Pelajaran dari 3 Orang yang Berniat Melampaui Ibadah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam

N Zaid - Nabi Muhammad Saw 14/08/2022
Ilustrasi: Unsplash
Ilustrasi: Unsplash

Oase.id - Seorang muslim didorong untuk senantiasa meniatkan segala perbuatan kebaikan dalam rangka mengejar keridhoan Allah subhanallahu wa ta’ala. Tujuannya, agar yang dikerjakan bernilai pahala. Sebab itu, menghadirkan niat adalah tahap yang penting sebelum beramal.

Perbuatan kebaikan yang besar dapat  menjadi tidak bernilai pahala karena niat yang salah atau tidak diniatkan karena Allah. Sebaliknya, kebaikan kecil bisa bernilai pahala besar jika diniatkan untuk mengejar keridoan Allah subhanallahu wata a’la.

Setelah niat, sebelum beramal seorang muslim perlu membekali dirinya dengan ilmu syari. Dengan demikian, niat baik saja tidak cukup. Beramal perlu sesuai dengan tuntunan Rasulullah ﷺ .

Hadits tentang tiga orang yang berniat untuk menjalankan ketaatan dengan kadar yang sangat luar biasa namun ditentang Rasulullah adalah salah satu contoh bahwa niat baik pun harus dilandaskan ilmu sebelum diamalkan.

Dari Anas Radhiyallahu anhu ia berkata, Ada tiga orang mendatangi rumah istri-istri Nabi ﷺ untuk bertanya tentang ibadah Beliau ﷺ . Lalu setelah mereka diberitahukan (tentang ibadah Beliau ﷺ ), mereka menganggap ibadah Beliau ﷺ itu sedikit sekali. Mereka berkata, “Kita ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Nabi ﷺ Beliau ﷺ telah diberikan ampunan atas semua dosa-dosanya baik yang telah lewat maupun yang akan datang.” Salah seorang dari mereka mengatakan, “Adapun saya, maka saya akan shalat malam selama-lamanya.” Lalu orang yang lainnya menimpali, “Adapun saya, maka sungguh saya akan puasa terus menerus tanpa berbuka.” Kemudian yang lainnya lagi berkata, “Sedangkan saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan menikah selamanya.”

Kemudian, Rasûlullâh ﷺ mendatangi mereka, seraya bersabda, “Benarkah kalian yang telah berkata begini dan begitu? Demi Allâh! Sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allâh dan paling taqwa kepada-Nya di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku juga berbuka (tidak puasa), aku shalat (malam) dan aku juga tidur, dan aku juga menikahi wanita. Maka, barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhâri (no. 5063) /referensi almanhaj)

Semua yang diniatkan ketiga orang dalam hadits itu tentu tidak ada yang dimaksudkan untuk mengejar dunia, melainkan semata-mata berharap keridhoan Allah subhanallahu wa ta’ala. Namun, Rasulullah ﷺ tidak memujinya, justru memberikan pernyataan keras agar mereka tidak berlebih-lebihan, sehingga keluar dari sunnah Rasulullah ﷺ. Hadits ini pun mengandung pesan bahwa pentingnya bagi seorang muslim untuk menuntut ilmu syari, agar tidak sia-sia dalam beramal ibadah.

Ustaz Fuad Hamzah Baraba, Lc dalam salah satu tulisan artikelnya di laman Muslim.or.id mengutip perkataan Mu’adz bin Jabal radhiyallaahu ‘anhu tentang pentingnya berilmu sebelum beramal. Dari kitab al-Amru bil Ma’ruf wan nahyu anil munkar karya Ibnu Taimiyyah halaman 15, Mu’adz bin Jabal radhiyallaahu ‘anhu berkata: “Ilmu adalah pemimpin amal, dan amal adalah pengikut ilmu”.


(ACF)
Posted by Achmad Firdaus