Rasulullah Tidak Bisa Membaca? Ini Penjelasan TGB Zainul Majdi

Fera Rahmatun Nazilah - Nabi Muhammad Saw 30/01/2020
TGB Muhammad Zainul Majdi menyampaikan ceramah pada peringatan Nuzulul Quran di Istana Negara, Jakarta, Selasa (21/5/19)/ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/ama.
TGB Muhammad Zainul Majdi menyampaikan ceramah pada peringatan Nuzulul Quran di Istana Negara, Jakarta, Selasa (21/5/19)/ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/ama.

Oase.id- Saat mendaras sejarah hidup Nabi Muhammad Saw, kita akan menemukan ungkapan bahwa Rasulullah adalah seorang “ummi” atau tidak bisa membaca dan menulis. 

Kata ummi ini, bahkan secara terang-terangan disebutkan dalam firman Allah Swt;

"(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka." (QS.Al-A’raf: 157)

Intelektual Muslim Indonesia Muhammad Zainul Majdi atau yang karib disapa Tuan Guru Bajang (TGB) menjelaskan, kata ummi yang tertera dalam ayat tersebut memang diartikan tidak bisa membaca dan menulis.

Namun, kenyataan tersebut bukan menunjukkan bahwa Nabi Muhammad tidak cerdas, apalagi bodoh.

 

Ketidak-mampuan Nabi dalam membaca dan menulis memang tampak seperti kekurangan bagi manusia biasa. Padahal, itu adalah skenario dan jalan Allah untuk menjaga orisinalitas Al-Qur’an.

"Itu adalah skenario Allah, agar Al-Qur’an yang disampaikan Rasulullah Saw benar-benar dipahami sebagai wahyu Allah,” jelas TGB saat menjadi narasumber di acara Picnikustik yang diselenggarakan Komuji Jakarta, pada Rabu, 29 Januari 2020.

Dalam acara bertema The Miracle of The Holy Qur’an itu, TGB menjelaskan bahwa seluruh proses kehidupan Nabi Muhammad Saw telah disiapkan Allah dengan sebaik-baiknya. Termasuk, ketika Allah menjadikannya sebagai nabi tuna aksara. Sehingga ketika putra Abdullah ini menyampaikan Al-Qur’an, beliau tidak akan dituduh mengarangnya.

“Ketika Allah menurunkan Al-Qur’an, ketidakbisaan Nabi dalam membaca adalah jalan Allah untuk menjaga, supaya tidak ada yang bilang, 'Oh Rasulullah Saw menghadirkan Al-Qur’an berdasarkan hasil bacaan dia.' Karena sebelum Al-Qur’an, sudah ada kitab suci lain yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya,” ucap mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) tersebut. 

embed

TGB Zainul Majdi (tengah) dalam acara Piknikustik yang diselenggarakan Komuji di Jakarta pada Rabu, 29 Januari 2020/Oase/Fera Rahmatun Nazilah

 

"Jika Rasulullah Saw bisa membaca dan menulis, orang-orang justru akan berkata 'Ah jangan-jangan Al-Qur’an diambil dari buku A atau buku B, atau diambil dari kitab suci A dan B," tambah dia.

Pernyataan TGB Zainul Majdi ini selaras dengan wahyu Allah Swt;

"Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu). (QS.Al-Ankabut: 48)

Imam Al-Qurthubi dalam Al-Jami li Ahkamil Qur’an menyatakan, ayat ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw tidak pernah membaca kitab apapun yang diturunkan sebelumnya. Sebab, apabila beliau dapat membaca dan menulis, maka orang-orang yang mengingkarinya akan semakin ragu.

Al-Qurthubi sebagaimana mengutip An-Nuhas menyatakan, ketidakmampuan Muhammad dalam membaca dan menulis adalah bukti kenabian beliau. Karena Rasulullah tidak bisa membaca dan menulis, juga tidak bergaul dengan ahli kitab. Terlebih, saat itu juga tidak ada ahli kitab di Mekah .

TBG Zainul Majdi mengatakan, ada banyak hal yang bagi orang lain seperti kekurangan, tapi pada Nabi Muhammad justru menjadi kelebihan.

Contoh lainnya, Rasulullah Saw yatim piatu. Ayahnya wafat saat Muhammad masih dalam kandungan. Ibunya meninggal dunia saat Rasulullah masih kecil. Nabi Muhammad tidak sempat mendapatkan pendidikan langsung dari orang-tuanya. Namun, Rasulullah justru dididik langsung oleh Allah Swt.

“Muhammad tak sempat dididik oleh orangtuanya, tapi yang mendidiknya adalah Allah Swt. Sebagaimana perkataan beliau Saw 'Yang mendidikku adalah Tuhanku.' Ini adalah kekhususan Rasulullah Saw,” tutur TGB.

Maka, keadaan Nabi yang tuna aksara ini justru mengaskan, bahwa Al-Qur’an dengan ketinggian sastra yang tak seorang pun bisa menirunya, adalah benar-benar datang dari Allah Swt.

“Bayangkan sekarang sudah zaman artificial intelligence, di era ini kosakata bahasa Arab sudah ada databasenya, sudah bisa dibuat algoritmanya, sudah bisa dirancang bentuk kata-kata yang indah. Tapi ternyata sampai sekarang enggak ada yang bisa meniru keindahan Al-Qur’an," pungkas pendiri Pesantren Darun-Nahdlatain ini.

 

Sumber tambahan: Dikutip dari keterangan dalam Al-Jami Liahkamil Qur’an karya Abu 'Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr Al-Anshari atau Imam Al-Qurthubi


(SBH)
Posted by Sobih AW Adnan