Kartu Kendali Diterapkan untuk Umrah Jemaah Lansia dan Disabilitas

N Zaid - Haji 28/05/2025
Foto:Kemenag
Foto:Kemenag

Oase.id - Untuk mengatur pelayanan umrah bagi jemaah lanjut usia dan penyandang disabilitas, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi kini menggunakan kartu kendali sebagai sistem pengawasan dan pengendalian.

Kepala Seksi Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama pada Jemaah Haji (PKP2JH), Susilowati, menjelaskan bahwa kartu ini diberikan kepada jemaah lansia atau disabilitas yang membutuhkan jasa dorong kursi roda resmi saat menunaikan umrah, baik wajib maupun sunnah, di Masjidil Haram.

“Tujuan penggunaan kartu kendali ini adalah untuk menjamin bahwa jemaah dilayani oleh pendorong resmi, bukan jasa tidak resmi yang bisa merugikan,” ujar Susilowati di Makkah, Rabu (28/5/2025).

Alur dan Lokasi Penyerahan Kartu
Jemaah yang membutuhkan layanan dorong dapat melapor melalui KBIHU atau petugas kloter ke petugas sektor. Petugas sektor kemudian akan meneruskan laporan tersebut ke Daker Pelayanan Lansia dan Disabilitas untuk dikoordinasikan lebih lanjut dengan petugas khusus di Masjidil Haram.

Titik kumpul penyerahan kartu kendali berada di Terminal Syib Amir dan Terminal Jabal Ka’bah. Sementara untuk Terminal Ajyad, kartu disiapkan di sektor 8, 9, dan 10.

Setelah itu, pendorong resmi akan menerima kartu kendali berisi nama dan nomor bus jemaah. Pendorong bertugas mengantar jemaah menjalankan rangkaian umrah dan memastikan mereka kembali ke terminal dan bus yang sesuai.

“Pembayaran dilakukan setelah layanan selesai. Tarif resmi adalah 250 riyal Saudi untuk umrah lengkap, dan 100 riyal untuk tawaf saja,” jelas Susilowati.

Solusi Bagi Jemaah Tak Mampu
Untuk jemaah lansia dan disabilitas yang tidak mampu membayar jasa resmi, PPIH menyediakan kursi roda pinjaman melalui sektor. Setiap sektor memiliki sekitar 20 unit kursi roda yang bisa digunakan secara bergiliran.

Pelayanan dilakukan menggunakan sistem estafet, karena jumlah petugas khusus terbatas. Satu petugas biasanya melayani satu atau dua hotel. Jemaah akan didampingi dari hotel ke Masjidil Haram, lalu berganti petugas sesuai lokasi, termasuk di area tawaf dan sa’i.

“Kalau memungkinkan, satu petugas akan mendampingi dari awal hingga jemaah kembali ke hotel. Tapi kalau tidak, kami jalankan sistem estafet,” tambah Susilowati.

Imbauan: Hindari Umrah Sunnah
Menghadapi kondisi Masjidil Haram yang semakin padat, Susilowati juga mengimbau jemaah lansia dan disabilitas agar tidak memaksakan diri untuk melakukan umrah sunnah. Ia menyarankan agar mereka cukup beribadah di hotel, karena keutamaannya tetap besar.

“Beribadah di hotel tetap mendapat pahala berlipat. Fokus saja pada ibadah wajib dan jaga kesehatan,” pesannya.(kemenag)


(ACF)
TAGs:
Posted by Achmad Firdaus