9 Bukti Keagungan Peristiwa Isra Mi'raj
Oase.id - Mayoritas Muslim, sebagian ulama salaf, ahli fikih, ahli hadis, dan ahli tauhid umumnya meyakini dan memercayai bahwa peristiwa Isra Mi'raj dialami Nabi Muhammad ﷺ dalam keadaan sadar dengan seluruh jasad beliau. Bahkan, telah banyak hadis yang menyatakan keagungan peristiwa yang terjadi pada malam 27 Rajab itu tanpa harus menafsirkannya kembali.
Penjelasan senada datang dari Ibnu Hajar, bahwa peristiwa Isra Mi'raj terjadi dalam satu malam, dialami oleh Rasulullah dalam keadaan sadar dengan seluruh jiwa dan raganya. Hadis-hadis shahih pun menerangkan dan menguatkan pendapat ini nian banyak.
Sebagaimana tertera dalam surah Al-Isra ayat 1 yang menjelaskan terkait peristiwa Isra Mi'raj. Adapun bunyinya sebagai berikut.
"Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Al-Isra: 1)
Ayat tersebut mengingatkan kepada kita semua bahwa Isra Mi'raj merupakan sesuatu yang sangat agung.
Berikut, Oase.id merangkum 9 bukti keagungan peristiwa Isra Mi'raj.
1. Kebenaran terjadinya peristiwa Isra Mi'raj telah disepakati oleh pqra ahli hadis dan ahli sejarah Nabi Shallallahu alaihi wasallam (SAW).
Banyak ayat hadis yang menjelaskan keberadaannya. Isra Mi'raj merupakan sesuatu yang absolut atau mutlak. Beberapa ulama juga bersepakat bahwa peristiwa tersebut merupakan satu dari sekian mukjizat yang dimiliki Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam (SAW)
2. Mukjizat ini diterima Rasulullah setelah beliau mengalami berbagai rintangan dan cobaan. Peristiwa Isra Mi'raj mengisyaratkan untuk menghidupkan lagi semangat dan tekad Rasulullah dalam melaksanakan dakwah.
Selain itu, sebagai bukti bahwa kesulitan dan kesedihan yang diakibatkan oleh perlakuan buruk kaum Quraisy bukan dikarenakan sebagai penelantaran, melainkan sunatullah dan terjadi pada orang-orang yang dicintai-Nya.
3. Penyertaan waktu dan tempat antara Isra dari Mekkah ke Baitul Maqdis dan Mi'raj menuju tujuh lapis langit merupakan bukti nyata tentang besarnya keagungan dan kesucian Baitul Maqdis di mata Allah Swt.
Selain itu, peristiwa Isra dan Mi'raj menjelaskan adanya keterkaitan yang kuat antara ajaran yang dibawa Nabi Isa Alaihis salam (AS) dan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam (SAW).
4. Pemberangkatan Mi'raj dari Baitul Maqdis, bukannya dari Masjidil Haram, langsung menuju Sidratul Muntaha untuk mengingatkan bangsa Yahudi bahwa keberanian mereka menyia-nyiakan kemuliaan wahyu dan tidak mentaati hukum-hukum Allah.
Singkatnya, turunnya wahyu kepada Rasulullah merupakan simbol perpindahan kepemimpinan dari satu tempat ke tempat lain, dari satu umat ke umat yang lain, dari keturunan Israil ke keturunan Ismail.
5. Pilihan Rasulullah pada susu dan bukan khamr (minuman keras) saat malaikat Jibril menawarkan dua macam minuman tersebut merupakan simbol bahwa agama Islam adalah agama fitrah (nurani). Yakni, jika dianalisa susu tidak pernah berubah bentuknya sampai kapan pun.
Sementara, minuman keras adalah hasil proses kimia dari anggur dan bahan lainnya. Selain itu, minuman keras sangat membahayakan jiwa manusia karena dapat menghilangkan fungsi akal.
6. Pengumpulan semua nabi dan rasul untuk menyambut kedatangan Rasulullah merupakan bukti bahwa Nabi Muhammad ﷺ membawa ajaran penyempurna dari semua ajaran yang pernah turun dan menjadi lambang kedudukan Rasulullah di sisi Allah Swt.
7. Diperlihatkannya beberapa tanda ke Maha-an Allah yang ada di langit-Nya kepada Rasulullah, memberikan pengaruh yang sangat penting dalam upaya memperlihatkan remehnya tipu daya orang-orang kafir. Juga, menunjukkan kepada Rasulullah dan umatnya tentang betapa menderitanya nasib orang-orang kafir pada hari kiamat kelak.
8. Isra dan Mi'raj terjadi setelah 12 tahun dari penobatan beliau sebagai Rasulullah. Fakta ini menunjukkan bahwa berbagai keajaiban dan mukjizat luar biasa yang diturunkan kepada Rasulullah adalah semata-mata sebagai penghormatan dan kasih sayang Allah terhadap beliau.
9. Turunnya kewajiban salat lima waktu pada malam Mi'raj membuktikan betapa pentingnya salah satu rukun Islam, sebuah ibadah yang harus menjadi tiang manusia untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah.
(ACF)