Menyusuri Istanbul Lewat Simit, Kumpir, dan Jejak Profesi Jalanan

N Zaid - Turki 15/12/2025
Pesona wisata Istanbul. Foto ilustrasi: Pixabay
Pesona wisata Istanbul. Foto ilustrasi: Pixabay

Oase.id - Istanbul selalu memiliki cara tersendiri untuk memikat para pelancong. Kota yang membentang di dua benua ini menawarkan pengalaman berjalan kaki yang tak pernah membosankan—menyusuri jalanan ramai sambil menikmati silih bergantinya landmark bersejarah, dari Istana Dolmabahçe hingga Masjid Ortaköy. Bahkan gang-gang kecil dan sudut kota yang tersembunyi pun menjanjikan pengalaman unik yang sulit dilupakan.

Namun, pesona Istanbul tidak hanya terletak pada bangunan megah atau panorama Bosporus. Kota ini juga hidup melalui detail-detail kecil yang membentuk identitasnya, mulai dari kuliner jalanan hingga profesi tradisional yang masih bertahan di tengah modernisasi.

Simit, Ikon Rasa Istanbul

Salah satu pemandangan paling mudah dikenali di Istanbul adalah gerobak merah penjual simit—roti berbentuk cincin yang ditaburi wijen. Gerobak-gerobak ini bisa ditemui hampir di setiap sudut kota, mulai dari kawasan Sultanahmet yang ramai wisatawan hingga dekat pelabuhan dan dermaga feri.

Simit telah lama menjadi simbol Istanbul, sejajar dengan Jembatan Bosporus. Makanan ini kerap muncul dalam serial televisi Turki, iklan pariwisata, hingga konten media sosial. Ketika terdengar teriakan penjual menawarkan “Taze simit” atau simit segar, para pejalan kaki tahu bahwa mereka akan mendapatkan kudapan renyah yang mengenyangkan. Dipadukan dengan segelas teh Turki, simit menjadi pengalaman kuliner sederhana namun autentik.

Kumpir, Kentang Panggang Khas Ortaköy

Selain simit, Istanbul juga dikenal dengan kumpir, kentang panggang berukuran besar yang diisi aneka topping seperti keju, zaitun, sosis, dan berbagai bahan lainnya. Meski mudah ditemukan di banyak tempat, kumpir sangat lekat dengan kawasan Ortaköy di distrik Beşiktaş, tak jauh dari masjid ikonik di tepi laut.

Kumpir bukan sekadar makanan, melainkan bagian dari pengalaman menyusuri kawasan tepi Bosporus, di mana wisatawan dan warga lokal berkumpul menikmati suasana sore hingga malam hari.

Penyemir Sepatu, Profesi yang Kian Langka

Di balik hiruk-pikuk kota modern, Istanbul masih menyimpan jejak profesi lama yang nyaris punah, salah satunya penyemir sepatu. Biasanya dijalani oleh pria lanjut usia, para penyemir sepatu ini dapat ditemui di sudut-sudut jalan, setia menunggu pelanggan atau dengan tekun membersihkan sepatu di bawah terik matahari.

Profesi ini dulunya cukup umum, sebagaimana pekerjaan tradisional lain seperti bozacı—penjual minuman fermentasi boza—atau hamal, para pengangkut barang yang memikul beban berat di punggung mereka. Sejak era Ottoman, hamal dan bozacı menjadi bagian tak terpisahkan dari denyut kehidupan Istanbul, terutama di pagi hari dan musim dingin.

Seiring perubahan zaman dan gaya hidup modern, sebagian besar profesi tersebut mulai menghilang. Simitçi mungkin masih bertahan dan bahkan semakin populer, namun penyemir sepatu kini menjadi pemandangan yang semakin jarang—meski tetap memberi warna tersendiri bagi kota.

Detail Kecil yang Membuat Istanbul Hidup

Di kota yang setiap tahunnya memikat jutaan wisatawan ini, peran para pekerja jalanan—penjual jagung rebus, penjual kastanye, hingga penyemir sepatu—tidak bisa diabaikan. Mereka menghadirkan wajah Istanbul yang lebih hangat, lebih manusiawi, dan mudah dikenang.

Bagi wisatawan, mencicipi simit, kumpir, atau jagung bakar sambil berjalan di tengah keramaian sering kali menjadi kenangan ikonik, sama halnya dengan melihat penyemir sepatu bekerja di tepi jalan. Bahkan, profesi ini pernah diabadikan dalam budaya populer, salah satunya melalui film klasik Italia Shoeshine (1946).

Tak heran jika Istanbul tetap memikat di segala musim. Entah saat langit mendung di musim gugur, hari-hari panas di musim panas, matahari terbenam yang memukau, atau suara camar yang mengiringi perjalanan feri—semua detail itu menyatu, menciptakan potret Istanbul yang tak pernah kehilangan pesonanya.(ds)


(ACF)
TAGs:
Posted by Achmad Firdaus