Mengenal Muslim Pomak: Jejak Islam yang Tersembunyi di Pegunungan Bulgaria

N Zaid - Travel 26/07/2025
Foto: Wikipedia.
Foto: Wikipedia.

Oase.id - Di Eropa Timur, tepatnya di kaki Pegunungan Rhodope, terdapat sebuah komunitas muslim yang nyaris tak terdengar gaungnya di dunia Islam: muslim Pomak. Mereka bukan pendatang dari Arab ataupun Asia, melainkan penduduk asli Bulgaria yang telah memeluk Islam selama berabad-abad. 
Dalam kesenyapan dan keteguhan, mereka mempertahankan iman dan budaya Islam di tengah tekanan dan pergolakan politik yang panjang.

Berikut ini sejumlah fakta menarik tentang kaum Pomak—komunitas muslim yang menjadi saksi hidup keteguhan Islam di jantung Eropa Timur:

Asli Eropa, Tapi Muslim Sejati
Berbeda dari stereotip yang menganggap Islam sebagai agama Timur Tengah, kaum Pomak adalah etnis asli Slavia yang tinggal di wilayah Bulgaria, Yunani Utara, dan sebagian kecil Turki. Mereka bukan keturunan imigran, melainkan bagian dari sejarah lokal yang telah memeluk Islam sejak era Kekaisaran Utsmani (Ottoman Empire) pada abad ke-14 hingga 17.

Seperti dilansir BalkanInsight.com, kaum Pomak tetap mempertahankan identitas Islam mereka meskipun tinggal di tengah mayoritas Kristen Ortodoks.

Bertahan di Tengah Penindasan
Selama era komunis Bulgaria (1944–1989), menjadi seorang muslim berarti siap menghadapi tekanan. Rezim komunis memaksakan kampanye "Bulgarisasi", termasuk mengganti nama-nama muslim menjadi nama Slavia, melarang sunat, dan menutup masjid serta sekolah agama.

Namun Pomak tidak menyerah. Dalam sunyi dan sembunyi, mereka tetap berpuasa, salat, dan menjaga ajaran Islam secara turun-temurun. Setelah jatuhnya komunisme, kebebasan beragama kembali terbuka, dan suara azan pun kembali terdengar di desa-desa Pomak.

Bahasa dan Budaya yang Unik
Pomak berbicara dengan dialek Slavia yang khas dan sebagian juga menggunakan kata-kata pinjaman dari bahasa Turki dan Arab. Budaya mereka adalah perpaduan menarik antara adat lokal Bulgaria dan nilai-nilai Islam.

Dalam pernikahan, misalnya, Pomak dikenal dengan tradisi lukisan henna dan riasan wajah pengantin perempuan yang penuh warna dan simbolik. Tradisi ini telah menarik perhatian fotografer dan peneliti budaya dari seluruh dunia, seperti dilansir oleh TRT World.

Nama Islam yang Sempat Dihapus
Dalam kampanye asimilasi oleh pemerintah komunis, nama-nama seperti Fatima, Ali, dan Muhammad diubah secara paksa menjadi nama-nama lokal seperti Petar atau Ivanka. Banyak yang harus menggunakan dua nama—satu untuk dokumen resmi, satu lagi untuk kehidupan sehari-hari. Setelah reformasi politik, banyak keluarga Pomak mengembalikan nama-nama Islam mereka sebagai bentuk identitas dan kebanggaan.

Generasi Baru dan Tantangan Modernisasi
Kini, setelah lebih dari tiga dekade kebebasan pasca-komunisme, komunitas Pomak mengalami perubahan besar. Anak-anak mereka bersekolah di kota, banyak yang merantau ke Eropa Barat, dan sebagian mulai menjauh dari praktik Islam yang ketat.

Namun kebangkitan Islam perlahan terjadi. Beberapa organisasi muslim setempat mulai membangun kembali masjid, menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa Bulgaria, dan mengadakan pengajian serta pelatihan agama untuk generasi muda, menurut laporan dari IslamOnline.net.

Hubungan Hangat dengan Turki dan Dunia Islam
Karena sejarah Islam mereka terkait erat dengan Kekhalifahan Utsmani, Pomak memiliki hubungan emosional dan budaya dengan Turki. Beberapa dari mereka bahkan bermigrasi ke sana dan mendapatkan kewarganegaraan. Namun mereka juga mulai dikenal di kalangan dunia Islam lainnya.

Minoritas Tapi Bermartabat
Jumlah mereka memang kecil, diperkirakan antara 150.000–200.000 di Bulgaria, dan lebih sedikit lagi di Yunani dan Turki. Tapi Pomak tetap menjadi contoh bahwa Islam bukan hanya milik satu bangsa atau wilayah—ia adalah agama yang hidup di mana pun ada hati yang tunduk dan jiwa yang mencari kebenaran.

Kisah muslim Pomak mengajarkan kita tentang kesetiaan pada agama di tengah cobaan sejarah. Dalam wajah-wajah Eropa yang sering kita bayangkan asing dari Islam, ternyata terdapat kaum bersaudara yang telah mempertahankan iman mereka sejak ratusan tahun lalu.

Mereka mungkin tak banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia, tapi mereka adalah bagian dari satu tubuh umat Islam. Sebuah pengingat bahwa Islam tidak mengenal batas geografis—melainkan ikatan iman dan keteguhan hati.


(ACF)
TAGs:
Posted by Achmad Firdaus