Kisah Islam Aktris Inggris Aisha Rosalie,: Dari Alkohol, Hingga Adzan di Masjid Biru Turki

N Zaid - Mualaf 01/05/2023
Aisha Rosalie. Foto AA
Aisha Rosalie. Foto AA

Oase.id - Bagi kebanyakan orang Indonesia pilihan menjadi atheist, atau orang yang tidak mempercayai Tuhan, itu sulit dipahami. 

Meyakini bahwa ada hakikat yang tak terlihat yang memiliki kekuatan supernatural sudah berakar dalam kebudayaan Indonesia, bahkan sebelum agama-agama samawi masuk ke Tanah Air. Namun di dunia Barat, dengan perkembangan peradabannya yang semakin matrealistis, banyak masyarakatnya yang tidak bisa merasakan konsep ketuhanan hadir dalam hati. 

Aisha Rosalie, seorang mantan aktris Inggris hidup dalam lingkungan yang seperti itu. Namun, Allah menghendakinya untuk menjadi salah satu yang mendapat petunjuk sehingga mendapat panduan hidup dalam cahaya Islam yang terang dan menyelamatkan. 

Semula hidupnya kacau. Namun dengan kuasa Allah subhanahu wa ta'ala, Aisha Rosalie dipertemukan dengan Islam. Banyak pelajaran menarik dari kisah mualafnya. Yakni bagaimana pergumulan dan prespektif hidupnya ketika sebelum dan sesudah Islam. 

Rosalie sangat lugas membagi pengalaman dan pandangan hidupnya. Kecerdasannya untuk menyelami makna perasaan dan pengalamannya membawakan konteks yang komperhensif untuk lebih memahami kebatinan seseorang seperti Rosalie, wanita Barat yang semula jauh dari agama, namun akhirnya menerima Islam sebagai jalan hidup.  

Di bawah ini adalah wawancara penuh Rosalie seperti dalam video di kanal My Deen. Meski sangat panjang, namun setiap uraiannya menarik untuk diikuti, karena setiap kalimat yang keluar dari mulutnya,  bisa membuka hati dan pikiran kita untuk mengerti bahwa betapa berartinya panduan yang ditawarkan Islam kepada manusia. 

Penghargaan terhadap Islam itu bisa jadi sesuatu yang "sulit" dirasakan orang yang sejak lahir berstatus sebagai Muslim. Pengalaman dan pandangan Rosalie yang begitu emosional ini layak disimak dan direnungi sehingga menambah penghargaan dan rasa syukur kita akan nikmat Islam. Menambah keimanan kita untuk lebih khusyuk beribadah dalam arti ritual atau pun pada praktik kehidupan sehari-hari. Karena hakikat manusia hidup di dunia memang hanya untuk beribadah, bukan untuk yang lain. Seperti pada firman Allah:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyaat: 56).

Selamat membaca:

Siapa Aisha Rosalie?

Aku dibesarkan dalam keluarga yang sangat miskin. Ayahku berasal dari keluarga yang biasa disebut Gipsi Pengembara. Kami dibesarkan di gedung dewan, seperti perumahan yang sangat buruk di inggris

Kami hidup sangat susah dan sangat miskin sehingga ketika aku mulai mencari cara untuk menjadi seorang aktris aku mulai bener-benar belajar bagaimana berbicara dengan benar dan belajar bagaimana menampilkan diriku dan sekarang aku muslim alhamdulillah dan itulah puncak hidupku.

Apakah kau yakin pada agamamu sebelumnya?

Tidak. Karena aku tidak religius aku tidak memiliki agama tetapi aku memiliki iman di saat-saat sulit aku berbicara dengan Tuhan. 

Aku tak tahu apa itu Tuhan, siapa itu Tuhan tetapi jika sedang dihadapkan ke situasi yang sulit saya bilang 'Tuhan tolonglah saya'. Aku mungkin tak akan menggunakan kata Tuhan tetapi aku percaya pada kekuatan yang lebih tinggi.

Tetapi aku tak pernah benar-benar memikirkannya dengan baik. AKu tak pernah memberi tahu siapa pun bahwa aku percaya Tuhan.

Apa yang membuatmu meragukan keyakinanmu sebelumnya?
Dan mulai kapankah itu terjadi?

