Graisena, Menebar Arti Melalui Aksi di Tengah Pandemi

Sobih AW Adnan - Komunitas Anak Muda 07/04/2020
Photo by Agung from Graisena
Photo by Agung from Graisena

Oase.id- Pandemi korona (Covid-19) bukan melulu mengancam kesehatan fisik seseorang. Akan tetapi, wabah ini juga merambah dampak pada segi ekonomi, kehidupan sosial, bahkan sisi psikologi masyarakat.

Buntut imbauan physical distancing alias jaga jarak fisik, menghindari kerumunan, hingga anjuran berdiam diri di rumah dan pembatasan gerak masyarakat, misalnya, tentu menghadirkan pro-kontra. Siapapun, pasti tak ingin turut tertular wabah, akan tetapi, roda ekonomi, aktivitas sosial, apalagi ritual keagamaan juga sangat diimpikan bisa tetap berjalan seperti biasanya.

Hal inilah yang sangat dimafhum sebuah komunitas berbentuk yayasan sosial bernama Gerakan Indonesia Sadar Bencana (Graisena). Mereka berpendapat, banyak perkara yang muncul sebagai imbas pandemi ini perlu dijawab bukan cuma dengan imbauan atau penggalangan dana dan penyalurannya, namun juga dengan proses penyadaran publik melalui aksi-aksi yang lebih nyata dan mengena.

 

Menekankan edukasi

Sekilas, kegiatan yang dilakukan Graisena tidak ubahnya seperti gerakan sosial yang banyak ditemukan di lain tempat. Mereka melakukan aksi kemanusiaan dengan melakukan penggalangan dana, kemudian menyalurkannya kepada sasaran yang dianggap tepat.

Baca: 3 Hadis Tentang Keutamaan Berdonasi

 

Akan tetapi, sisi menarik komunitas yang satu ini adalah kemampuan mereka dalam menyampaikan edukasi melalui aksi-aksi nyata di lapangan. Yang paling krusial adalah menghadirkan pemahaman tuntas tentang perlunya menghindari kerumunan massa, termasuk aktivitas-aktivitas keagamaan yang cenderung bersifat sensitif.

Soal ini, Ketua Yayasan Graisena Agung Firmansyah mengatakan, melalui giat penyemprotan cairan disinfektan gratis, sekali dayung, pihaknya juga sembari mengadakan sosialisasi tentang pentingnya kegiatan disinfeksi berkala dan perlunya mengurangi kegiatan yang melibatkan banyak orang, termasuk agenda keagamaan.

"Sebelumnya, segmen ini memang tampak abai. Beberapa tempat, misalnya, malah beberapa tokoh atau lembaga keagamaan tetap menganjurkan warganya untuk tetap menggelar kegiatan-kegiatan keagamaan sebagaimana biasanya," kata Agung kepada Oase.id, Selasa, 7 April 2020. 

Problem semacam ini ditemukan ketika melakukan kegiatan di Provinsi Aceh. Menurut Agung, di Serambi Mekah, Graisena sudah melaksanakan kegiatan tersebut dengan sasaran dayah atau pondok pesantren, meunasah (musala), dan gampong (kampung).

 

"Karena karakteristik warga Aceh yang manut ulama, sasaran ke dayah memberikan dampak signifikan terhadap awareness warga dalam penanggulangan Covid-19. Banyak pengasuh dayah yang meminta Graisena untuk melakukan desinfeksi di tempat mereka," kata Agung.

Tidak hanya itu, Koordinator Graisena posko Aceh Helmy N. Hakim mengatakan, selama ini memang ada semacam kekeliruan dalam sosialisasi tentang bahaya korona dan penanggulangannya dari pihak berwenang.

Kekeliruan ini disertai kurangnya kesiapan dan tanggung jawab dalam menghadapi risiko. Misalnya, orang-orang yang berstatus dalam pengawasan (ODP) mengalami konsekuensi yang seharusnya tidak dialami. Seperti halnya, yang terjadi pada 8 orang ODP yang harus mengalami isolasi di Hutan Jalin, Aceh Besar.

"Hal ini tentu saja mengiris nurani kemanusiaan kita. Karena, penanganan ODP seperti ini sebenarnya kurang manusiawi. Sebagai ODP mereka baru saja terduga dan belum positif. Bahkan seorang PDP pun ditempatkan di tempat yang layak di rumah sakit," kata Helmy. 

Kini, kesadaran masyarakat tentang penanggulangan wabah korona pun kian tinggi. Bahkan, di Aceh, hal ini selaras dengan imbauan Majelis Pemusyawaratan Ulama (MPU) Aceh yang sebelumnya menganjurkan tetap melaksanakan kegiatan agama dengan melibatkan banyak orang, kemudian mengeluarkan anjuran agar masyarakat mengikuti saran pemerintah soal physical distancing dan lainnya.

Selain di Aceh, giat desinfeksi juga dilakukan secara rutin Yogyakarta, Balikpapan, Solo, Surabaya, Depok, dan Cirebon.

 

Membagi sasaran

Dalam melaksanakan aksi sosialnya, Graisena tidak serta merta memasukkan warga terdampak pandemi ke dalam satu kelompok. Pembagian sasaran penerima manfaat ini ditujukan agar mereka mendapatkan uluran bantuan sesuai dengan yang benar-benar mereka harapkan.

