Memaknai Arti Syukur

Siti Mahmudah - Hukum Islam Manfaat Bersyukur Dzikir 31/08/2022
Al Quran (Gambar oleh Fauzan My dari Pixabay) 1
Al Quran (Gambar oleh Fauzan My dari Pixabay) 1

Oase.id - Rasa syukur bisa dimaknai mengetahui bahwa tiada pemberi kenikmatan selain Allah. Menyadari nikmat Allah melalui anggota tubuh dan jiwa serta segala yang diperlukan dari urusan hidup. Ketika telah merasakan hal tersebut, maka timbullah hati yang penuh kegembiraan.

Jika dimaknai dengan hati, rasa syukur bisa diartikan menyembunyikan kebaikan bagi seluruh manusia dan menghadirkannya selalu dalam mengingat Allah Swt, sehingga tidak melupakannya. Sementara dengan lisan, bisa diungkapkan dengan banyak mengucap kalimat tahmid atau Alhamdulillah.

Selanjutnya, dengan anggota tubuh dinyatakan dengan menggunakan nikmat Allah dalam menaati-Nya dan menghindari penggunaan nikmat-Nya untuk mendurhakai-Nya. Syukur mata dapat diungkapkan dengan menutupi setiap kejelekan yang dilihat dari seorang muslim dan tidak menggunakannya untuk melihat maksiat. Syukur kedua telinga dilakukan dengan tidak mendengar kejelekan-kejelekan orang lain.

Keutamaan syukur terletak ketika mengaitkannya dengan zikir. Zikir yang dimaksud adalah bukan sekadar zikir (mengingat dan menyebut nama Allah) dengan lisan, melainkan zikir dengan hati dan lisan. 

Bentuk zikir kepada Allah meliputi zikir-zikir dengan menyebut nama-nama dan sifat-sifat-Nya, mengingat akan perintah dan larangan-Nya, serta berzikir dengan firman-firman-Nya.

Sebagaimana Allah berfirman:

“Sesungguhnya zikrullah (mengingat allah) itu lebih besar.” (QS. Al-Ankabut: 45)

Selaras dalam surat lain, Allah berfirman: 

“Karena itu, ingatlah kamu kapada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.’’ (QS. Al-Baqarah:152).

Setiap orang jika ditanya tentang sesuatu antara bersyukur atau mengeluh. Apabila ia memilih bersyukur, maka telah menaati Allah. Dan apabila mengeluh, maka ia tidak mentaati perintah Allah. 

Diceritakan, suatu ketika, Nabi ﷺ pernah berkata kepada seorang laki-laki, “Bagaimana keadaanmu di waktu pagi ini?” Lelaki itu menjawab, "Baik."

Nabi ﷺ mengulangi pertanyaan itu dan orang tersebut mengulangi jawabanya hingga pada ketiga kalinya ia menjawab, “Keadaanku baik dan aku memuji syukur kepada Allah Ta’ala.”

Cerita di atas merupakan contoh cabang dari satu bab tauhid, bahwa dialah yang mensyukuri dan disyukuri, yang mencintai dan dicintai. Tiada sekutu pun wujud ini selain Allah. Segala sesuatu akan binasa kecuali diri-Nya. Hal tersebut adalah kebenaran yang azali dan abadi, karena tiada sesuatu pun di wujud ini selain Allah. Dia berdiri sendiri. 

Artinya, rasa syukur adalah penggunaan nikmat di jalan yang diciptakan baginya. Contohnya, seorang raja mengirim kepada seorang budaknya seekor kuda dengan segala keperluanya untuk dikendarai. Jika ia menaiki dan menggunakanya di jalan yang telah ditetapkan baginya, maka ia pun menggunakan nikmat itu dengan semestinya. Jika ia menaikinya dan menjauh dari raja, maka itu adalah kebodohan dan mengingkari nikmat.

Sumber: Disarikan dari keterangan dalam kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali


(ACF)
Posted by Achmad Firdaus