Ketika aku berada di Turki dan ketika aku berada di Blue Mosque (Masjid Biru). Masjid Sultan Ahmed, biasa disebutnya.  Saat itu aku mulai benar-benar melihat agama untuk pertama kali. 

Aku punya pengalaman tentang agama lain tetapi tidak sedalam agama Islam

Dengan agama lain aku hanya membacanya saja tetapi dengan Islam, ada rasa di hatiku, ketika di masjid dan mendengar adzan. Itu benar-benar berbeda.

Apakah kau memiki pikiran buruk tentang Islam?

Aku memiliki banyak prasangka tetapi aku tak pernah menganggap diriku Islamophobia. Aku tak pernah berpikir aku tak menyukai sekelompok orang. Aku selalu berusaha untuk menjadi orang yang baik.

Ya aku punya prasangka buruk. Ketika pertama datang ke Turki, aku ingat nenekku berkata, 'Kumohon jangan pergi ke negara Muslim, kumohon jangan pergi'.

Ia pikir akan terjadi sesuatu padaku dan ketika ia mengatakan kepadaku, 'Jangan pergi. Itu negara Muslim". Jujur aku takut. Aku benar-benar berpikir hal yang tidak sama.

Ketika ke masjid di Turki aku pikir mereka akan menertawakanku, mereka akan menatapku dengan buruk.
Aku bayangkan yang terburuk

Kejadian apa yang akhirnya membawamu pada Islam?

Aku memiliki hubungan yang buruk dengan alkohol. Jadi ketika aku berusia delapan tahun saudara laki-lakiku meninggal karena alkohol.

Itulah mengapa hal itu sangat mempengaruhiku karena aku sangat dekat dengannya, ia saudaraku.

Tetapi alasan yang sanga mempengaruhi ku ketika ia meninggal, dokter mengatakan jika ia tak mabuk ia tak akan mati.

Ia mabuk berkelahi. Dengan satu pukulan lalu ia terbentur lantai, otaknya belakang terbentur dan ia mati seketika.

Jika ia tidak mabuk ia bisa menahan pukulan. Itu alasannya. Jika tidak minum ia tidak meninggal. Karena itu aku jadi selalu punya masalah dengan alkohol.

Dan setelah kematiannya, saya masih muda. Tetapi keluargaku tidak sadar dengan dampak negatifnya alkohol. Mereka terus minum. Mereka minum lebih dari biasanya. Ayah sering pergi ke pub, aku makin jarang melihatnya.

Ayahku bertemu denga gadis berusia 15 tahun ia kabur dengan gadis itu meninggalkan keluarga karena alkohol.

Dan inilah hal yang selalu aku jadikan dorongan ketika aku tumbuh dewasa karena seluruh keluarga terpecah menjadi dua dalam waktu setahun. tadinya ada aku kakakku ayah dan ibu, dan setengahnya telah hilang. Tinggal aku dan ibuku.

Dan ku pikir setelah kejadian ini, tumbuh dengan membenci alkohol. Aku benci pesta, aku tak mau menghadiri pesta. Aku merasa sangat buruk.

Tetapi ketika aku mulai dewasa sekitar umur 20, aku berikir, 'Oh mungkin berpesta tidak terlalu buruk'. 

Aku tak pernah menjadi pecinta pesta. Aku tak begitu. Bagiku itu tentang jaringan. Semua orang mengatakan jika kamu pergi ke klub ini, kamu akan bertemu orang yang tepat, jaringan yang tepat. Jadi aku mulai melakukan pesta untuk alasan itu.

Suatu ketika saat aku di LA, aku pergi ke klub malam dan seorang mencampur minumanku. Dan pada malam yang sama aku masuk rumah sakit karena seseorang mencoba menculikku. beberapa kali seseorang mencoba menculikku ketka aku di LA.

Setelah itu aku ingat saat terbangun di rumah sakit, riasan wajahku berantakan. Aku dalam keadaan yang mengerikan. dan aku berkata 'kenapa aku melakukan ini kepada diri sendiri'. 
Aku selalu menentang alkohol. Mengapa aku mulai memasukan alkohol ini di hidupku.

