Kisah Lucu Cindo Mualaf: Mau Masuk Islam Malah Jadi Objekan Tukang Es Teh

N Zaid - Mualaf 26/06/2025
David. Foto: SS YouTube Dondy Tan
David. Foto: SS YouTube Dondy Tan

Oase.id - Di Podcast YouTube Dondi Tan, seorang mualaf bernama David menceritakan kisah lucu saat dia ingin masuk Islam. 

David yang asal Jakarta Barat itu mengatakan setelah mantap ingin menjadi mualaf, ia mencari tahu ke mana harus pergi untuk beryahadat. Bahkan dia sampai bertanya kepada seorang penjual es teh manis.

“Saya nanya, kalau saya mau masuk Islam gimana caranya. Dia bilang bisa, tapi ada biayanya,” ceritanya.

Sepertinya, si penjual teh itu mencium peluang bisnis. Dia menelepon seseorang dan meminta David menunggu sebentar. Tak lama kemudian, ia diberi kabar bahwa proses syahadat bisa dilakukan malam itu juga. 

Penjual teh manis yang tadi membantu menunjukkan arah. Di rumah itu sudah ada dua orang yang disebut sebagai ustaz. Seorang lagi datang belakangan.

Lokasinya di sebuah rumah kecil di gang sempit. Tempat itu gelap, lampunya hanya satu, warna kuning. “Kayak gudang,” cerita David.

“Saya dikasih peci. Katanya kalau mau syahadat harus pakai peci.”

Setelah mengucapkan syahadat, ia kaget karena langsung diazanin dan dikomatin di telinga. “Saya pikir itu untuk bayi, ya saya nggak ngerti, saya ikut aja.”

Tak lama kemudian, ia diminta membayar Rp2.500.000. “Saya bayar di situ juga. Malam itu.”

Ada makanan yang disediakan. “Dapat nasi ayam, ada empat kotak makanan, minuman juga ada. Ya lumayan,” seloroh David sambil tertawa.

Yang membuatnya terkejut lagi, teman yang dia ajak—seorang pria keturunan Arab—tiba-tiba disebut sebagai “Habib” oleh para ustaz. 

Mereka mencium tangan temannya itu. “Teman saya juga bingung. Dia bilang, ‘Gue bukan Habib.’ Tapi ustaznya manggil begitu, jadi semua ikut-ikutan.”

Pulang dari sana David masih merasa kurang tenang. “Hati saya kayak nggak ngerasa benar-benar masuk Islam. Bukan karena bayarnya, tapi kayak ada yang ganjil,” katanya.

Ia menyampaikan kegelisahannya ke temannya, yang kemudian menghubungi Ustaz Wendi dari Mualaf Center Indonesia (MCI). Dua hari kemudian, ia diajak ke Masjid Al-Bukhari, Tanah Abang.

“Saya syahadat ulang di sana. Saya sempat tanya juga, ‘Bayar lagi nggak nih?’ Tapi ternyata semuanya gratis.”

Setelah syahadat, ia diberi sertifikat dan bingkisan berisi buku Iqra, Al-Qur’an, sajadah, sarung, dan baju koko. 

“Saya sempat curiga juga, takut ujung-ujungnya disuruh bayar. Tapi ternyata enggak. Malah dikasih zakat.”

Ia diberi nama Islam: Muhammad Al-Fatih. Sertifikat aslinya ia titipkan ke pengurus MCI agar tak disalahgunakan. “Saya cuma simpan fotokopinya.”

Kini, ia merasa lebih yakin. Ia menyebut proses keduanya lebih terang dan tenang.

“Waktu syahadat pertama, saya bayar Rp2,5 juta. Kali ini gratis, malah dikasih bingkisan dan zakat,” kata David.

 


(ACF)
TAGs:
Posted by Achmad Firdaus