Masjid Mariam Al Batool Saksi Bisu Kejayaan Muammar Gaddafi

N Zaid - Masjid 03/08/2025
Masjid Al-Batool, Malta. Foto: Frank Vincentz
Masjid Al-Batool, Malta. Foto: Frank Vincentz

Oase.id - Di jantung kawasan Corradino Hill, kota Paola, Malta, berdiri megah sebuah bangunan berkubah hijau yang mencolok mata. Ia bukan hanya masjid satu-satunya yang dibangun khusus di negara pulau kecil di Laut Tengah ini, tetapi juga menjadi penanda sejarah, politik, dan identitas lintas budaya yang tak banyak orang tahu. 

Masjid ini bernama Mariam Al-Batool Mosque—tempat ibadah umat Islam yang menyimpan kisah panjang hubungan Malta dengan dunia Arab, terutama Libya, dan menjadi pusat spiritual bagi ribuan Muslim dari berbagai negara yang kini tinggal di Malta. Tak banyak yang tahu, masjid ini juga menjadi saksi bisu dari pengaruh seorang pemimpin dunia yang kontroversial: Muammar Gaddafi.

Peletakan batu pertama Masjid Mariam Al-Batool terjadi pada tahun 1978. Ketika itu, pemerintah Malta memberikan sebidang tanah di kawasan Paola kepada Libya sebagai bentuk kerja sama diplomatik yang erat antara kedua negara. Libya, di bawah kepemimpinan Gaddafi, tidak hanya membiayai pembangunan masjid ini, tapi juga menciptakan sebuah kompleks Islam yang lebih besar: Islamic Centre in Malta. Pembangunan rampung pada 1982, namun secara resmi masjid ini diresmikan dua tahun kemudian, tepatnya pada 1984, bersamaan dengan penandatanganan Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama antara Malta dan Libya. Sejak saat itu, masjid ini menjadi simbol kedekatan ideologis dan kultural dua negara yang berbeda secara sejarah dan keyakinan.

Arsitektur masjid ini unik, menggabungkan gaya Islam modern dengan bahan lokal khas Malta. Dirancang oleh arsitek Libya, Mohammed Abid el-Soukri, bangunannya didominasi oleh batu kapur Malta dengan sentuhan warna merah muda, hijau, dan kuning pucat di masa awal pembangunannya. Menara tunggal masjid menjulang sekitar 31 meter, dengan kubah hijau besar sebagai titik fokus utama dari kejauhan. Bentuknya mencolok dan dengan cepat menjadi penanda visual kota Paola. Di dalamnya, ruang salat utama mampu menampung sekitar 500 jemaah. Terdapat juga area terpisah untuk perempuan, fasilitas wudhu, serta ruang penyimpanan kitab suci berukuran besar yang tersedia untuk jemaah.

Namun, masjid ini bukan hanya tempat untuk beribadah. Kompleks Mariam Al-Batool mencakup sejumlah fasilitas penting: Islamic Cultural Centre, sekolah dasar bernama Mariam Al-Batool School, pemakaman Muslim, rumah Imam, serta taman kota yang kini dikenal sebagai Mediterranean Garden. Taman ini dahulu bernama Gaddafi Garden, lalu diganti menjadi Libyan Garden, dan akhirnya diberi nama netral seiring dinamika politik yang berubah seiring waktu. Kompleks ini menjadi pusat komunitas Muslim di Malta yang terus berkembang, baik oleh imigran, pengungsi, maupun warga lokal yang memeluk Islam.

Komunitas Muslim di Malta dulunya sangat kecil. Namun kini, jumlahnya meningkat drastis. Dari hanya beberapa ratus orang di dekade 1970-an, kini populasi Muslim di Malta diperkirakan mencapai lebih dari 10.000 jiwa, sebagian besar dari mereka berasal dari Afrika Utara, Asia Selatan, dan Timur Tengah. Masjid Mariam Al-Batool menjadi pusat spiritual dan sosial bagi komunitas ini. Di sinilah mereka berkumpul untuk salat Jumat, merayakan Idulfitri, menggelar pengajian, serta mendiskusikan persoalan komunitas mereka dengan damai.

Masjid ini dikelola oleh Islamic Call Society (WICS), sebuah lembaga yang terafiliasi dengan Libya. Imam masjid saat ini adalah Mohammed Elsadi, seorang warga Malta keturunan Palestina yang telah dikenal luas sebagai figur spiritual yang dihormati. Ia dikenal berwawasan luas dan aktif dalam menjembatani komunikasi antara komunitas Muslim dan masyarakat Malta yang mayoritas beragama Katolik. Meskipun beberapa kalangan melihatnya sebagai tokoh konservatif, banyak juga yang menganggap Elsadi sebagai sosok yang membawa kedamaian dan pendidikan yang inklusif kepada generasi muda Muslim di negara itu.

Masjid ini dibuka setiap hari dari pukul 08.00 hingga 22.00, dan tidak hanya melayani jemaah Muslim. Banyak turis non-Muslim yang tertarik mengunjunginya karena nilai sejarah dan arsitekturnya yang unik. Mereka disambut dengan keramahan, asalkan mematuhi aturan berpakaian dan menghormati adat setempat, seperti melepas sepatu saat memasuki ruang ibadah. Masjid ini menjadi tempat di mana dialog antarbudaya terjadi secara alami.

Mariam Al-Batool bukan hanya masjid biasa. Ia adalah simbol perubahan zaman, saksi hubungan antarbangsa, dan bukti bagaimana sebuah tempat ibadah dapat menjadi pusat dialog, pendidikan, dan kerukunan di tengah masyarakat plural. Meskipun jejak politik yang mengiringi sejarahnya tak terelakkan, masjid ini tetap berdiri kokoh sebagai ruang ibadah yang damai, terbuka, dan mencerminkan keberagaman wajah Islam di tengah Eropa modern. Bagi siapa pun yang berkunjung ke Malta dan ingin melihat sisi lain dari sejarah pulau ini, Masjid Mariam Al-Batool adalah tempat yang patut disinggahi.(Mariam Al-Batool)


(ACF)
TAGs:
Posted by Achmad Firdaus