Kisah Abu Bakar Dapat Gelar Ash-Shiddiq dan Diangkat Jadi Khalifah

Octri Amelia Suryani - Kisah Inspiratif Sahabat Nabi Muhammad 29/09/2022
Al Quran (Gambar oleh Afshad Subair dari Pixabay)
Al Quran (Gambar oleh Afshad Subair dari Pixabay)

Oase.id - Abdullah bin Abu Quhafah yang lebih dikenal dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah salah satu pemeluk Islam awal. Sebagai pemeluk Islam awal, Abu Bakar telah berhasil mengislamkan banyak orang, yang nantinya juga menjadi tokoh-tokoh penting dalam sejarah Islam.

Abu Bakar juga merupakan ayah mertua Nabi Muhammad ﷺ, yang mana Nabi mempersunting anak Abu Bakar, yakni Aisyah. Selain itu, Abu Bakar disebut sebagai sahabat yang memiliki derajat tertinggi di sisi Nabi Muhammad ﷺ.

Abu Bakar Diberi Gelar Ash-Shiddiq

Sebagai sahabat Nabi ﷺ yang paling utama, Abu Bakar juga memiliki julukan khusus, yaitu ash-Shiddiq. Gelar Ash-Shiddiq yang memiliki arti “orang yang sangat jujur atau banyak membenarkan” ini didapat oleh Abu Bakar karena ia adalah sahabat Nabi ﷺ yang paling mempercayai Nabi. Sekalipun hal-hal yang tidak masuk akal seperti pernah dikisahkan saat setelah peristiwa Isra Mi’raj.

Pada saat itu, Nabi Muhammad ﷺ menceritakan kepada penduduk Makkah, akan tetapi mendapat balasan yang tidak baik. Banyak yang tidak percaya kepada Nabi dan kemudian mengolok-olok. Tidak sedikit juga orang-orang yang imannya lemah memilih untuk murtad. Dalam kondisi ini, kemunculan Abu Bakar yang penuh percaya diri membenarkan apa yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ. Dan sejak itu, Nabi ﷺ menjulukinya sebagai ash-Shiddiq.

Dalam hadits riwayat Siti Aisyah dijelaskan:

لَمَّا أُسْرِيَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى، أَصْبَحَ يُحَدِّثُ بِذَلِكَ النَّاسَ، فَارْتَدَّ نَاسٌ مِمَّنْ كَانَ آمَنَ وَصَدَّقَ بِهِ وَفُتِنُوا، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: إِنِّي لأُصَدِّقُهُ فِيمَا هُوَ أَبْعَدُ مِنْ ذَلِكَ، أُصَدِّقُهُ بِخَبَرِ السَّمَاءِ غَدْوَةً أَوْ رَوْحَةً، فَلِذَلِكَ سُمِّيَ أَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقَ 

Artinya: Begitu Nabi ﷺ melakukan isra ke Masjid al-Aqsha, paginya ia kabarkan hal itu kepada warga (Makkah). (Saking tidak percayanya), sampai-sampai mereka yang tadinya beriman dan mempercayai Nabi menjadi murtad. Mereka celaka. Abu Bakar pun berkata, ‘Aku membenarkannya pada perkara yang lebih dari pada itu, aku membenarkannya tentang wahyu yang ia terima dari langit di pagi atau pun sore hari’. Oleh karena itu, Abu Bakar dinamakan ash-Shiddiq.

Abu Bakar Diangkat menjadi Khalifah

Setelah Nabi Muhamad ﷺ wafat, Abu Bakar dibaiat oleh umat Islam menjadi khalifah atau pemimpin umat setelah Nabi tiada. Tapi tidak semudah itu pengangkatan Abu Bakar menjadi pemimpin. Wafatnya Nabi Muhammad ﷺ menimbulkan kebingungan yang sangat mendalam bagi umat Islam pada saat itu. Terlebih lagi Nabi tidak ada berpesan apa pun terkait yang akan memimpin setelahnya.

Sebenarnya ada pesan tersirat yang beberapa kali disampaikan Nabi semasa hidupnya, terkait sosok yang layak menduduki kursi kepala negara selanjutnya yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq. Seperti yang disebutkan dalam salah satu hadis riwayat Siti ‘Aisyah ra, ia berkata:

قال لي رسول الله صلى الله عليه وسلم في مرضه: ادعي لي أبا بكر وأخاك حتى اكتب كتابا، فإني أخاف أن يتمنى متمنٍّ ويقول قائل: أنا أولى، ويأبى الله والمؤمنون إلا أبا بكر وجاءت امرأة إلى النبي صلى الله عليه وسلم فكلمته في شيء فأمرها بأمر، فقالت: أرأيت يا رسول الله إن لم أجدك؟ قال: إن لم تجديني فأتي أبا بكر 

Artinya: “Rasulullah ﷺ berkata kepadaku ketika beliau sakit, ‘Panggillah Abu Bakar dan saudaramu agar aku dapat menulis surat. Karena aku khawatir akan ada orang yang berkeinginan lain (dalam masalah khalifah) sehingga ia berkata, ‘Aku lebih berhak’. Padahal Allah dan kaum mu’minin menginginkan Abu Bakar (yang menjadi khalifah). Kemudian datang seorang perempuan kepada Nabi ﷺ mengatakan sesuatu, lalu Nabi memerintahkan sesuatu kepadanya. Perempuan itu bertanya, ‘Apa pendapatmu wahai Rasulullah kalau aku tidak menemuimu? Nabi menjawab: ‘Kalau kau tidak menemuiku, Abu Bakar akan datang.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dua hari pasca wafatnya Rasulullah ﷺ, umat Islam masih terombang-ambing karena belum menemukan khalifah sebagai pengganti Rasulullah ﷺ. Pada saat itu juga kaum Anshar berkumpul di balai Bani Sa’idah (Tsaqifah Bani Sa’idah) dan menghendaki Sa’ad bin Ubadah sebagai khalifah (yang kebetulan dari Madinah dan kalangan Anshar sendiri).

Mendengar hal itu, Umar bin Khattab bersama Abu Bakar dan Abu Ubaidillah bin Jarrah menyusul perkumpulan orang-orang Anshar dan berhasil mengubah keadaan. Pada saat itu, Abu Bakar diberi kesempatan untuk berpidato terkait syarat untuk menjadi khalifah salah satunya harus dari suku Quraisy. Karena suku Quraisy merupakan pembesar-pembesar masyarakat Arab. Mereka juga penduduk asli Tanah Haram (Makkah).

Dalam pidatonya Abu Bakar menyampaikan agar Umar bin Khattab atau Abu Ubaidillah bin Jarrah yang diangkat sebagai khalifah. Namun usulan ditolak, karena orang-orang terkesan dengan apa yang disampaikan Abu Bakar.

Demi memenuhi syarat pembaiatan yang harus dihadiri oleh ahlul bait, serta sahabat-sahabat senior seperti Ali bin Abi Talib, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, Thalhah bin Ubaidillah, dan lain-lain, pembaiatan diundur keesokan harinya.

Pembaiatan dilakukan secara terbuka di masjid pada hari ketiga pasca wafatnya Rasulullah ﷺ. Semua orang berkumpul untuk membaiat Abu Bakar. Dan resmilah Abu Bakar diangkat menjadi khalifah pada tanggal 12 Rabiulawal tahun 11 Hijriah.


(ACF)
Posted by Achmad Firdaus