Ada 3 klaster yang menjadi obyek penyaluran bantuan Greisena;

Baca: Bikin Disinfektan Sendiri? Jangan Campurkan 5 Bahan Ini

 

Pertama adalah bantuan yang disalurkan untuk tenaga medis dan relawan di bidangnya. Bentuk bantuan yang disalurkan berupa alat pelindung diri (APD) beruma hazmat dan masker, nutrisi multivitamin, dan energy bar. 

Kedua, masyarakan umum non-pasien Covid-19. Mereka mendapatkan hand sanitizer, giat disinfeksi di fasilitas publik dan tempat tinggal, bantuan diseminasi informasi kebencanaan, dan fasilitas lowongan kerja dari rumah. 

Dan terakhir, pasien Covid-19 baik yang masih berstatus Pasien dalam Pengawasan (PDP) maupun yang sudah positif terinfeksi korona. Mereka mendapatkan bantuan biaya hidup dasar keluarga serta bantuan konsultasi psikologis.

embed

Photo by Agung from Graisena

 

Koordinator relawan Graisena dari posko Joglo Raya (Jogjakarta-Solo Raya) Nanang Muchtar menceritakan, hingga saat ini pihaknya telah melakukan giat desinfeksi di ratusan titik di Yogyakarta, Kalten, Surakarta, Boyolali, Sukoharjo dan sebagian wilayah Karanganyar, Jawa Tengah. 

"Tidak kurang dari 525 kg klorin digunakan untuk menjadi 6.500 tangki semprot selama giat desinfeksi dilakukan," kata Nanang. 

Giat desinfeksi, kata Nanang, mendapat sambutan yang sangat baik dari warga. Mereka merasa aman dan nyaman dari ancaman pandemi korona yang tengah merebak. Hanya saja, ia masih merasa belum puas dengan dukungan dan kepedulian pemerintah setempat yang masih kurang untuk memfasilitasi warganya dalam melakukan upaya-upaya pencegahan Covid-19. 

"Bahkan banyak desa yang meminta desinfektan dari relawan. Jika warga hendak melakukan desinfeksi mandiri pun terbentur sulitnya mencari pemutih pakaian dan pembersih lantai yang mulai langka,"

Graisena berharap, pemerintah di masing-masing daerah mampu meningkatkan inisiatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya dalam perang melawan korona, terlebih, soal menerjemahkan anjuran-anjuran penting pencegahan agar dengan mudah bisa diterima dan dilaksanakan.

 

Gotong royong

Yang perlu diingat, Graisena bukanlah lembaga donor dengan jumlah keuangan dan dana yang mentereng. Bantuan yang disalurkan berasal dari gerakan gotong royong dan aktivasi jaringan yang mereka dimiliki. 

Greisena memiliki 3 channel yang digerakkan dalam melakukan penggalangan donasi;

Pertama, melalui komunitas. Gerakan ini disebut dengan Selimpur (Serangan lima puluh ribu). Gerakan ini diinisiasi Daniel Hananya Sinaga, salah seorang member di grup Facebook Cocoklogi Science yang berafiliasi dengan Graisena.

Selain itu, Aldo Saputra dan tim juga menggagas gerakan #cebanpertama yang merupakan kolaborasi antara Graisena dengan komunitas SGB (Sharing Gil's Blog). Serta banyak komunitas lain yang melakukan penggalangan dana atau menyisihkan keuntungan penjualan produk mereka melalui Instagram, untuk disalurkan kepada Graisena.

Kedua, lelang daring. Graisena membuka lelang amal di media sosial. Salah satunya gerakan lelang di grup Cocoklogi Science. Sedikitnya tercatat 40 lelang yang hasilnya langsung disumbangkan kepada yayasan. Tertinggi saat ini ialah lelang peci founder Graisena, Ranggie Ragatha, senilai Rp10.500.000,-

Ketiga, pihak swasta. Beberapa orang dan perusahaan secara langsung menitipkan dana hibah maupun bahan pangan dan APD kepada yayasan untuk disalurkan. Nilainya variatif.

Hingga saat ini, Graisena masih bergerak menyalurkan aneka bantuan dan sosialisasi di beberapa daerah. Termasuk, pembagian beras sebanyak 11 ton untuk warga Jabodetabek yang dimulai dari wilayah Depok. 

“Graisena mencoba mengedukasi anak muda tentang pentingnya mitigasi dan membangun jejaring kebencanaan. Apa yang dilakukan Graisena mungkin tak banyak terasa saat ini. Namun ketika 10 atau 20 tahun lagi para anak muda tersebut telah menjadi para pengambil keputusan di organisasinya masing-masing, maka generasi sadar bencana akan tercipta dengan sendirinya," tutur Pendiri Graisena Ranggie Ragatha.

Aneka kegiatan Graisena bisa dilihat melalui akun Instagram @graisenacs. Di sana, banyak cerita menarik para relawan dari komunitas berslogan "Cara keren tanggulangi bencana" ini.


(SBH)
Posted by Sobih AW Adnan