UNESCO Memasukkan Masakan Italia dan Koshary Mesir ke dalam Daftar Warisan Budaya
Oase.id - Kuliner Italia dan hidangan khas Mesir, koshary, resmi mendapat pengakuan dunia setelah UNESCO memasukkan tradisi kuliner kedua negara itu ke dalam daftar Warisan Budaya Takbenda pada awal Desember ini. Penetapan ini menegaskan peran makanan sebagai bagian penting dari identitas, sejarah, dan ritual sosial yang membentuk kebanggaan nasional.
Masakan Italia yang telah mendunia dengan ciri bahan segar dan cita rasa sederhana namun kuat kini memperoleh pengakuan baru. UNESCO menilai tradisi memasak dan makan di Italia bukan sekadar soal resep, melainkan praktik budaya yang hidup—mulai dari keluarga yang berkumpul di meja makan, peran nenek dalam mewariskan teknik membuat pasta, hingga cerita dan nilai yang hadir dalam setiap hidangan.
Badan kebudayaan PBB itu menyoroti kuatnya makna sosial dan emosional aktivitas makan bagi masyarakat Italia. Tradisi makan siang santai hari Minggu hingga jamuan makan untuk menandai peristiwa penting kehidupan dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya.
“Memasak adalah ungkapan cinta,” ujar Pier Luigi Petrillo, anggota tim kampanye UNESCO Italia, yang menilai perhatian terhadap makanan mencerminkan cara orang Italia menjalin hubungan satu sama lain.
Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni menyambut penetapan tersebut sebagai perayaan identitas nasional. Ia menyebut kuliner sebagai “budaya, tradisi, kerja, dan kekayaan.” Pengakuan ini melengkapi capaian Italia sebelumnya, seperti diet Mediterania dan tradisi pembuat pizza Napoli yang telah lebih dulu masuk daftar UNESCO dan berdampak pada meningkatnya wisata kuliner serta sekolah masak.
Sementara itu, UNESCO juga memberikan pengakuan kepada koshary, makanan jalanan favorit Mesir yang telah lama menjadi simbol kenyamanan dan ketahanan masyarakat. Hidangan berbahan mi, nasi, lentil, dan bawang goreng yang disiram saus asam pedas ini telah mengenyangkan generasi demi generasi, sekaligus berevolusi mengikuti perubahan ekonomi, jalur perdagangan, dan perkembangan kota.
“Kami tumbuh besar dengan makan koshary dari kantong plastik. Ini adalah warisan yang hidup bersama kami,” kata Emad Yassin, saat beristirahat di tengah jam makan siang yang sibuk di pusat Kota Kairo. Seorang turis asal Spanyol, Irina, menilai pengakuan UNESCO tersebut sangat pantas. “Saat makan koshary, Anda bisa merasakan Mesir,” ujarnya.
Arkeobotanis pangan Mennat-Allah El Dorry menilai pengakuan ini mencerminkan meningkatnya penghargaan terhadap kekayaan kuliner Mesir yang selama ini kerap tertutupi oleh dominasi kuliner kawasan lain. Asal-usul koshary yang ditelusuri melalui jalur perdagangan kuno menunjukkan posisi Mesir sebagai titik pertemuan berbagai budaya dan rasa.
Dengan penetapan ini, Italia dan Mesir bergabung dengan ratusan tradisi budaya lain di seluruh dunia yang dinilai UNESCO perlu dilestarikan—bukan hanya sebagai resep makanan, tetapi sebagai ritual yang membawa sejarah, kebersamaan, dan identitas lintas generasi. (dailysabah)
(ACF)