Kisah Hijrahnya Punggawa Band Metal Jeruji Doni Dempak

N Zaid - Kisah Inspiratif 31/12/2025
Donny Dempak eks Jeruji hijrah. Foto: SS Net
Donny Dempak eks Jeruji hijrah. Foto: SS Net

Oase.id - Nama Donny Supriadi, yang lebih dikenal sebagai Doni Dempak, pernah lekat dengan gemerlap dunia musik metal Tanah Air. Sebagai punggawa band metal Jeruji, ia merasakan apa yang bagi banyak orang disebut sebagai puncak kesuksesan: popularitas, penghasilan yang layak, serta jadwal manggung yang padat dari Sabang sampai Merauke—hampir seluruh Indonesia telah ia jelajahi, kecuali Papua.

Namun di balik euforia panggung, tepuk tangan penonton, dan hiruk-pikuk dunia hiburan, Donny perlahan menyadari satu hal: ada ruang kosong dalam dirinya. Kesadaran itu datang seiring waktu, saat ia merenungi firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an surat Al-‘Ankabut ayat 64:

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.”

“Secara manusiawi, dunia ngeband itu enak,” tutur Donny suatu ketika. “Popularitas dapat, penghasilan ada, manggung ke mana-mana. Tapi yang saya rasakan, ya, gitu-gitu aja.”

Hari-harinya habis untuk latihan, mengurus lagu, rekaman, manggung, lalu tur—sebuah siklus yang terus berulang. Musiknya berkembang megah, seperti kota metropolitan yang gemerlap, tetapi sisi rohaninya justru terasa kosong, bak kamar kontrakan sempit yang nyaris tak terurus. Dari situlah ia mulai bertanya pada dirinya sendiri: ada apa dengan hidupnya?

Perasaan batin itu semakin kontras ketika Donny mulai menghadiri majelis ilmu dan berkumpul dengan orang-orang yang senantiasa mengajaknya kepada kebaikan. Ia merasakan ketenangan yang belum pernah ia temui sebelumnya. “Sekarang batin saya jauh lebih tenang. Semua seperti diurus Allah,” ujarnya. Ia pun semakin meyakini janji Allah, bahwa siapa pun yang menunaikan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, maka Allah akan mencukupkan segala urusannya.

Titik kegelisahan Donny semakin kuat ketika ia memahami sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ajakan kepada kebaikan dan keburukan. Bahwa siapa yang mengajak kepada kebaikan, lalu orang lain mengikutinya, maka ia akan mendapat pahala tanpa mengurangi pahala orang tersebut. Sebaliknya, siapa yang mengajak kepada kemaksiatan dan diikuti orang lain, maka ia menanggung dosa tanpa mengurangi dosa pengikutnya.

Saat manggung, Donny sering menyaksikan penonton mabuk-mabukan, berpacaran dengan yang bukan mahram, dan berbagai perilaku yang jelas bertentangan dengan ajaran Islam. Dari situlah kegundahan itu kian menguat. Memasuki usia 40 tahun, kegelisahan tentang hidup dan kematian semakin sering menghantui pikirannya.

Namun, ada satu peristiwa yang benar-benar mengguncang hatinya dan menjadi pemantik hijrah yang sesungguhnya: anaknya sendiri. Suatu hari, ketika istrinya menyuruh anak mereka untuk salat, sang anak menjawab polos, “Kenapa harus salat? Ayah juga nggak salat.”

Ucapan itu menusuk jauh ke dalam hati Donny. Ia merasa terpukul. Dari situlah ia berjanji pada dirinya sendiri untuk berubah. Ia menyadari selama ini terlalu sibuk mengejar penilaian manusia, mengabaikan nasihat teman-teman yang lebih dulu mengingatkan, dan lalai terhadap tanggung jawabnya sebagai seorang ayah dan hamba Allah.

Hijrah Donny tidak terjadi seketika. Prosesnya panjang dan penuh ujian. Ia mengaku pernah salat, rajin mengaji, namun kembali terjatuh karena masih berada di lingkungan lama. Ia pun teringat pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar berpegang teguh pada agama dengan kuat, karena tarikan kemaksiatan dan sisi gelap kehidupan sangatlah kuat.

“Kalau mau hijrah, harus berani meninggalkan teman-teman yang tidak mengajak kepada kebaikan,” tegasnya.

Setelah mantap berhijrah, Donny pun mulai menata ulang sumber penghidupannya. Ia memilih berdagang, terinspirasi hadits riwayat Ahmad yang menyebutkan bahwa sembilan dari sepuluh pintu rezeki berasal dari perdagangan. Baginya, aktivitas dagang bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga jalan halal yang penuh keberkahan.

Ia mempersiapkan transisi itu dengan matang. Donny tidak ingin hijrah dilakukan secara tergesa-gesa tanpa perencanaan, agar tidak menimbulkan prasangka buruk kepada Allah jika menghadapi kesulitan. Ia mulai berdagang sambil perlahan meninggalkan dunia lamanya. Alhamdulillah, usahanya berjalan lancar. Dalam waktu kurang dari dua tahun, ia benar-benar bisa meninggalkan aktivitas lama dan beralih ke pekerjaan yang ia yakini lebih halal.

Kini, cita-cita Donny pun berubah total. Jika dulu ia bermimpi menjadi musisi sukses, sekarang satu tujuannya sederhana namun agung: meraih ridha Allah dan masuk surga.

“Inti hijrah itu sebenarnya satu,” kata Donny menutup kisahnya. “Bagaimana caranya kita bisa masuk surga.”


(ACF)
Posted by Achmad Firdaus