkan bahwa canda bisa menjadi sarana mendekatkan hati, bukan melukai perasaan.

Beliau pernah memanggil Anas bin Malik dengan sapaan ringan, “Wahai pemilik dua telinga.” Beliau juga menghibur seorang anak kecil bernama Abu ‘Umair yang bersedih karena burung kesayangannya mati, dengan kalimat lembut yang membuat sang anak tersenyum.

Kepada sahabatnya yang sederhana dan kurang rupawan, Zahir bin Haram, Rasulullah ﷺ bahkan bercanda sambil memeluknya dari belakang dan berkata seolah-olah ingin “menjualnya”. Namun beliau menutup candanya dengan pujian luar biasa, bahwa Zahir sangat berharga di sisi Allah.

Rasulullah ﷺ juga bercanda dengan istrinya, Aisyah radhiyallahu ‘anha, dengan cara yang penuh kasih, tanpa merendahkan atau menyakiti. Bahkan kepada cucunya, Hasan bin Ali, beliau menunjukkan kasih sayang dengan canda yang membuat anak kecil itu tertawa bahagia.

Semua ini menunjukkan bahwa canda dalam Islam bukan sekadar hiburan, tapi sarana menumbuhkan cinta dan empati.

Bercanda Itu Boleh, Tapi Ada Batasnya

Manusia memang butuh hiburan. Rasa penat, jenuh, dan lelah dalam rutinitas wajar terjadi. Karena itu, bercanda dibolehkan dalam Islam. Namun, ada adab dan batasan yang harus dijaga.

Pertama, luruskan niat. Bercanda seharusnya untuk menyegarkan suasana, bukan untuk merendahkan orang lain atau mencari perhatian.

Kedua, jangan berlebihan. Terlalu sering bercanda, apalagi tanpa kontrol, bisa menjatuhkan wibawa dan membuat seseorang dipandang rendah.

Ketiga, perhatikan lawan bicara. Tidak semua orang suka bercanda. Memaksakan humor pada orang yang tidak nyaman justru bisa menimbulkan masalah.

Keempat, hindari bercanda dalam perkara serius, seperti di majelis ilmu, pengadilan, atau saat memberikan kesaksian.

Larangan dalam Bercanda: Jangan Sampai Salah Kaprah

Islam dengan tegas melarang beberapa bentuk canda, meskipun dibungkus dengan alasan “hanya bercanda”.

Menakut-nakuti orang lain, misalnya menyembunyikan barang atau membuat orang terkejut, jelas dilarang. Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa tidak halal bagi seorang muslim membuat takut muslim lainnya.

Berdusta demi tawa juga tidak dibenarkan. Nabi ﷺ bahkan menjanjikan surga bagi orang yang meninggalkan dusta, meski dalam bercanda. Sebaliknya, beliau memberi peringatan keras bagi orang yang berbohong demi membuat orang lain tertawa.

Lebih berat lagi, bercanda dengan cara memfitnah, menuduh, membuka aib, atau mengejek kelompok tertentu. Ini sering terjadi dalam guyonan sehari-hari, tetapi sangat berbahaya. Fitnah tetaplah fitnah, meski dibungkus tawa.

Karena itu penting untuk diingat: jangan memfitnah, meski maksudnya bercanda.

Hindari Canda Kasar dan Merendahkan Agama

Canda yang berisi kata-kata kotor, penghinaan, atau kekerasan sering kali berujung pada pertengkaran. Tak sedikit perkelahian bermula dari candaan yang kebablasan.

Lebih parah lagi jika canda menyentuh simbol-simbol agama, ayat Al-Qur’an, atau syiar Islam. Allah mengingatkan bahwa mempermainkan agama, meski dengan alasan bercanda, adalah perbuatan yang sangat berbahaya dan bisa menyeret pelakunya pada dosa besar.

Mengagungkan syiar agama justru merupakan tanda ketakwaan hati.

Islam tidak melarang tawa dan canda. Namun Islam mengajarkan canda yang beradab, jujur, dan berempati. Rasulullah ﷺ telah memberi teladan terbaik: bercanda tanpa dusta, tanpa fitnah, tanpa merendahkan.

Semoga kita bisa meniru akhlak beliau—membuat orang lain tersenyum, tanpa harus melukai hati siapa pun.


(ACF)
TAGs:
Posted by Achmad Firdaus