Cara Menjadi Wali Allah: Iman dan Taqwa sebagai Kunci

Oase.id - Dalam tradisi Islam, ada satu kedudukan yang sangat mulia, yaitu menjadi Wali Allah. Banyak umat Muslim bertanya-tanya: siapakah sebenarnya Wali Allah, dan bagaimana cara meraih kedudukan ini?
Pertanyaan tersebut pernah dijawab oleh Syekh Sa’ad Al-Khatslan, yang menegaskan bahwa jalan menuju kewalian terbuka bagi setiap Muslim, tanpa memandang latar belakang sosial maupun profesi.
Syekh Sa'ad Al=Khatslan adalah anggota dari Hai'ah Kibarul 'Ulama.
Beliau juga sebagai Guru Besar Departemen Fikih Universitas Imam Muhammad bin Saud (LIPIA Riyadh). Selain itu, menjabat sebagai Board of Commissioner di Al-Rajhi Bank dan Al-Rajhi Capt.
Wali Allah untuk Semua Muslim
Menjadi wali Allah bukanlah hak istimewa segelintir orang tertentu. Baik seorang petani, pedagang, guru, ustadz, maupun siapa pun dari kalangan Muslim, semuanya memiliki kesempatan yang sama. Tolak ukur kewalian tidak terletak pada status duniawi, melainkan pada iman dan taqwa.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam Al-Qur’an:
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada rasa takut pada mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.” (QS. Yunus: 62-64)
Ayat ini menegaskan bahwa kriteria utama seorang wali adalah iman yang benar dan ketakwaan yang konsisten.
Hadis Qudsi tentang Kemuliaan Wali Allah
Selain dari Al-Qur’an, kemuliaan wali Allah juga dijelaskan dalam hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa Allah berfirman:
“Barangsiapa memusuhi wali-Ku, maka Aku umumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang telah Aku wajibkan atasnya. Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, tangannya yang ia gunakan untuk memegang, dan kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, pasti Aku beri; dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, pasti Aku lindungi.” (HR. Bukhari, no. 6502)
Hadis ini menunjukkan betapa tinggi kedudukan wali Allah di sisi-Nya. Bahkan, siapa pun yang berani menyakiti mereka akan menghadapi murka Allah secara langsung.
Jalan Menuju Wali Allah
Syekh Sa’ad Al-Khatslan menekankan bahwa tidak ada jalan pintas untuk meraih kedudukan wali Allah. Syarat utamanya adalah iman yang kokoh dan ketaqwaan yang nyata dalam perbuatan. Langkah-langkahnya dapat diwujudkan dengan:
- Menjalankan kewajiban yang Allah tetapkan (seperti shalat, puasa, zakat, dan kewajiban lainnya).
- Memperbanyak amal sunnah sebagai bentuk kedekatan kepada Allah.
- Menjauhi dosa besar maupun kecil dengan penuh kehati-hatian.
- Menjaga hati agar tetap ikhlas dalam setiap amal.
Menjadi wali Allah bukanlah status duniawi, melainkan sebuah kedudukan spiritual yang diberikan kepada hamba-hamba beriman dan bertakwa. Setiap Muslim memiliki peluang untuk meraihnya dengan istiqamah menjalankan iman dan taqwa.
Semoga kita semua termasuk hamba-hamba pilihan Allah yang diberi kemuliaan sebagai wali-Nya, sebagaimana janji Allah dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi ﷺ.
(ACF)