Tetapi bagian terburuknya adalah setelah itu aku tak berhenti aku terus berpesta. Tak sebanyak teman-temanku tetapi mulai sering.

Dan ketika aku datang ke Turki, aku datang ke Turki dengan niat buruk. Aku tak memiliki niat baik ketika datang ke sini.

Jadi seperti Allah benar-benar menunggu aku kehilangan seluruh diriku. Hingga aku mencari tempat operasi plastik, aku benar-benar mencoba mengubah diriku sendiri.

Allah menunggu sapai aku kehilangan seluruh diriku, hingga Allah membawaku ke Islam.

Hal apa yang membuatmu melirik Islam?

Aku pikir yang paling mengesankan tentang Islam. Ketika aku bertasbih untuk pertama kalinya.

Jadi ketika aku melihat begitu banyak orang di Turki bertasbih, Ku pikir itu manik-manik stres, biasanya aku menyebutnya begitu.

Jadi aku menelepon ibuku,'Orang-orang di Turki menggunakan manik-manik stres. Itu sangat keren bu'.

Jadinya aku mencarinya di Google, 'Apa yang seharusnya dibaca ketika melakukan bertasbih. Dan aku belajar tentang Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu akbar beserta artinya. Aku pun mempraktikannya. 

Terjadi momen yang sangat istimewa setelah aku bertasbih untuk pertama kalinya. Momen itu saat aku keluar dari Blue Mosque di Istanbul. Dan aku sedang berdiri di antara Blue Mosque dan Hagia Shopia. 

Di situlah aku mendengar adzan pertama kalinya. aku pernah mendengar adzan sebelumnya tetapi kali ini aku benar-benar mendengarkannya.

Aku benar-benar berhenti dan mendengarkan adzan. Karena ketika kau berdiri di antara dua masjid itu terdengar sangat jelas.

Suaranya sangat terdengar. Aku berdiri dan hanya mendengarnya. Dan aku berpikir, 'Wow, itu sangat indah. Begitu damai'.

Aku ingat saat itu, ada sisa satu jam perjalanan untuk kembali ke asrama aku harus berjalan satu jam untuk kembali ke asrama. Aku tak tahu jalan. Aku berpikir, 'Oke, aku harus kembali ke asrama, tetapi bagaimana caraku sampai di sana'.

Jadi aku mengeluarkan ponselku, aku mencoba peta Google. Lalu ponselku yang baterainya bersisa 50% baru saja mati. Dan aku pun merasa sangat cemas.

Aku pikir, 'Bagaimana caraku kembali ke asrama?. Aku dari negara asing. Aku tak tahu kemana harus pergi. Dan aku jadi panik. Adzan masih berkumandang, dan tiba-tiba semua kekhawatiranku hilang begitu saja, semuanya lenyap begitu saja. Kecemasanku hilang.

Lalu aku berdoa di dalam hati, Tuhan, jika engkau nyata, bantu aku kembali ke asrama. Subhanallah. Aku hanya berjalan ke asramaku. Aku tak salah belok. Aku tak tahu bagaimana aku melakukan itu semua.

Itu semua karena rahmat Allah. Aku berjalan dari Blue Mosque ke asramaku tanpa intervensi. Tak ada bantuan, tak ada yang membantuku. Dan aku tetap tenang sepanjang perjalanan. 

Tak ada satu momen pun di mana aku pikir aku salah belok atau aku tak tahu harus lewat mana.

Subhanallah, itu bukan karenaku, itu semua karena Allah yang membimbingku kembali ke asrama.

Adakah kejadian lain tentang Islam yang menarik hatimu?

Setelah pengalaman pertamaku ke Masjid Biru, setelah itu aku kembali ke asrama dan aku mulai membaca Al-Quran.

Ada terjemahan bahasa Inggris di dalam asramaku. Jadi aku mengambilnya dan mulai membacanya dan aku membaca sekitar lima halaman surah Al-Baqarah.

Aku baru saja membacanya dan aku ingat aku memfoto setiap ayat yang menurutku menarik. Setelah aku terus belajar, aku terus membaca Al-Quran. Aku tak punya niat untuk menjadi Muslim, tetapi aku terus melakukan ini karena aku merasa tertarik.

