6 Agustus 610: Nabi Muhammad Menerima Wahyu Pertama

Sobih AW Adnan - On This Day 06/08/2020
Photo by Masjid Pogung Dalangan on Unsplash
Photo by Masjid Pogung Dalangan on Unsplash

Oase.id- Memasuki usia 40 tahun, Nabi Muhammad Saw kian gemar mengasingkan diri. Dengan berbekal roti dari gandum dan air, beliau rutin pergi menuju Gua Hira di Jabal Nur.

Jarak bukit itu kira-kira 2 mil dari Makkah. Guanya tidak terlalu besar, panjangnya hanya 4 hasta dengan lebar 1 hasta saja. 

Berbeda dengan rutinitas sebelumnya, sudah selama 6 bulan terakhir, Nabi Muhammad mendapati mimpi yang hakiki. Kepadanya datang sebuah cahaya yang terang seperti fajar pagi.

Pada Ramadan tahun ketiga dari pengasingan di Gua Hira, akhirnya, Allah pun berkehendak melimpahkan rahmat-Nya kepada penghuni bumi. Allah Swt memuliakan Nabi Muhammad dengan nubuwah dengan menurunkan Jibril As menyampaikan ayat-ayat Al-Qur'an.

Hari Senin, malam 17 Ramadan atau bertepatan 6 Agustus 610, usia Nabi Muhammad genap 40 tahun 6 bulan 12 hari. Di saat itulah, Nabi Muhammad resmi diangkat menjadi Rasul dan mulai mengemban tugas menyiarkan kebenaran. 

Baca: 8 Juni 632: Rasulullah Muhammad Saw Wafat


Kedatangan Jibril As

Ketika Nabi Muhammad bermenung di Hira, angin mendadak terasa begitu dingin. Hingga muncullah satu sosok yang berada di depan Nabi Muhammad dan berkata, "Bacalah!"

"Aku tidak bisa membaca," kata Nabi.

Malaikat Jibril memegangi tangan dan merangkul Nabi dengan kencang hingga membuat napas terasa sesak. Tak lama, Jibril melepaskan pelukannya, dan kembali menyeru, "Bacalah!"

Nabi tetap menjawab, "Aku tidak bisa membaca."

Jibril mengulangi perbuatannya hingga 3 kali, setelah kembali melepaskan pelukan, sosok yang diutus khusus itu menyampaikan firman Allah Swt;


اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)

 

"Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qolam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (QS. Al-‘Alaq: 1-5).


Rasulullah pun mengulangi bacaannya dengan penuh rasa gemetaran. 


Usai menerima wahyu pertama

Rasulullah merasakan telah mendapat pengalaman yang tak pernah terduga sebelumnya. Menuruni Hira, beliau terus berusaha memalingkan pandangan, serupa kebingungan. 

Nabi benar-benar merasa gentar setelah bertatap dengan Jibril As. Anehnya, ke mana pun ia bergerak, makhluk yang baru saja memperkenalkan diri itu selalu merajai penglihatan.

Tak cuma itu, di sepanjang jalan, bebatuan dan pepohonan pun terdengar mengucapkan salam. Dengan penuh tergesa, Nabi terus menuruni bukit dan pulang.

"Wahai Abal Qasim, dari manakah engkau? Demi Allah, aku telah menyuruh orang untuk mencarimu hingga ke puncak Mekah, namun mereka kembali tanpa membawa hasil apapun," sapa Siti Khadijah kala menyambut suaminya di muka rumah. 

Baca: Wahyu Pertama dan Dukungan Hangat Sayyidah Khadijah

 

Nabi terdiam, lantas bersabda, "Selimutilah aku! Selimutilah aku! Agar rasa gemetar ini hilang!"

Siti Khadijah segera mengambil selimut dan memakaikannya. Lantas, sosok yang sangat dicintainya itu ia papah menuju kamar. Setelah tampak sedikit tenang, Khadijah berkata, "Sungguh, aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu."
 
Khadijah terus membujuk agar Nabi berkenan menceritakan hal ihwal yang telah dialami. Tak lama, Nabi pun bangkit dan menuturkan perihal penerimaan wahyu itu secara gamblang dan jelas.
 
Mendengar kabar agung dari Rasulullah saw, Ummul Mukminin itu terus menenangkan dan berkata:
 
"Jangan takut. Bergembiralah! Allah tidak akan merendahkanmu. Sesungguhnya engkau menyambung hubungan keluarga, menafkahi kerabat, dan membantu orang-orang tidak mampu. Memberikan jamuan kepada tamu serta menolong orang-orang yang tertimpa musibah. Allah tidak akan mengizinkan setan mengganggumu, mereka tidak akan membuatmu tenggelam dalam khayalan. Tidak bisa diingkari lagi, Allah Swt telah memilih engkau untuk memberi petunjuk kepada kaummu."

 

Sumber: Disarikan dari kisah Ar-Rakhiq Al-Makhtum karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri serta Al-Bidayah wan-Nihayah karya Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri atau masyhur dengan nama Imam Ibnu Katsir.


(SBH)
TAGs:
Posted by Sobih AW Adnan