Lima Sahabat, Satu Kapal, dan Perjalanan Haji Lewat Laut yang Menggetarkan Hati

N Zaid - Haji 28/05/2025
Foto: Theislamicinformation
Foto: Theislamicinformation

Oase.id - Apa yang awalnya hanya mimpi kini telah menjadi kenyataan yang menakjubkan bagi lima pria asal London yang saat ini tengah berlayar melalui laut menuju Arab Saudi untuk melaksanakan haji 2025.

Tanpa pengalaman berlayar sebelumnya, kelompok tersebut memulai perjalanan sejauh 7.400 km dari Selat Inggris pada tanggal 1 April, melewati perairan Eropa dan Afrika Utara menuju Laut Merah.

Awak kapal—Abdul Wahid (38), Tauseef Ahmed, Jody McIntyre, Dobbir Uddin, dan Taher Akhtar, yang berusia antara 27 dan 47 tahun—telah mengubah ekspedisi unik mereka menjadi misi spiritual dan tujuan amal.

Selama 55 hari terakhir, mereka telah berbagi cerita tentang badai, lumba-lumba, iman, dan kegigihan—semuanya sambil mengumpulkan lebih dari £200.000 untuk membantu anak-anak yatim piatu di negara-negara termasuk Palestina, Lebanon, Pakistan, Uganda, dan di antara para pengungsi Suriah.

Kapal layar mereka, Westerly 33 Ketch tahun 1978, telah membawa mereka melalui hamparan lanskap yang kaya: dari Selat Inggris ke Marseille, kepulauan Corsica, Sardinia, dan Sisilia, melalui Terusan Suez, dan ke Laut Merah—setiap bagian perjalanan ditandai dengan momen-momen yang mengagumkan dan penuh cobaan.

Berbicara dari Ismailia, Mesir, Wahid menggambarkan perjalanan tersebut sebagai "kebangkitan kembali semangat haji lama," memadukan pengabdian Islam dengan warisan maritim Inggris. "Ini tentang menunjukkan keindahan haji dalam bentuk aslinya," katanya. "Berjalan kaki, berkuda, atau berlayar—begitulah cara nenek moyang kita mencapai Mekah."

Namun, perjalanan itu tidak mulus. Di Prancis, kelompok tersebut menghadapi penyumbatan kanal sepanjang 24 km yang memaksa mereka untuk mengangkat seluruh kapal ke truk. Di hari berikutnya, mereka terbangun dan mendapati kapal mereka bocor dan perlahan tenggelam—namun, melalui setiap kemunduran, mereka terus maju.

“Kami memulai ini tanpa pernah berlayar sebelumnya,” Wahid mengakui. “Kami berlatih selama enam bulan, bahkan tinggal di laut selama seminggu untuk belajar. Alhamdulillah, kami berhasil sejauh ini—dan kami hampir sampai.”

Di luar tantangan teknis, momen emosional dan spirituallah yang meninggalkan kesan terdalam. Dari menyaksikan lumba-lumba menari di ombak hingga melakukan salat di bawah langit terbuka, perjalanan ini telah memperkuat iman dan tujuan hidup mereka.(tii)


(ACF)
TAGs:
Posted by Achmad Firdaus