Sesuatu memicu minatku, aku ingin tahu apa yang terjadi. Aku kembali ke Inggris, aku terus belajar. Tak lama setelah aku kembali ke Inggris, lockdown terjadi. sekitar seminggu setelah aku kembali Subhanallah semuanya merupakan rencana Allah. Karena jika lockdown tak terjadi setelah aku kembali ke Inggris, aku akan langsung kembali ke set film.

Kau tahu ketika kau bekerja di film kau akan pergi pagi hari dan kembali di malam hari. Kau tak punya kehidupan.

Tetapi subhanallah lockdown terjadi. Lockdown memaksaku untuk di rumah. Dengan teleponku, dengan komputerku, dengan buku-bukuku. Dan aku terus membaca. Aku membaca, aku belajar, aku menonton ceramah, aku melakukan semuanya di rumah. Aku tak mengenal muslim lain. Aku sendirian di sepanjang perjalananku.

Dan aku masih belum berencana untuk menjadi Muslim. Hal yang benar-benar memicuku adalah ketika aku mulai salat. Aku pikir aku akan mencoba. Aku rasa aku harus memotivasi diriku sendiri.

Aku pikir jika seseorang dapat bangun untuk salat subuh, itu membuat mereka memiliki pengendalian diri yang luar biasa. Itulah membuatku mulai melakukannya.

Aku mulai salat untuk membantuku mengendalikan hari, untuk membantuku menyusun hariku. Dan dengan melakukan itu, hari-hariku menjadi jauh lebih produktif.

Karena aku akan merencanakannya di antara subuh dari dzuhur. Aku akan melakukan ini dan ini. Dan di antara setiap salat aku merencanakan semua hal dan aku menjadi sangat produktif dengan jadwalku.

Aku tak percaya. Aku menyukainya ini luar biasa, Islam sangat luar biasa. Orang-orang yang salat lima kali sehari sangat keren karena akan dapat melakukan banyak hal dalam harimu. Jadi aku melakukannya dan Ramadan datang.

Aku mau berusaha mencoba untuk mendapatkan kontrol diri. Aku akan mencoba puasa Ramadan. Ibuku tak suka aku melakukannya (berpuasa), ia berpikir aku akan mati.

Ia berkata, 'Kamu tak bisa melakukannya kamu akan mati'.

Ia sangat marah aku mencobanya, jadi aku melakukan (puasa) Ramadan secara rahasia. Dan aku tak percaya aku melakukannya. Sejujurnya aku tak menyangka bisa melakukannya. Aku mulai melakukan (puasa) Ramadan dan saat itu keyakinan itu mulai datang kepadaku. Aku berhenti memikirkan dunia dan mulai memikirkan tentang Allah.

Karena selama Ramadan aku hanya fokus berpuasa, aku salat dan di luar itu aku belajar Islam. Hanya itu yang aku lakukan.

Jadi cara Islam membuatku merasa inilah kebenaran. Dihidupku tak ada yang memberikanku perasaan seperti ini. Dan karena itu aku mulai menganggapnya serius.

Dan aku juga mulai merasa, "Ini dari Tuhan. Karena hanya Tuhan yang bisa memberiku keputusan itu. Aku sudah mencoba banyak hal dalam hidupku untuk menerima kepuasan, untuk menemukan kebahagiaan. Dan Tuhan telah memberikannya dengan Islam.

Bagaimana perasaanmu saat bersyahadat?

Aku tak bersyahadat secara formal, aku tak melakukannya di masjid. Aku melakukannya saat lockdown Covid di ruang tamuku.

Aku menangis sepanjang malam dalam bulan Ramadan. Aku menjadi Muslim dalam bulan Ramadan. Aku menangis hampir sepanjang waktu, yang kuingat aku menangis berulang kali karena khawatir melakukannya salah. Jadi aku terus bersyahadat berulang kali karena aku sulit mengucapkannya.

Dan aku banyak menangis dan aku seperti 'oke'. Aku menarik nafas dan mencobanya lagi. Dan aku mulai menangis lagi. Jadi aku bersyahadat beberapa kali. Aku merasa menemukan tujuanku. Sepanjang hidupku, banyak hal yang kucoba tapi takku selesaikan. Aku tak pernah menyelesaikan apa pun.

