Kisah Lucu Awal Masuk Islam Ustadz Ahmad van der Pool

Oase.id - Dari seorang filsuf muda asal Belanda yang gemar berdebat dan membaca buku-buku filsafat, hingga kini menjadi ustadz yang mengajar akidah dan bahasa Arab, perjalanan Ustadz Ahmad van der Pool LC., MA penuh warna—bahkan diwarnai cerita lucu yang tak akan ia lupakan seumur hidup.
Jika saat ini ia dikenal sebagai pendakwah yang memiliki ilmu agama yang baik, pria yang kini akrab disapa Ustadz Ahmad ini dulu salat sambil menebak-nebak gerakan. Ia menjadi imam tanpa tahu bacaan apa pun!
Dari Debat ke Hidayah
Perjalanan spiritual Ustadz Ahmad dimulai bukan dari pencarian makna hidup, melainkan dari keinginan berdebat. “Aku ketemu dengan seorang muslim dan ingin mendebat dia,” kenangnya. Tapi si muslim justru berkata santai, “Agamaku sudah jelas dan tidak butuh perspektif darimu.”
Kata-kata itu menusuk. Bukan karena kasar, tapi karena percaya diri. “Kenapa dia bisa seyakini itu?” pikirnya.
Berangkat dari rasa penasaran, ia membeli terjemahan Al-Qur’an. Niatnya? Mencari kontradiksi untuk bahan debat. Tapi rencananya gagal total. “Al-Qur’an itu logis, penuh argumentasi, kisah-kisahnya menyentuh hati. Aku tidak bisa menemukan satu pun kelemahannya,” tuturnya.
Akhirnya, tahun 2002, ia mengucap syahadat. Tapi di sinilah awal kisah lucu dimulai.
Musala Kecil, Rasa Gugup Besar
Setelah masuk Islam, Ahmad tahu satu hal pasti: “Harus salat lima waktu.” Tapi bagaimana caranya? Itu belum tahu.
“Saya cari musala di kampus. Adanya di basement, kecil sekali. Saya tunggu sampai kosong, karena malu kalau dilihat,” ceritanya jujur.
Begitu masuk, ia berdiri, lalu... menebak-nebak sendiri gerakan salat. “Saya tahu sedikit soal sujud dan rukuk, tapi nggak tahu harus berapa rakaat,” ujarnya sambil tersenyum.
Tiba-tiba, pintu terbuka. Dua mahasiswa muslim—asal Maroko dan Somalia—masuk. Ahmad gugup. Tapi yang terjadi malah lebih mengejutkan: “Saya dijadikan imam!”
Jadi Imam, Bacaan Cuma ‘Subhanallah’
Kebingungan makin menjadi. Ia berdiri di depan, dua orang mengikuti di belakang. “Saya baca satu kali ‘Subhanallah’, terus diam. Nggak tahu harus baca apa lagi!” ceritanya.
Melihat kejanggalan itu, kedua mahasiswa itu langsung bertanya, “Kamu muslim?”
“Iya, tapi baru masuk Islam.”
Alih-alih menegur, mereka justru tersenyum. Dengan sabar, mereka berkata, “Kita ulang salatnya ya, kamu ikut saja gerakan kami.”
Sejak saat itu, Ahmad dibimbing ke berbagai masjid, mulai belajar Islam secara serius, dan tak lama kemudian membuka jalan ke studinya di Universitas Imam Muhammad bin Saud, Riyadh.
Dari Salah Gerakan Hingga Belajar ke Ulama Besar
Ahmad van der Pool bukan hanya belajar di Saudi, tapi juga bertahun-tahun duduk dalam majelis Syaikh Shalih al-Fauzan—salah satu ulama besar dunia Islam. Selama 15 tahun, ia tekun mulazamah dan memperdalam ilmu akidah hingga akhirnya menjadi pengajar dan peneliti Islam.
Yang menjadikannya lebih unik, ia mahir berbahasa Indonesia, karena menikah dengan wanita Indonesia dan tinggal di Jakarta, sebelum akhirnya menimba ilmu di Riyadh, Arab Saudi. Ustadz Ahmad pun kini mulai dikenal dan aktif berdakwah ke berbagai tempat di Indonesia.
“Tujuan saya tidak pernah berubah. Beribadah kepada Allah sesuai dengan sunah Nabi ﷺ. Tidak ditambah, tidak dikurang,” ujarnya mantap.
(ACF)