Konsekuensi Berkata "Urus Dirimu Sendiri" Saat Dinasihati
Oase.id - Muslim dianjurkan untuk saling menasihati kebaikan. Anjuran ini seperi yang Firman Allah dalam surat Al-Asr 2-3.
"Sungguh, manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran."
Inti ajaran Islam sendiri merupakan nasihat.
Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasihat”. Kami pun bertanya, “Hak (untuk) siapa (nasihat itu)?”. Beliau menjawab, “Nasihat itu adalah hak (untuk) Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemerintah kaum muslimin dan rakyatnya (kaum muslimin)”. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
Nasihat yang menyeru pada kebaikan, adalah tanda cinta dan sayang seseorang kepada yang dinasihati. Ini merupakan bukti persaudaraan sesama muslim di mana seorang muslim tidak akan membiarkan saudara seimannya larut dalam kesalahan, terutama dalam masalah syariat.
Meski begitu tidak berarti seseorang bisa sekehendak hati menasihati orang. Banyak orang merasa berat ketika dinasihati, dan itu merupakan hal yang lumrah. Sebab itu Islam pun memberikan panduan bagaimana sebaiknya nasihat itu disampaikan.
Yang pertama tentu seseorang harus ikhlas dalam menasihati. Tidak dilatari niat selain mengharapkan ridho Allah.
Dalam menyampaikan nasehat hendaknya menggunakan kata-kata yang baik, yaitu kata-kata yang penuh kelembutan dan hikmah. Perhatikan bagaimana Allah Ta’ala perintahkan Nabi Musa dan Nabi Harun ‘alaihimassalam ketika akan memberi nasihat kepada Fir’aun, Allah berfirman:
“Hendaknya kalian berdua ucapkan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan ia akan ingat atau takut kepada Allah” (QS. Thaha: 44).
Selain itu, nasihat hendaknya disampaikan secara privat, dan tidak di depan umum, sebab justru akan kontraproduktif. Orang akan lebih sulit menerima nasihat itu, dan menganggapnya sebagai tindakan mempermalukan dirinya.
Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata:
“Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri. Jauhilah memberikan nasihat di tengah-tengah keramaian. Sesungguhnya nasihat di tengah-tengah manusia itu termasuk sesuatu Pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya. Jika engkau menyelisihi dan menolak saranku. Maka janganlah engkau marah jika kata-katamu tidak aku turuti” (Diwan Asy Syafi’i, hal. 56).
Al Hafizh Ibnu Rajab berkata: “Apabila para salaf hendak memberikan nasehat kepada seseorang, maka mereka menasehatinya secara rahasia… Barangsiapa yang menasehati saudaranya berduaan saja maka itulah nasehat. Dan barangsiapa yang menasehatinya di depan orang banyak maka sebenarnya dia mempermalukannya.” (Jami’ Al ‘Ulum wa Al Hikam, halaman 77).
Oleh karena itulah Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda tentang menasehati pemimpin:
“Barangsiapa ingin menasehati penguasa dengan sesuatu hal, maka janganlah tampakkan nasehat tersebut secara terang-terangan. Namun ambillah tangannya dan bicaralah empat mata dengannya. Jika nasehat diterima, itulah yang diharapkan. Jika tidak diterima, engkau telah menunaikan apa yang dituntut darimu” (HR. Ahmad, dishahihkan Al Albani dalam Takhrij As Sunnah Libni Abi Ashim, 1097).
Sebaliknya, ketika kita dinasihati, sebaiknya terbaik adalah mendengarkan dan pengambil hikmah darinya. Menolak nasihat, bisa menjurus kepada kesombongan. Padahal kesombongan adalah sifat yang dibenci oleh Allah ﷻ.
Banyak dijumpai, orang yang menolak nasihat dengan menyerang balik orang yang menasihatinya dalam agama. Dalam kasus ini, seorang muslim harus berhati-hati, dan jangan sampai keluar dari mulutnya perkataan, "Urus saja dirimu sendiri". Sebab, perkataan itu adalah perkataan yang terncam dosa besar.
Dari hadits Ibnu Mas’ud, Rasulullah ﷺ bersabda:
Artinya: “Sesungguhnya termasuk dosa yang paling besar adalah ketika seseorang berkata kepada saudaranya, “Takutlah kepada Allah,” lalu dia menjawab saudaranya itu: “Urus saja dirimu. Aku pula yang kamu suruh.” (HR Baihaqi).
(ACF)