6 Kelompok Objek Dakwah dalam Perumpamaan Buah Kelapa versi Tokoh Muhammadiyah A.R Fachruddin

Oase.id - A.R. Fachruddin, yang menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada 1968–1990, dikenal sebagai sosok pemimpin dan pendakwah yang luwes, bijaksana, dan mampu merangkul berbagai kalangan. Gaya kepemimpinannya mencerminkan semangat persatuan, di mana ia mampu menjaga keseimbangan antara keteguhan prinsip Islam dan keterbukaan terhadap dialog.
Dengan tutur kata yang santun dan pendekatan yang hangat, ia berhasil membangun jembatan komunikasi yang efektif, baik di lingkungan internal Muhammadiyah maupun dalam interaksi dengan masyarakat luas dan pemerintah. Karakternya yang teduh namun tegas menjadikannya panutan dalam menyebarkan dakwah Islam secara damai dan penuh hikmah.
A.R. menekankan bahwa seorang dai harus memahami karakter sasaran dakwahnya. Pesan Islam perlu disampaikan dengan materi, metode, dan bahasa yang sesuai tingkat keagamaan, pengetahuan, serta kondisi sosial penerimanya.
Dikutip dari buku Pak AR & Jejak-Jejak Bijaknya yang ditulis Haidar Musyafa, untuk menjelaskan konsep ini, A.R. menggunakan perumpamaan buah kelapa yang mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Setiap tahap melambangkan tingkat pemahaman dan pengamalan ajaran Islam pada kelompok tertentu.
1. Manggar
Manggar, atau bunga kelapa, menggambarkan kelompok yang baru mengaku beragama Islam namun pemahaman agamanya masih sangat dangkal. Mereka belum melaksanakan ibadah wajib dan masih dekat dengan adat atau ritual yang bertentangan dengan syariat, seperti memberi sesajen atau upacara laut. Islam bagi mereka masih sebatas pengakuan lisan.
2. Bluluk
Bluluk adalah bakal buah kelapa yang mulai terbentuk. Kelompok ini sudah mengenal dan melaksanakan sebagian ibadah seperti shalat, puasa, dan zakat, namun sering masih dilakukan karena ikut-ikutan. Mereka tetap mempertahankan kebiasaan yang dilarang agama, seperti berjudi atau mengadu ayam, dan mencampuradukkan Islam dengan tradisi yang tidak sesuai syariat.
3. Cengkir
Cengkir adalah kelapa muda yang tipis dagingnya. Kelompok ini sudah lebih baik dalam menjalankan ibadah wajib, bahkan mungkin telah berhaji. Namun, sebagian larangan agama masih dilanggar, dan keterikatan pada adat lama belum sepenuhnya hilang.
4. Degan
Degan, kelapa muda yang manis airnya, menggambarkan Muslim yang pengetahuan agamanya luas, ibadahnya istikamah, dan sudah menjalankan amalan sunnah. Mereka tekun membaca dan mempelajari Al-Qur’an, berusaha menghindari maksiat, dan mendalami agama secara berkelanjutan.
5. Kelapa Tua
Kelapa tua memiliki daging tebal, santan banyak, dan bermanfaat. Inilah perumpamaan Muslim sejati yang iman dan takwanya kuat, berilmu luas, dan mengamalkan Islam secara kaffah. Mereka tekun beribadah, mempelajari Al-Qur’an dan hadits, serta meniatkan semua amal untuk keridhaan Allah.
6. Kopyor
Kopyor adalah kelapa yang rusak. Kelompok ini menggambarkan Muslim yang keyakinannya menyimpang akibat pemahaman agama yang setengah-setengah. Mereka mencampuradukkan ajaran Islam dengan ajaran lain, beribadah sesuai kehendak pribadi, dan berpotensi menyesatkan diri sendiri maupun orang lain.
A.R. Fachruddin menekankan bahwa metode dakwah harus berbeda untuk setiap kelompok. Kelompok kelapa tua nyaris tidak disentuh karena dianggap sudah mapan, sementara kelompok manggar, bluluk, cengkir, degan, dan kopyor memerlukan perhatian dan bimbingan. Dakwah disampaikan dengan bahasa ringan, mudah dipahami, bahkan dibumbui humor agar tidak menimbulkan jarak.
Beliau juga mencontohkan sikap santun kepada kelompok yang menyimpang. Bukan dengan marah atau debat kusir, melainkan membangun kedekatan, berdialog, dan menyentuh hati mereka. Prinsip ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. An-Nahl: 125, yang memerintahkan berdakwah dengan hikmah, nasihat yang baik, dan berdiskusi dengan cara terbaik.
Dengan pendekatan ini, dakwah menjadi ajakan yang menyejukkan, menggembirakan, dan menggerakkan hati, sehingga umat terdorong mengamalkan Islam dengan kesadaran penuh.
(ACF)