Menyoal Itikaf Ramadhan dan Ciri Orang yang Mendapatkan Lailatul Qadar
Oase.id - Itikaf adalah berdiam diri di dalam masjid sembari melakukan segenap rangkaian ibadah berupa zikir, salat sunah, mendaras Al-Qur'an, serta aneka bentuk ibadah lainnya. Ibadah ini kerap dilaksanakan saat bulan Ramadhan.
Hal ini merujuk pada apa yang dicontohkan Nabi Muhammad ﷺ. Rasulullah melakukan itikaf di 10 hari terakhir bulan Ramadan.
“Biasanya (Nabi sallallahu’alaihi wa sallam) beri'tikaf pada sepuluh malam akhir Ramadhan sampai Allah wafatkan. Kemudian istri-istrinya beri'tikaf setelah itu.” (HR. Bukhari, no. 2026 dan Muslim, no. 1172).
Ustaz Sobih Adnan menjelaskan, itikaf berasal dari lafaz 'akafa bermakna diam, tetapi fokus. Beritikaf berarti memfokuskan diri untuk memuji, mengagungkan, dan memohon ampunan kepada Allah Swt.
"Jika mengacu pendapat Imam Syafi'i, maka itikaf bisa dilakukan minimal lebih lama dari ruku. Sementara dalam mazhab Maliki minimal 24 jam, atau ada kesinambungan antara puasa dan itikaf itu sendiri," kata Sobih saat Kajian Jumat Pagi, Kitab Riyadhus Shalihin, Bab 232: Itikaf di Bulan Ramadhan, di Masjid Nursiah Daud Paloh (NDP) Lampung, Kompleks Harian Umum Lampung Post, Jumat, 22 April 2022.
Hukum itikaf adalah sunah. Namun, kata pria yang kerap disapa Gus Sobih itu, ketentuannya bisa berubah menjadi wajib ketika itikaf dijadikan sebagai sebuah nazar.
"Konsekuensinya niat pun turut berubah. Jika itikaf biasa bisa menggunakan niat, 'Nawaitul i’tikafa fi hadzal masjidi lillahi ta‘ala (Saya berniat i’tikaf di masjid ini karena Allah Swt), maka dalam niat itikaf nazar harus ditekankan nilai kefarduannya menjadi 'Nawaitul i'tikafa fi hadzal masjidi fardlan lillahi ta'ala (Saya berniat i’tikaf di masjid ini fardlu karena Allah Swt)," terang dia.
Menurut dia, itikaf di malam-malam pengujung Ramadhan sangat dianjurkan seiring adanya janji Allah Swt tentang turunnya malam lailatul qadar, malam seribu bulan.
"Kata qadar dalam lailatul qadar secara bahasa memiliki tiga makna. Ada qadar bermakna penentuan, yakni malam tersebut merupakan malam segala penentuan, termasuk penentuan diturunkannya Al-Qur'an. Kedua, qadar bermakna kemuliaan, karena turun di bulan mulia Ramadhan," kata dia.
Sedangkan yang ketiga, lanjut dia, adalah qadar bermakna sempit. Makna ini hadir dari beberapa riwayat yang menceritakan malam lailatul qadar seluruh malaikat turun ke bumi.
"Sementara dalam riwayat diceritakan, satu malaikat Jibril saja memiliki 500 helai sayap. Jika satu sayapnya dibentangkan, maka akan menutupi ujung timur dan barat bumi. Jadi, qadar bermakna sempit itu maksudnya semacam berdesakan karena banyak malaikat pembawa rahmat untuk manusia yang turun di malam itu," terang Sobih.
Menurut Gus Sobih, ciri-ciri paling terang untuk orang-orang yang meraih lailatul qadar adalah sebagaimana tersirat dalam QS Al-Qadr; 5, yakni (Damai) atau Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.
"Ada dua pemaknaan dalam ayat ini. Pertama, seseorang yang mendapatkan anugerah malam lailatul qadar akan merasakan kedamaian yang luar biasa hingga pagi. Tapi ada pula yang memaknai orang tersebut akan merasakan damai dan mencintai kedamaian hingga fajar, yang diartikan kehidupan baru setelah kematian atau akhirat. Orang-orang yang salamun (damai) di akhirat ini akan dimasukkan ke darussalam, rumah kedamaian, alias surga," terang dia.
Artikel ini telah tayang di Lampost.co dengan judul: "Cara Beriktikaf dan Tanda-tanda Meraih Lailatul Qadar"
(ACF)