Masjid Tuo Kayu Jao, Masjid Unik di Sumbar yang Dibangun Tanpa Menggunakan Paku

Octri Amelia Suryani - Masjid 30/09/2022
Masjid Tuo Kayu Jao Sumatra Barat (Foto: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)
Masjid Tuo Kayu Jao Sumatra Barat (Foto: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)

Oase.id - Masjid Tuo Kayu Jao termasuk dalam 10 besar masjid tertua di Indonesia. Masjid ini berada di Jalan Kampung Kayu Jao, Jorong Kayu Jao, Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatra Barat. Masjid yang diperkirakan berdiri sejak abad 16-an ini dibangun di area perbukitan dan menjadi bagian dari sejarah syiar Islam di Solok, Sumatra Barat.

Berdasarkan dari beberapa sumber, Masjid Tuo Kayu Jao didirikan oleh dua tokoh pendakwah agama Islam di Solok, yakni Angku Masaur (Angku Masyur) dan Angku Labai. Pada masa awal Masjid Tuo Kayu Jao, kedua pendiri ini dikenal sebagai orang-orang yang memiliki suara yang khas saat melakukan tugasnya.

Pada saat itu, Angku Masyur sering menjadi imam yang memiliki suara merdu ketika melantunkan bacaan-bacaan salat. Sedangkan Angku Labai bertugas sebagai muazin yang juga memiliki suara khas ketika mengumandangkan azan.

Keunikan Arsitektur Masjid Tuo Kayu Jao

Masjid yang menjadi saksi nyata perkembangan Islam di Solok ini sangat unik. Terbuat dari kayu yang setiap bagian sambungannya dulu hanya dipasak oleh kayu, artinya tanpa menggunakan paku.

Dalam perkembangan dan kondisi masjid, pola pembangunan lama itu diganti dengan memaku kayu-kayunya pada saat pemugaran. Namun, untuk bangunan induk masih dipertahankan dengan tidak memakai paku, hanya dinding, plafon, dan lantai saja.

Dinding masjid ini juga dihiasi ornamen-ornamen ukiran yang khas.

Pada umumnya masjid-masjid yang ada di Minangkabau tidak jauh berbeda dengan masjid-masjid kuno di Indonesia. Yang membedakan hanyalah makna-makna di balik simbol budaya yang diapresiasikan dalam bentuk arsitektur masjid.

Arsitektur bangunan masjid ini merupakan gabungan antara corak Islam dengan corak Minangkabau. Walaupun banyak dipengaruhi Hindu terhadap bentuk masjid di Minangkabau, akan tetapi itu tidak menghilangkan ciri khas budaya asli terhadap bentuk masjid kuno di Minangkabau.

Keunikan lainnya, masjid ini memiliki atap yang tersusun dari tumpukan ijuk, seperti atap rumah gadang (rumah adat Minangkabau). Atapnya memiliki ketebalan 15 cm, akan tetapi kini telah ditumbuhi lumut. Sedangkan pada bagian mihrab terdapat bangunan bergonjong menambah kental nuansa adat Minangkabau tertua di Indonesia.

Terdapat 9 tiang utama yang menopang masjid berbentuk limas ini. Sementara jumlah keseluruhan tiangnya terdapat 24 buah. Hal tersebut melambangkan enam suku yang masing-masingnya terdiri dari ampek jinih yang artinya empat unsur pemerintahan adat ninik mamak, sehingga jumlahnya 24 bagian.

Arsitektur atap Masjid Tuo Kayu Jao persis seperti Masjid Raya Demak dan Masjid Raya Banten yang atapnya juga bersusun atau bertingkat. Meskipun tampak persis, dilihat dari beberapa segi Masjid Tuo Kayu Jao memiliki beberapa keunggulan. Misalnya dari segi filosofis yang terkandung pada masjid tersebut seperti Surau Lubuk Bauk Sicincin.

Kemudian atap limasnya terdiri dari tiga tingkatan yang menggambarkan Iman, Khatib dan Bilal. Terdapat 13 buah jendela yang mengisyaratkan rukun salat. Anak tangga yang berjumlah 5 buah melambangkan rukun Islam. Sedangkan 2 puncak atau gubahnya menunjukkan bahwa Allah Swt dan Nabi Muhammad ﷺ.

Saat ini, Masjid Tuo Kayu Jao di Solok termasuk bangunan cagar budaya Sumatera Barat. Masjid ini beberapa kali mengalami pemugaran dengan tetap mempertahankan keaslian bangunan masjid atau tidak meninggalkan arsitektur aslinya. Malah dalam pemugaran diupayakan tetap menonjolkan nilai estetika dari masjid tersebut.


(ACF)
TAGs:
Posted by Achmad Firdaus