Hukum Berbohong untuk Membuat Orang Tertawa
Oase.id - Kejujuran adalah akhlak penting yang dipromosikan Islam dengan tegas, bukan sekadar imbauan sambil lalu. Berbagai ayat dan hadits mendorong setiap muslim untuk tidak menganggap remeh kebiasaan berbohong, meski berangkat dari sebuah candaan.
Berikut ini adalah dalil-dalil pentingnya akhlak kejujuran dan keutamaan meninggalkan dusta.
1. Kejujuran Membawa Kebaikan
Dari Abdullah Ibnu Mas'ud, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Hendaknya kamu selalu jujur karena kejujuran itu akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu akan membawa ke dalam surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Kejujuran Membawa Ketenangan
Dari Abu Muhammad Al Hasan Bin Ali ra, Ia berkata, Aku menghafal hadits dari Rasulullah ﷺ, yaitu: “Tinggalkanlah olehmu apa saja yang kamu ragukan dan beralihlah kepada yang tidak kamu ragukan. Sesungguhnya kejujuran itu ketenangan dan kedustaan itu kebimbangan.” (H.R. Tirmidzi)
3. Pedagang yang Jujur Seperti Syuhada
Pedagang yang berdusta dan sering bersumpah palsu disebut Rasulullah ﷺ sebagai tukang maksiat.
Dari ‘Abdurrahman bin Syibel, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Para pedagang adalah tukang maksiat”. Di antara para sahabat ada yang bertanya: “Wahai Rasulullah, bukankah Allah telah menghalalkan jual-beli?”. Rasulullah menjawab: “Ya, namun mereka sering berdusta dalam berkata, juga sering bersumpah namun sumpahnya palsu”. (HR. Ahmad 3/428).
Di sisi lain, pedagang yang jujur kedudukannya sangat mulia.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
“Pedagang yang jujur dan terpercaya akan dibangkitkan bersama para Nabi, orang-orang shiddiq dan para syuhada” (HR. Tirmidzi no.1209, ia berkata: “Hadits hasan, aku tidak mengetahui selain lafadz ini”)
4. Kedustaan Menuntun pada Kejahatan
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu, Rasulullah ﷺ bersabda, “Hendaklah kamu berlaku jujur karena kejujuran menuntunmu pada kebenaran, dan kebenaran menuntunmu ke surga. Dan senantiasa seseorang berlaku jujur dan selalu jujur sehingga dia tercatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan hindarilah olehmu berlaku dusta karena kedustaan menuntunmu pada kejahatan, dan kejahatan menuntunmu ke neraka. Dan seseorang senantiasa berlaku dusta dan selalu dusta sehingga dia tercatat di sisi Allah SWT sebagai pendusta.” (H.R. Muslim)
5. Tidak Jujur Tanda Munafik
“Tanda orang munafik itu ada tiga, jika berkata dia berdusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika diberi amanah dia khianati.” (H.R. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
6. Kebohongan Menggiring kepada Neraka
Diriwayatkan HR Abu Dawud, Rasulullah ﷺ bersabda, "Jauhilah kebohongan, sebab kebohongan menggiring kepada keburukan, dan keburukan akan menggiring kepada neraka. Dan sungguh, jika seseorang berbohong dan terbiasa dalam kebohongan, hingga di sisi Allah ia akan ditulis sebagai seorang pembohong."
7. Dalam Bercanda pun Berbohong Hukumnya Terlarang
Rasulullah ﷺ bersabda: “Celakalah orang yang berbicara kemudian dia berdusta agar suatu kaum tertawa karenanya. Kecelakaan untuknya. Kecelakaan untuknya.” [HR Abu Dawud no. 4990. Hasan]
Rasulullah ﷺ bersabda: “Saya memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meningalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Saya memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meningalkan kedustaan walaupun dia bercanda. Saya memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang membaguskan akhlaqnya.” [HR. Abu Dawud, no. 4800; shahih]
Rasulullah ﷺ bergurau namun tidak didasari dengan cerita bohong. Seperti pada suatu riwayat dari Al Hasan, ada seorang seorang nenek datang menghadap Nabi ﷺ untuk meminta doa agar dirinya bisa masuk surga. “Wahai Rasulullah, berdo’alah pada Allah agar Dia memasukkanku dalam surga.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Wahai Ummu Fulan, Surga tak mungkin dimasuki oleh nenek tua.”
Nenek tua itu pun pergi sambil menangis.
Nabi ﷺ pun bersabda, “Kabarilah dia bahwa surga tidaklah mungkin dimasuki dia sedangkan ia dalam keadaan tua. Karena Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al Waqi’ah: 35-37). (HR. Tirmidzi dalam Asy Syamail Muhammadiyah no. 205, hadits hasan menurut Syaikh Al Albani. Lihat Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah no. 2987).
Ustaz Muhammad Abduh Tuasikal dalam artikelnya di Rumaysho, menulis bahwa artinya, memang yang masuk surga tidak ada yang tua. "Karena semua ketika itu kembali muda," katanya.
Ketika menjawab pertanyaan nenek tua itu, Nabi ﷺ menggunakan gurauan, namun bukan kedustaan dan mengandung ilmu tentang keadaan di surga.
(ACF)