Hadits Tawasul Amal Saleh: Agar Doa Terkabul

N Zaid - Doa Sehari-hari 11/07/2022
Ilustrasi: Unsplash
Ilustrasi: Unsplash

Oase.id - Seseorang muslim dituntut untuk meniatkan segala aktivitasnya, dalam perkara yang baik, karena Allah sehingga bernilai ibadah dan mendapat ganjaran pahala.  Demikian, muslimin pun hanya boleh menyandarkan diri dalam memohon pertolongan kepada Allah bukan kepada zat lain.

Memohon kepada Allah yang disampaikan dalam bentuk doa dan diawali dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ adalah beberapa adab yang perlu diperhatikan agar doa terkabul. Dan selain itu, seseorang boleh melakukan tawasul ketika berdoa. Tawasul artinya mendekatkan diri. Tawasul juga berarti mengambil perantara untuk tersampainya hajat.

Dengan bertawasul dalam berdoa, seseorang memohon kepada Allah supaya doanya dikabulkan. Salah satu tawasul yang disepakati ulama, sesuai syariat, adalah bertawasul dengan amal saleh.

Caranya, sebelum menyampaikan hajatnya, seseorang menyebut tentang amal saleh yang dianggap 'terbaik',  yang pernah dia lakukan, dan dengan itu memohon keridoan Allah l untuk mengambulkan doanya.
Dalil bolehnya bertawasul dengan amal saleh dikabarkan dalam riwayat dari Abu ‘Abdir Rahman, yaitu Abdullah bin Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhuma.

Dikisahkan dalam sabda Rasulullah ﷺ bahwa ada tiga pemuda yang terjebak di dalam gua karena pintu gua terhalang batu besar. Tiga pemuda itu pun akhirnya berdoa dengan bertawasul dengan amal saleh yang pernah mereka lakukan. Allah l pun mengabulkan doa mereka sehingga mereka bisa selamat keluar dari gua. 
Hadits lengkapnya Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:

‘Ada tiga orang dari umat sebelum kalian bepergian dalam sebuah perjalanan. Di tengah perjalanan, mereka bermalam di sebuah gua. Mereka pun masuk ke dalam gua tersebut. Tiba-tiba batu besar jatuh dari gunung sampai menutupi mulut gua. Lalu mereka berkata, ‘Tidak ada yang dapat menyelamatkan kalian dari batu besar ini, kecuali berdoa kepada Allah dengan perantara amal-amal saleh kalian.”

‘Lalu seorang dari mereka memanjatkan doa, ‘Ya Allah, dulu aku punya dua orang tua yang sudah lanjut usia. Aku tidak pernah memberi susu kepada siapa pun sebelum kepada mereka berdua. Pada suatu hari, aku pergi untuk suatu keperluan. Saat aku pulang, ternyata keduanya telah tertidur. Aku bergegas memerahkan susu, namun kudapati beliau berdua masih tertidur. Aku bertekad tidak akan memberikan minum susu itu kepada keluarga atau budakku sebelum kedua orang-tuaku meminumnya. Maka, aku menunggu mereka bangun, sambil tanganku memegang gelas yang terisi susu hingga fajar subuh tiba. Keduanya lalu terbangun kemudian meminum susu tersebut.

Ya Allah, jikalau perbuatan itu benar-benar aku kerjakan ikhlas karena mengharap wajah-Mu, maka hilangkanlah kesulitan berupa batu besar yang ada di hadapan kami ini.’ Batu besar itu tiba-tiba terbuka sedikit, namun celahnya belum cukup dilalui mereka untuk keluar dari gua.

‘Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melanjutkan kisah, ‘Yang lain kemudian ikut berdoa, ‘Ya Allah, aku punya sepupu perempuan. Dahulu ia adalah orang yang paling aku cintai. Aku sangat berharap ia menjadi kekasihku. Namun, ia menolak cintaku. Setelah berlalu beberapa tahun, ia mendatangiku karena sedang butuh uang. Aku pun memberi 120 dinar dengan syarat ia mau tidur satu ranjang denganku (berzina). Ternyata ia mau. Sampai ketika aku ingin menyetubuhinya, wanita itu berucap, ‘Tidak halal bagimu membuka cincin kecuali dengan cara yang halal (maksudnya dengan akad nikah).” 

Kata-kata itu tiba-tiba membuatku sadar. Sehingga aku urungkan hasrat buruk itu dan aku pergi meninggalkannya. Padahal wanita itu orang yang paling aku cintai. Aku tinggalkan dia bersama kepingan emas yang sudah aku berikan kepadanya.

Ya Allah, jikalau perbuatan itu benar-benar aku kerjakan ikhlas karena mengharap wajah-Mu, maka hilangkanlah kesulitan berupa batu besar yang ada di hadapan kami ini.’ Batu besar itu tiba-tiba kembali bergeser membuka, namun celahnya belum cukup dilalui mereka untuk keluar dari gua.

‘Nabi ﷺ melanjutkan, ‘Orang ketiga juga berdo’a, ‘Ya Allah, dulu aku punya beberapa pegawai. Gaji aku berikan kepada mereka. Namun, ada satu pegawai saya yang berhenti bekerja kepada saya. Dia pergi meninggalkan jatah gajinya. Gaji itupun aku kembangkan hingga menghasilkan banyak harta. Setelah beberapa waktu, pegawai itu datang menemuiku. Ia menagih padaku, ‘Wahai hamba Allah, saya ingin mengambil gajiku yang belum saya ambil dahulu.’ Maka aku menjawab, ‘Semua yang kamu lihat ini, berupa unta, sapi, kambing, dan budak adalah gajimu yang belum kamu ambil.’ Maka ia menjawab, ‘Wahai hamba Allah! Jangan bercanda denganku!’ Aku menjawab, ‘Saya tidak bercanda denganmu.’ Kemudian semua harta diserahkan pada si pegawai tanpa sisa sedikitpun.

Ya Allah, jikalau perbuatan itu benar-benar aku kerjakan ikhlas karena mengharap wajah-Mu, maka hilangkanlah kesulitan berupa batu besar yang ada di hadapan kami ini.’ Gua yang sebelumnya tertutup pun terbuka. Akhirnya mereka semua dapat keluar.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 2272 dan Muslim no. 2743)

Dengan hadits ini, seseorang diharapkan semangat untuk beramal saleh, dan berupaya melakukan yang terbaik yang bisa ia lakukan dalam rangka berharap wajah Allah. Kisah tiga pemuda tersebut, adalah contoh, bagaimana doa seseorang dapat terkabul karena bertawasul dengan amal saleh yang pernah dikerjakan. 


 


(ACF)
Posted by Achmad Firdaus