Aku kursus di sekolah, tak kuselesaikan. Aku mulai bekerja, lalu aku berhenti. Seumur hidupku aku hanya berputar-putar dan karena aku tak tahu tujuanku, aku tak tahu kemana aku harus pergi.

Aku terus menerus kebingungan. Itulah yang aku rasakan dalam waktu yang sangat lama. Dan aku tahu di momen ketika aku bersyahadat, aku merasa inilah saatnya aku bisa meninggalkan kebiasaanku itu. 

Ketika kau bukan Muslim, tak ada apa pun yang membuatmu fokus. Semua terasa sulit. Semua menjadi beban. Karena tak tahu kenapa itu terjadi dan kau bingung.

Tetapi tiba-tiba kita diberikan moral kita diberikan pedoman untuk diikuti dan kemudian tujuannya jadi lebih jelas. 

Kau akhirnya tahu kemana harus pergi? mengapa kau pergi ke sana apa yang akan kau dapatkan di penghujungnya surga Insha Allah.

Dan tujuan menuju surga adalah kehidupan yang lebih mudah untuk dijalani daripada kehidupan yang kau tak tahu kemana harus pergi. Jadi ya saat itu emosional bagiku.

Sulitkah bagimu meninggalkan karir aktingmu setelah memutuskan menjadi Muslim?

Ya aku rasa itu menyulitkan bagi hal yang aku kerjakan dalam waktu yang lama. Aku tak pernah berhenti secara formal.

Aku tak berpikir, 'Oh, hari ini adalah hari di mana aku akan berhenti akting. Karena Covid sudah lama tak ada syuting film tak ada akting.

Dan karena itu, Allah memberiku waktu untuk belajar agama sebanyak mungkin.

Jadi aku tahu apa yang boleh dan yang tidak boleh kulakukan. 

Aku ditawarkan bekerja lagi, dan pertama kalinya dalam hidupku aku menolaknya dan kemudian aku pikir, di mana tempatku? Aku telah bekerja sangat keras untuk mencapai di mana aku sekarang ini.
Dan saat itulah aku berniat untuk bekerja di proyek-proyek Muslim. Jadi aku tak perlu khawatir dengan sutradara yang ingin aku memeluk pria lain sedangkan ia tak mengerti mengapa aku tak bisa memeluknya. Aku tak perlu mengkhawatirkan hal seperti itu. 

Bagaimana reaksi keluarga dan orang-orang di sekitarmu?

Ibuku di saat awal aku mualaf, ia mendatangiku dengan artikel dari hasil pencarian di Google. Dan itu adalah kekhawatiran yang tulus tetapi kebanyakan berita palsu yang ia temukan. 

Dan iya tak senang. Ia sering memakai kata teroris. Ia mengatakan padaku, "Jika kau pergi ke Masjid, hati-hati, seseorang mungkin merekrutmu. Ia benar-benar berpikir akan ada orang menungguku di luar lalu merekrutku untuk menjadi bagian dari mereka.

Aku tak tahu beritanya, begitulah media. Itu yang ia pikirkan. 

Aku kehilangan banyak teman, salah satu mengirim pesan di Facebook dan berkata apakah kau melakukan ini untuk seorang pria? apakah kau diintimidasi? apa yang terjadi? Ia mengira seolah aku berada dalam situasi yang mengerikan.

Dan keluargaku benar-benar aneh di sekitarku, karena mereka tak tahu bagaimana harus bersikap. Mereka mungkin pikir aku sudah gila. Aku tak tahu. Tetapi aku tahu keluargaku lebih dekat denganku ketika aku masih berpesta, ketika aku melakukan hal-hal buruk.

Mereka bisa mengerti itu, tetapi dengan diriku yang sekarang mereka tak mengerti. 

Ibuku menjadi lebih baik denganku, sejujurnya, ibuku mulai belajar tentang Islam.

Aku mengajaknya ke masjid, aku mengajaknya ke stan dakwah di mana banyak orang yang memberikan dakwah. Ia mulai belajar tentang Islam lebih banyak. Ia menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. 

Dan itu karena Allah menempatkan Muslim yang baik dalam hidupnya. Ia bertemu orang-orang baru, lalu ia meneleponku dan bercerita 'Aku bertemu gadis berhijab dan ia membantuku'. 

