Siti Maryam, Perempuan Islam yang Layak Dianggap Nabi

Oase.id - Perempuan bukan hanya memiliki kapasitas sebagai ulama dan cendekiawan. Lebih dari itu, sebagian ulama ada yang menyebut sejumlah perempuan sebagai Nabi. Siti Maryam (Ibunya Nabi Isa a.s) misalnya.
Imam al-Qurthubi, seorang ahli tafsir mengatakan, bahwa Sayyidah Maryam adalah nabi perempuan. Mengapa demikian? Karena Tuhan menurunkan wahyu kepadanya sebagaimana kepada Nabi-Nabi yang lain. Hal tersebut berdasarkan firman Allah SWT yaitu sebagai berikut:
“Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata, “wahai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu, dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu).” (QS. Ali ‘Imran [3]: 42).
Kebanyakan ulama besar memang tidak mengakui perempuan tersebut sebagai Nabi. Namun, mereka mengakui perempuan tersebut sebagai tokoh tauladan bagi masyarakat.
Berbeda, Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari, tokoh Islam Sunni mengatakan, bahwa tidak ada seorang perempuan yang menjadi Nabi, melainkan “ash-shiddiqah” atau perempuan-perempuan yang jujur dan percaya.
Dalam kitab Al-Asybah wa an-Nazhair, Imam as-Suyuthi menyatakan, bahwa para ulama berbeda pendapat mengenai persoalan perempuan sebagai Nabi.
Sedangkan Imam Taqiyuddin as-Subki, dalam kitab Al-Halbiyyat mengatakan, kenabian Siti Maryam mendapatkan legitimasi dari ayat suci Al-Quran. Yakni pada surah Maryam. Nama Sayyidah Maryam disebut bersama-sama para Nabi.
Selaras, dalam buku Fathul al-Mun’im, Al-Qurthubi juga mengatakan, yang benar ialah bahwa Maryam adalah Nabi.
Artinya, bahwa sejarah peradaban Islam sejak masa Nabi Muhammad ﷺ sampai saat ini memperlihatkan kepada kita tentang kecendekiaan dan keulamaan perempuan. Sebagaimana laki-laki, perempuan pun terbukti mampu berjuang memakmurkan kehidupan yang maslahat.
(ACF)