Jangan Membuat Bercanda Nama Allah, Al-Quran, dan Rasul

N Zaid - Tauhid 03/08/2025
ilustrasi. Foto: Pixabay
ilustrasi. Foto: Pixabay

Oase.id - Dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin pernah mendengar candaan atau gurauan yang menyerempet hal-hal agama. Ada yang mengolok-olok ayat Al-Qur’an, menyepelekan sunnah Nabi, atau bahkan menyebut nama Allah dalam konteks yang tak pantas. Padahal, Allah sudah mengingatkan dalam Al-Qur’an bahwa perkara seperti ini bukanlah urusan ringan.

Dalam Surah At-Taubah ayat 65-66, Allah berfirman:

"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: ‘Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.’ Katakanlah: ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’ Jangan minta maaf, karena kamu telah kafir setelah beriman.(QS. At-Taubah: 65-66)

Ayat ini turun saat Perang Tabuk. Kala itu, ada sekelompok orang yang mengejek Rasulullah dan para sahabat dengan mengatakan:

"Belum pernah kami melihat orang yang perutnya buncit, lidahnya paling dusta, dan paling penakut di medan perang seperti mereka yang rajin baca Al-Qur’an itu!"

Mereka mengira itu hanya candaan. Namun ketika Rasulullah diberitahu, wahyu dari Allah sudah lebih dulu turun. Saat salah satu dari mereka mendekati Rasulullah sambil meminta maaf dan berkata, “Kami hanya bercanda, Ya Rasulullah...”, beliau menjawab dengan sangat tegas:

“Apakah terhadap Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu berani berolok-olok?”

Tauhid Bukan Untuk Olok-Olok

Ustadz Abu Nida` Chomsaha Sofwan dalam kolomnya di laman Almanhaj, menjelaskan  bahwa tauhid – yaitu mengesakan Allah dan mengagungkan-Nya – sejatinya menuntut hati yang tunduk, mulut yang jaga adab, dan sikap yang penuh hormat. Maka ketika seseorang bercanda sambil mengolok-olok Allah, Al-Qur’an, atau Rasulullah, itu bukan cuma tidak sopan, tapi menunjukkan bahwa dalam hatinya tidak ada pengagungan terhadap Tuhan.

Ulama menjelaskan bahwa sikap seperti ini bisa menyebabkan seseorang keluar dari Islam. Bahkan kalau dia mengatakan, “Ah, cuma bercanda kok!”, tetap saja tak bisa dijadikan alasan.

Apa Bedanya Mengolok Agama dengan Mengolok Orang Beragama?

Kadang orang membela diri: "Saya nggak menghina Islam kok, cuma gaya orang itu aja yang saya tertawakan."

Kalau yang diolok-olok adalah orang yang menjalankan ajaran agama – misalnya, orang yang pakai jenggot, gamis, atau cadar – maka ini harus dilihat lebih dalam. Apakah yang ditertawakan itu gaya pribadinya atau justru ajaran agama yang dia bawa?

Kalau olok-olok itu jelas-jelas ditujukan kepada sunnah Nabi, lalu pelakunya tetap melakukannya meski sudah tahu bahwa itu ajaran Rasulullah, maka itu bisa jatuh kepada mengolok agama itu sendiri. Na’udzubillah.

Apakah Masih Bisa Taubat?
Berita baiknya: pintu taubat selalu terbuka. Allah mengabarkan dalam lanjutan ayat tadi bahwa ada sebagian dari mereka yang bertaubat, dan Allah menerimanya.

Ada satu kisah tentang seorang lelaki yang merasa ayat itu menyindir dirinya. Ia pun berdoa:
"Ya Allah, jadikanlah kematianku sebagai syahid di jalan-Mu, agar tak seorang pun mengatakan bahwa aku dimandikan atau dikuburkan."

Dan benar saja, ia wafat di medan perang Yamamah dan jasadnya tak ditemukan. Itulah tanda diterimanya taubat dengan tulus.

Namun, para ulama mengingatkan: taubat dari kekufuran akibat mengolok agama harus dibuktikan dengan perubahan nyata. Tidak cukup hanya lisan saja, tapi juga sikap dan hati yang berubah.

Islam adalah agama yang mulia. Al-Qur’an adalah kitab suci yang agung. Rasulullah adalah manusia terbaik yang menjadi panutan. Maka sangat tidak pantas jika semua itu dijadikan bahan candaan.

Mungkin bagi sebagian orang, bercanda soal agama itu lucu. Tapi dalam pandangan Allah, itu adalah kekufuran.

Maka, yuk kita jaga lisan. Jangan mudah menjadikan agama sebagai bahan guyonan. Jika sudah terlanjur, bertaubatlah dengan sungguh-sungguh sebelum terlambat. Karena Allah Maha Menerima Taubat, tapi kita tidak pernah tahu kapan ajal menjemput.


(ACF)
TAGs:
Posted by Achmad Firdaus