Setiap ia melihat seorang Muslim yang membantu orang lain ia memperhatikannya. Lalu ia memberitahuku. Jadi ada orang di luar sana selain diriku, yang memberikan dakwah padanya. Jadi itu sangat membantu.

Apakah sulit bagimu untuk memakai hijab?

Itu pasti sulit, karena aku adalah gadis yang selalu ingin dilihat orang. Tetapi juga kesal jika orang yang salah yang melihat. Dan aku harus meninggalkan sifat itu, yang sangat sulit karena identitas keartisanku tergantung pada apakah orang melihatku atau tidak.

Dan itu sangat sulit karena ketika aku berjalan di jalanan Inggris rasanya seperti aku tidak ada, aku tak terlihat.

Saat seorang ingin menjadi artis, pakaiannya harus mencolok walaupun itu hal yang tidak ia sukai.

Jadi sudah pasti itu suatu perubahan yang besar bagiku. Tapi aku mulai berubah. Aku mulai menyukai menjadi tak terlihat. Aku mulai menikmati berjalan menyusuri jalan, tanpa harus tampak mencolok.

Aku benar-benar menikmati hidup untuk pertama kalinya tanpa khawatir apa yang dipikirkan orang tentangku. Dan itulah yang Islam berikan kepadaku.

Dapatkah kau menceritakan tentang pengalaman salat pertamamu?

Salat pertama yang aku pelajari adalah salat dzuhur. Tapi aku rasa salat subuh jauh lebih mudah karena hanya dua rakaat. Tetapi saat itu aku belum tahu. Aku hanya mengetik di google, bagaimana cara shalat? Hasilnya empat rakaat dzuhur, tetapi aku tak tahu apa itu rakaat.

Aku belajar dari video yang kupilih. Pertama aku belajar salat dzuhur aku mempelajari gerakan dan bacaan Allahuakbar, dari yang termudah dulu. 

Aku tak bisa membaca tulisan Arab tetapi mereka punya terjemahaan latin di layar.  Dan itu sangat sulit dibaca. Aku terus mendengarkannya. Bagaimana ia mengucapkannya? Aku tak tahu cara mengucapkannya. Aku terus mencobanya.

Aku ingat pertama kali aku berusaha salat dzuhur dengan benar, yang saya pikir. Aku merasa gugup seharian, karena aku betul-betul mempersiapkannya, aku mempelajarinya. Dan ketika aku bangun di pagi hari aku sangat gugup.

Karena di waktu itu aku merasa akan menghadap Tuhan. Dan aku sangat takut seperti ada sesuatu yang sangat mengerikan bagiku. Dan aku ingat saat waktunya akan tiba, aku menunggu waktu shalat dzuhur sembari menghafal bacaannya. Aku merasa malu jika melakukan kesalahan. Tak tahu kenapa aku sangat malu jika salah. Kupikir aku takut melakukan kesalahan di depan Allah, dan Allah berpikir aku tak melakukannya dengan sungguh-sungguh. Itulah yang aku pikirkan saat itu. 

Lalu aku berdiri dan merasa ragu, lalu aku berhenti dan aku ulang lagi. Aku melakukannya hingga beberapa kali. Kemudian aku mulai salat lagi dan yang dapat kulihat hanyalah cahaya putih terang. Itu saja yang dapat kulihat di salat pertama ku. Dan aku merasa bahwa yang kulakukan benar. Seingatku itu sudah benar tata cara salatnya. Mungkin pengucapanku ada yang salah.

Dan aku sangat terkejut karena aku tak menyangka akan melakukannya dengan benar. Aku ingat setelah menyelesaikan salatku aku merasa 'wow aku telah melakukannya'.

Rasanya seperti melakukan pertunjukan. Seperti ketika naik ke atas panggung, memberikan suatu pertunjukan. Dan aku benar-benar mengingat dialogku. Begitulah rasanya.

Apa yang tersulit setelah masuk Islam?

Bagiku salah satu tantangan tersulit adalah kepercayaan diri dalam agamaku aku selalu khawatir berada di sekitar Muslim lain.

Aku berpikir, bagaimana jika mereka mengatakan sesuatu dalam bahasa Arab dan aku tak tahu bagaimana meresponsnya?
Bagaimana jika aku salat di masjid dan aku melakukan suatu kesalahan?

