Masjid Laynah Menampilkan Kekayaan Sejarah Perbatasan Utara Masa Lalu
Oase.id - Terletak di jantung desa bersejarah Laynah, di provinsi Rafha di wilayah Perbatasan Utara, Masjid Laynah adalah salah satu masjid tertua di provinsi tersebut.
Bangunan ini menonjol dengan gaya konstruksi tradisionalnya yang menggunakan batu bata lumpur, batu, daun palem, dan kayu Athel dan masih menjadi tempat pertemuan doa.
Mohammed Al-Dulaim, seorang pecinta sejarah dari Laynah, mengatakan kepada Saudi Press Agency bahwa masjid tersebut didirikan sekitar tahun 1951.
Saat itu, Syekh Abdullah bin Dulaim telah meminta Gubernur Salam Pangeran Abdulaziz bin Musaid bin Jiluwi untuk memilih lokasi masjid di luar Istana Emirat. Laynah adalah bagian dari wilayah Hail pada saat itu.
Syekh Abdullah dianggap sebagai guru dan pendidik pertama tahap Katatib, yang merupakan pendidikan informal tahap pertama di wilayah tersebut. Beliau biasa mengumpulkan murid-muridnya di masjid istana untuk mengajari mereka Al-Qur'an dan prinsip-prinsip membaca dan menulis.
Konstruksi dimulai menggunakan lumpur dan batu di area seluas 600 meter persegi, kata Al-Dulaim. Di dalamnya terdapat sumur yang menyediakan air bagi jamaah untuk minum dan berwudhu.
Masjid ini dibangun dengan gaya tradisional Najdi, dengan tiang-tiang yang indah, rak-rak Al-Qur'an di dalam dinding, dan lentera yang megah.
Dapat menampung lebih dari 200 jamaah dan terletak dekat dengan pasar lama. Didirikan pada tahun 1933, pasar ini adalah salah satu pasar tertua di wilayah Perbatasan Utara dan merupakan pusat komersial terbesar di Kerajaan pada pertengahan abad ke-20.
Pasar ini merupakan situs warisan penting, dengan luas 5.000 meter persegi dan menampung sekitar 80 toko.(arabnews)
(ACF)