Keistimewaan Beribadah di Bulan Setelah Syawal: Amalan Sunnah yang Penting Dilakukan

Oase.id - Bulan Syawal seringkali menjadi sorotan karena erat kaitannya dengan Idul Fitri dan puasa enam hari setelah Ramadhan. Namun, bagaimana dengan bulan-bulan setelah Syawal? Apakah ada keistimewaan untuk beribadah di bulan-bulan tersebut? Apa kata hadits dan ulama kibar tentang hal ini?
Melanjutkan Semangat Ramadhan
Setelah Ramadhan dan Syawal, umat Islam masuk ke bulan-bulan biasa (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dll). Meski tak setenar Ramadhan, bulan-bulan ini tetap penuh peluang amal. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu meskipun sedikit."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menjadi dasar pentingnya menjaga konsistensi ibadah setelah Ramadhan dan Syawal, agar semangat ibadah tidak hanya musiman.
Bulan-Bulan Haram (Al-Ashurul Hurum)
Bulan setelah Syawal adalah Dzulqa’dah, yang termasuk dari empat bulan haram bersama Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.
Allah berfirman:
"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram..."
(QS. At-Taubah: 36)
Menurut Ibnu Katsir, bulan-bulan haram adalah waktu utama untuk menjauhi dosa dan memperbanyak kebaikan, karena ganjarannya dilipatgandakan.
Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata:
"Berbuat baik di bulan-bulan haram lebih utama dan lebih besar pahalanya, dan berbuat maksiat juga lebih besar dosanya."
(Lathaif al-Ma'arif)
Puasa Sunnah di Bulan-Bulan Setelah Syawal
Setelah puasa enam hari Syawal, banyak amalan sunnah lain yang bisa dilanjutkan, seperti:
Puasa Ayyamul Bidh (13, 14, 15 setiap bulan hijriyah)
Puasa Senin-Kamis
Puasa di Bulan Muharram, khususnya Asyura (10 Muharram), sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
"Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yaitu Muharram." (HR. Muslim)
Persiapan Dzulhijjah dan Ibadah Qurban
Dzulqa’dah juga menjadi momen persiapan mental dan spiritual menjelang 10 hari pertama Dzulhijjah, yang disebut-sebut sebagai hari terbaik sepanjang tahun. Nabi ﷺ bersabda:
"Tidak ada hari-hari di mana amal shalih lebih dicintai oleh Allah daripada sepuluh hari pertama Dzulhijjah."
(HR. Bukhari)
Ulama seperti Syaikh Shalih al-Fawzan dan Syaikh Abdul Aziz bin Baz menganjurkan agar umat Islam memperbanyak puasa, dzikir, sedekah, dan amal shalih di bulan-bulan ini sebagai bentuk konsistensi pasca Ramadhan.
Meskipun bulan setelah Syawal tidak memiliki nama sepopuler Ramadhan, ia tetap menyimpan banyak peluang kebaikan. Mulai dari momentum bulan haram, amalan puasa sunnah, hingga persiapan menuju Dzulhijjah — semuanya menunjukkan bahwa ibadah tidak boleh berhenti setelah Syawal.
Menjaga semangat ibadah dan terus mendekat kepada Allah adalah bentuk kesungguhan iman. Seperti kata para ulama:
“Bukanlah yang penting bagaimana engkau beramal di Ramadhan, tapi bagaimana kelanjutan amalmu setelahnya.”
(ACF)