Jadi aku sangat gugup saat berada di sekitar Muslim lain, pergi ke masjid, dan tempat lainnya.

Jika seeorang mengucapkan 'assalamualaikum' padaku, aku akan meresponsnya dengan gugup, aku benar-benar ketakutan.

Aku khawatir akan melakukan kesalahan sehingga orang lain akan mengira aku penipu. Itulah sejujurnya yang muncul di benakku.

Ketika aku mulai menggunakan hijab di publik aku ingat banyak sekali orang mengucapkan asalamualaikum padaku. Dan aku hanya membeku. Aku tak tahu harus membalas apa. Dan aku berpikir, 'Ya Tuhan, aku seorang penipu'.

Aku menggunakan hijab, orang-orang berpikir aku Muslim. Tetapi aku bahkan tak dapat meresponsnya dengan ucapan asalamualaikum. Jadi itulah kekhawatiran yang sangat besar bagiku.

Apakah Anda mulai mendakwahkan Islam kepada orang lain?

Ya pada ibuku. Ya aku berusaha semampuku Insha Allah. 

Kami pernah berbincang beberapa hal hingga membicarakan perihal Tuhan. 

Saat bicara tentang Tuhan, sekarang ia tidak lagi mengatakan dirinya atheis, ia tak mengatakan bahwa ia tak percaya Tuhan.

Tapi butuh waktu yang lama hingga membuatnya seperti itu.  Ia tak mengerti Tuhan, ia pikir kekuatan lebih masuk akal baginya.

Jadi kekuatan yang menciptakan, yang membuatnya terjadi. Jadi itulah yang ia percaya sekarang. 

Ia sering sekali mengatakan padaku bahwa ia tak suka membicarakan tentang agama karena latar belakang kekristenan.

Ia tak pernah menganut agama kristen. Tetapi ia dibesarkan di sekolah kristen. Jadi baginya Tuhan adalah pria yang duduk di awan dan melihat semua orang, layaknya manusia. 

Itulah imajinasinya. Tuhan itu adalah orang yang duduk di awan, dan melihat semua orang. 

Tumbuh besar dalam masa itu, mereka memiliki persepsi yang aneh tentang Tuhan. 

Dan kupikir karena di masa kecilnya, ia banyak melihat gambar Yesus. Semua membuatnya bingung. Dan kebingungannya itu membuatnya tak mengerti tentang Tuhan. 

Ia tak menyukai kata Tuhan. Ia mengatakan kepadaku, 'aku kebingungan, aku tak paham'. Kekuatan yang ia percaya, itulah Tuhan.

Ia belum membuat koneksinya, itu hal yang sangat sulit baginya untuk memubuat koneksi itu. 

Adakah pesan yang ingin kau sampaikan untuk semua Non-Muslm di dunia?

Aku ingin mengatakan, 'Berhentilah, berhentilah sejenak dan lihatlah sekitar, lalu berpikir'.

Itulah yang akan kukatakan karena banyak dari kita seperti berada di roller coaster. Dan roller coaster itu tak berhenti. Itu terus berjalan.

Setan menempatkan kita di roller coaster itu. Dalam artinya bahwa kita terus menerus sibuk. Kita terus menerus melakukan sesuatu.

Kita tak punya kesempatan untuk berhenti, berpikir dan melihat. Karena seorang yang mengenal Tuhan, yang tahu sifat-sifat Tuhan, ketika mereka melihat sekitar mereka tak hanya melihat banyak hal, mereka juga melihat keajaiban. Dan jika ada yang meluangkan waktunya untuk berhenti dan benar-benar berpikir dan melihat semua orang aka nsampai pada kesimpulan sama.

Kita ini ada bukan dari sebuah kesalahan. Kita ada di sini karena memang untuk berada di sini karena kita dibentuk untuk itu, kita diciptakan seperti itu. Dan itu sempurna. Banyak hal yang begitu sempurna, bahkan jika sebuah atom dibuat tak ada tempatnya, akan banyak kerusakan yang terjadi.

Cukup berhenti dan perhatikan. Itu yang bisa kukatakan untuk semua orang.


(ACF)
TAGs:
Posted by Achmad Firdaus