Kita Perlu Tahu Ini agar Dapat Mudah Menerima Nasihat Orang Lain

N Zaid - Nasihat 13/09/2025
Ilustrasi Agar Mudah Dinasihati. Foto: Pixabay
Ilustrasi Agar Mudah Dinasihati. Foto: Pixabay

Oase.id - Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita menerima nasihat dari orang lain—baik dari keluarga, sahabat, guru, atau bahkan seseorang yang mungkin tidak kita kenal dekat. Reaksi setiap orang tentu berbeda: ada yang menerimanya dengan lapang dada, ada pula yang merasa tersinggung. Islam mengajarkan bahwa nasihat adalah tanda kasih sayang antarsesama Muslim dan momentum penting untuk introspeksi diri.

Nasihat Adalah Bentuk Kasih Sayang Sesama Muslim

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Agama itu nasihat.”
Kami (para sahabat) bertanya, “Untuk siapa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum Muslimin, dan seluruh kaum Muslimin.” (HR. Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa nasihat adalah bagian tak terpisahkan dari iman. Ketika seseorang menasihati kita dengan cara yang baik, hakikatnya ia sedang menunjukkan rasa peduli agar kita tetap berada di jalan yang diridai Allah.

Perintah Al-Qur’an untuk Saling Menasihati

Al-Qur’an berulang kali menekankan pentingnya saling mengingatkan dalam kebaikan. Dalam surah Al-‘Ashr ayat 3, Allah SWT berfirman:

“…kecuali orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, dan saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran.”

Ayat ini menunjukkan bahwa iman dan amal saleh harus diiringi dengan saling memberi nasihat agar tetap teguh dalam kebenaran. Nasihat bukanlah celaan, melainkan bentuk kerja sama dalam menuju keselamatan dunia dan akhirat.

Introspeksi: Kunci Hati yang Lembut

Ketika menerima nasihat, sikap yang dianjurkan adalah muhasabah, yakni mengevaluasi diri. Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab, dan timbanglah dirimu sebelum kamu ditimbang (di akhirat).” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad)

Muhasabah mendorong kita untuk memeriksa hati, memperbaiki kesalahan, dan tidak tergesa-gesa menolak nasihat hanya karena merasa benar. Dengan introspeksi, hati menjadi lembut dan siap menerima perbaikan.

Mengendalikan Ego dan Amarah

Sering kali, nasihat terasa menyakitkan karena menyentuh kekurangan kita. Namun, Al-Qur’an memuji orang-orang yang mampu menahan amarah dan memaafkan. Allah SWT berfirman:

“…dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
(QS. Ali ‘Imran: 134)

Ayat ini mengingatkan bahwa menahan ego dan amarah ketika dinasihati adalah tanda kebajikan yang dicintai Allah.

Cara Terbaik Menerima Nasihat

Islam mengajarkan beberapa adab ketika menerima nasihat. Pertama, mendengarkan dengan tenang tanpa menyela. Kedua, merenungkan isi nasihat dan memisahkan antara pesan dan cara penyampaiannya. Ketiga, berterima kasih kepada pemberi nasihat, karena melalui dirinya Allah menegur atau mengingatkan kita.

Rasulullah ﷺ juga bersabda:
“Seorang mukmin itu cermin bagi saudaranya. Jika ia melihat sesuatu yang tidak baik pada saudaranya, ia memperbaikinya.” (HR. Abu Dawud)

Hadis ini menekankan bahwa nasihat sejatinya adalah cermin bagi kita untuk melihat kekurangan yang mungkin luput dari perhatian.

Nasihat adalah anugerah dan introspeksi adalah kunci untuk meraih keberkahan nasihat tersebut. Setiap kali kita menerima teguran atau saran, ingatlah bahwa Allah mungkin sedang mengingatkan melalui lisan hamba-Nya. Dengan membuka hati, menahan ego, dan melakukan muhasabah, kita tidak hanya memperbaiki diri tetapi juga melangkah lebih dekat menuju ridha-Nya.

Islam mengajarkan bahwa kemuliaan seorang mukmin bukan terletak pada selalu benar, tetapi pada kerendahan hati untuk memperbaiki diri ketika diingatkan.


(ACF)
TAGs:
Posted by Achmad Firdaus