Mengenal Mandoa Sambareh, Tradisi Masyarakat Pariaman di Bulan Rajab

Octri Amelia Suryani - Bulan Rajab Tradisi dan Budaya 07/02/2022
Ilustrasi: flo222-Pixabay
Ilustrasi: flo222-Pixabay

Oase.id - Masyarakat di Indonesia memiliki tradisi yang bermacam-macam jika menyambut momen-momen tertentu, termasuk menyambut bulan Rajab. Bulan Rajab berada pada bulan ketujuh dari 12 bulan dalam kalender Hijriah. Bulan ini sering dikatakan bulan penuh kebaikan dan kemuliaan.

Seperti sabda Rasulullah ﷺ yang artinya, “Sesungguhnya di surga terdapat sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barang siapa puasa sehari pada bulan Rajab, maka ia akan dikaruniai minum dari sungai tersebut”.

Sebagaimana sabda Rasululah ﷺ di atas, puasa merupakan salah satu amalan yang bisa dikerjakan demi mendapat kemuliaan dari Allah Swt pada bulan Rajab. Selain itu, di bulan ini juga banyak tradisi yang hendaknya diketahui. Salah satunya di daerah Pariaman.

Di daerah tersebut, bulan Rajab dinamakan juga sebagai bulan “sambareh”. Sambareh merupakan makanan tradisional yang biasanya dikenal masyarakat sebagai “serabi”.

Sejatinya sambareh adalah makanan yang terbuat dari tepung beras. Sambareh biasanya ditemani dengan campuran kuah yang terbuat dari gula aren (saka) yang dihancurkan lalu diberi air.

Bagi masyarakat Pariaman, sambareh bukan sebagai camilan biasa. Namun, makanan satu ini termasuk dalam bagian dari pelaksanaan tradisi “mandoa sambareh” yang dilaksanakan pada Bulan Rajab.

Menurut sejarah, ajaran ini dikembangkan oleh Syekh Buhanuddin yang dibawa dari Aceh. Keberadaannya dimulai sejak adanya islamisasi di Minangkabau. Bulan Rajab menjadi bulan yang istimewa bagi masyarakat Minangkabau, sehingga disebut juga sebagai bulan Sambareh.

Selain bulan Sambareh, bulan Rajab juga diberi nama lain sebagai “Bulan Kanak-kanak”. Tujuan dari penamaan ini untuk menyertakan doa kepada arwah yang telah pergi. Biasanya acara mandoa sambareh ini dipimpin oleh Tuanku. Tuanku adalah sebutan bagi ulama yang telah tamat mengaji di Pondok Pesantren yang ada di Padang Pariaman. 

Mandoa sambareh memiliki buku doa khusus yang dapat dibacakan ketika acara mandoa berlangsung. Bagi masyarakat yang ingin melaksanakan acara mandoa sambareh terlebih dahulu menyediakan sambareh di rumahnya.

Selain sambareh, tuan rumah juga menyediakan makanan sebagaimana makanan pada umumnya seperti nasi dan lauk pauk untuk disantap setelah acara mandoa.

Setelah menyantap makan tersebut, lalu tuan rumah menyuguhkan sambareh yang telah diisi kuah ke hadapan Tuanku untuk dicicipi. Sebelum Tuanku pulang, tuan rumah juga memberi sedekah serta membungkuskan sambareh untuk dibawa pulang. Sedekah di sini dipercayai untuk tabungan akhirat dan agar doa kita sampai kepada-Nya.

Inilah rentetan pelaksanaan tradisi mandoa sambareh yang masih berkembang di masyarakat Padang Pariaman hingga sekarang. Karena bulan Rajab ini termasuk bulan yang dimuliakan, sebab itu juga masyarakat Padang Pariaman memiliki tradisi tersendiri. Makanan ini dijadikan simbol dalam tradisi tersebut.


(ACF)
Posted by Achmad Firdaus