Kisah Lampu Masjid yang Menyala 24 Jam

N Zaid - Masjid 28/12/2025
Masjid Jogokariyan. Foto: Atourin/Suraji Rajs
Masjid Jogokariyan. Foto: Atourin/Suraji Rajs

Oase.id - Di Yogyakarta, ada satu masjid yang dikenal tak pernah “tidur”. Lampunya menyala sepanjang malam, pintunya terbuka tanpa kunci, dan siapa pun boleh singgah. Masjid itu adalah Masjid Jogokariyan, dan di balik kebijakan yang tak biasa tersebut ada sosok Ketua Takmirnya, Ustadz Muhammad Jazir rahimahullah.

“Masjid saya buka 24 jam. Kunci masjid saya buang semua. Jangan sampai ada yang mengunci masjid,” begitu kisah beliau dalam salah satu wawancara. Bagi Ustadz Jazir, masjid bukan tempat eksklusif yang hanya ramai di jam-jam salat, melainkan rumah Allah yang harus selalu siap menyambut siapa saja.

Karena itu, setiap malam seluruh lampu masjid dinyalakan. Tidak boleh ada lampu yang mati hingga pagi. Hasilnya di luar dugaan. Banyak musafir, pekerja malam, hingga orang-orang yang kelelahan di jalan singgah ke masjid. Dari sekadar beristirahat, numpang ke toilet, hingga mandi.

Melihat fenomena itu, takmir Masjid Jogokariyan justru menambah fasilitas. Kamar mandi diperbanyak, hingga kini jumlahnya mencapai 36 unit. “Kalau orang mau numpang mandi, numpang ke WC, silakan saja. Ini untuk pelayanan,” ujar Ustadz Jazir.

Pelan tapi pasti, kabar tentang masjid yang ramah ini menyebar dari mulut ke mulut. “Kalau mau mampir, ke Jogokariyan saja,” begitu kata banyak orang. Masjid yang terbuka ternyata membuat jamaahnya datang dari berbagai penjuru, bukan hanya warga sekitar.

Ustadz Jazir juga membandingkan dengan masjid yang malam hari dikunci dan lampunya dimatikan. Biasanya, jamaahnya hanya jamaah lokal. Datang bersarung, tanpa membawa banyak uang. Infaknya pun terbatas.

Sebaliknya, Masjid Jogokariyan justru mengalami peningkatan infak yang luar biasa. Rata-rata infak Subuh mencapai sekitar Rp120 juta per bulan. Infak Jumat sekitar Rp18 juta setiap Jumat. Bahkan dalam kurun waktu empat bulan—dari tiga bulan sebelum Ramadan hingga Idulfitri—total infak di luar zakat mencapai Rp7 miliar.

Dana itu tidak disimpan begitu saja. Masjid Jogokariyan telah membeli sebuah hotel di kawasan Kaliurang, lengkap dengan tanah luas di belakangnya. Rencananya, akan dibangun Jogokariyan 3, masjid yang sekaligus menjadi destinasi wisata religi.

Namun, bagi Ustadz Jazir, semua ini bukan soal angka. Ada satu kata kunci yang selalu ia tekankan: “Gerakkan masyarakat untuk menegakkan salat.” Masjid harus hidup, melayani, dan memudahkan umat mendekat kepada Allah.

Lampu Masjid Jogokariyan yang menyala 24 jam bukan sekadar cahaya listrik. Ia adalah simbol keterbukaan, keikhlasan, dan keyakinan bahwa ketika masjid memuliakan jamaah, Allah akan memuliakan masjid itu dengan cara yang tak disangka-sangka.


Wafatnya Ustaz Muhammad Jazir

Ustaz Muhammad Jazir ASP dikenal luas sebagai sosok sentral di balik kiprah Masjid Jogokariyan yang namanya melampaui batas lokal hingga dikenal dunia. Ia wafat pada Senin (22/12/2025) dini hari, setelah lama berjuang melawan penyakit komplikasi, termasuk gagal ginjal kronis yang mengharuskannya menjalani cuci darah secara rutin. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam, bukan hanya bagi jamaah Masjid Jogokariyan, tetapi juga umat Islam di berbagai daerah.

Gagasan dan pemikirannya tentang masjid sebagai pusat peradaban terus hidup melalui beragam program inovatif. Mulai dari ATM Beras, Kampoeng Ramadhan, Jemaah Mandiri, hingga pengembangan wakaf produktif. Seluruh inisiatif tersebut berangkat dari satu visi yang sama: memakmurkan masjid dengan terlebih dahulu memakmurkan jamaahnya.

Bagi Ustaz Jazir, kemakmuran masjid tidak diukur dari kemegahan bangunan atau besarnya dana simpanan. Tujuan utamanya adalah melahirkan umat yang mandiri, baik secara spiritual maupun ekonomi. Jamaah yang kuat diharapkan menjadi pihak yang mampu menunaikan zakat, bukan justru bergantung pada bantuan. Dari pemikiran inilah lahir konsep “kas masjid Rp 0” yang sempat viral dan menjadi simbol keberpihakan masjid kepada umat.

Kini, meski Ustaz Jazir telah berpulang, semangat “habiskan untuk kebaikan” yang ia tanamkan tetap menjadi ruh Masjid Jogokariyan. Sebuah pengingat bahwa masjid sejatinya bukan tempat menimbun harta, melainkan ruang untuk menyalurkan rahmat dan kebermanfaatan bagi sesama.


(ACF)
TAGs:
Posted by Achmad Firdaus