Mengenang Takmir Masjid Jogokariyan, Ust Muhammad Jazir: Awal Mula Viralnya Kisah Khas Masjid 0 Rupiah

N Zaid - Masjid 26/12/2025
Masjid Jogokariyan, kisah khas masjid 0 rupiah. Foto: Uloom.id
Masjid Jogokariyan, kisah khas masjid 0 rupiah. Foto: Uloom.id

Oase.id - Istilah “kas masjid Rp 0” yang kini melekat kuat pada Masjid Jogokariyan Yogyakarta bukanlah hasil strategi branding atau konsep yang dirancang sejak awal. Gagasan itu justru lahir dari sebuah keputusan sederhana namun berani, diambil di tengah keterbatasan dana dan kebutuhan umat yang mendesak, lebih dari dua dekade lalu.

Kisahnya bermula pada tahun 2003. Saat itu, bendahara Masjid Jogokariyan, Ustaz Sarianto, datang membawa kabar tentang seorang warga yang membutuhkan bantuan. Keluarga tersebut meminta pinjaman dana masjid untuk menebus biaya rumah sakit sang ayah yang telah dirawat selama tiga bulan dan belum bisa pulang karena tunggakan biaya. Jumlah yang diminta kala itu mencapai Rp 43 juta.

Ustaz Muhammad Jazir ASP, Ketua Takmir Masjid Jogokariyan saat itu, justru mengambil keputusan di luar kebiasaan. Setelah mengetahui saldo kas masjid hanya sekitar Rp 48 juta, ia menolak opsi pinjaman. 

“Jangan dipinjamkan, tapi berikan saja,” kurang lebih demikian arah keputusannya. 

Bukan hanya uang dengan nominal sesuai yang diminta diberikan, bahkan sisa Rp5 juta juga diserahkan kepada orang yang membutuhkan itu, dengan pertimbangan bahwa kebutuhan kemanusiaan lebih mendesak daripada menyimpan uang di kas.

Keputusan itu menjadi titik balik. Istilah “mengosongkan kas” mulai menjadi perbincangan di lingkungan sekitar. Pada sore harinya, seseorang datang ke masjid dan menanyakan kabar kas masjid yang kabarnya telah habis untuk membantu warga. Orang itu kemudian menutup dana yang telah dikeluarkan. Malam harinya, bantuan lain kembali datang, bahkan dalam jumlah yang lebih besar. Dalam satu hari, Masjid Jogokariyan justru menerima infak hingga sekitar Rp 150 juta.

Peristiwa tersebut menanamkan keyakinan kuat pada Ustaz Jazir dan pengurus masjid bahwa kebaikan memiliki daya tular. Prinsip “beri, maka engkau akan menerima” bukan sekadar slogan, tetapi sunatullah yang nyata. Dari sanalah lahir semangat bahwa uang infak masjid tidak untuk ditimbun, melainkan segera disalurkan kepada mereka yang membutuhkan.

Konsep inilah yang kemudian dikenal luas sebagai manajemen saldo infak Rp 0, ciri khas Masjid Jogokariyan. Menurut Ustaz Jazir, infak jamaah sejatinya diniatkan agar segera menjadi amal, bukan untuk disimpan lama di rekening masjid. Jika dana masjid hanya mengendap, ia bahkan menyindirnya sebagai “cara berpikir kapitalistik” yang tidak selaras dengan semangat dakwah dan pelayanan umat.

Gagasan sederhana tersebut berkembang menjadi sistem pengelolaan masjid yang utuh. Di bawah kepemimpinan Ustaz Jazir, Masjid Jogokariyan bertransformasi menjadi pusat peradaban umat, bukan sekadar tempat ibadah ritual. Masjid menjadi ruang dakwah, pusat pemberdayaan ekonomi, hingga simpul solidaritas sosial yang aktif.

Wafatnya Ustaz Muhammad Jazir

Nama Ustaz Muhammad Jazir ASP sendiri dikenal luas sebagai tokoh di balik kesuksesan Masjid Jogokariyan yang mendunia. Ia wafat pada Senin (22/12/2025) subuh setelah berjuang melawan penyakit komplikasi, termasuk gagal ginjal kronis yang mengharuskannya rutin menjalani cuci darah. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam, tidak hanya bagi jamaah Jogokariyan, tetapi juga umat Islam di berbagai daerah.

Pemikirannya tentang masjid sebagai pusat peradaban terus hidup melalui berbagai program unggulan, seperti ATM Beras, Kampoeng Ramadhan, Jemaah Mandiri, hingga wakaf produktif. Semua program itu berpijak pada satu prinsip utama: memakmurkan masjid dengan memakmurkan jamaahnya.

Bagi Ustaz Jazir, tujuan akhir kemakmuran masjid bukanlah bangunan megah atau saldo besar, melainkan kemandirian umat. Ketika jamaah kuat secara spiritual dan ekonomi, mereka akan menjadi pihak yang menunaikan zakat, bukan bergantung pada bantuan. Dari sinilah, konsep kas masjid Rp 0 tidak hanya menjadi viral, tetapi menjelma menjadi simbol keberpihakan masjid kepada umat.

Kini, meski Ustaz Jazir telah wafat, semangat “habiskan untuk kebaikan” yang ia wariskan tetap menjadi napas Masjid Jogokariyan. Sebuah pelajaran bahwa masjid bukan tempat menumpuk harta, melainkan ruang mengalirkan rahmat.
 


(ACF)
TAGs:
Posted by Achmad Firdaus