Firman Allah dan Hadits tentang Pentingnya Menahan Pandangan
Oase.id - Menjaga pandangan, disebutkan oleh para ulama keutamaannya untuk menghindarkan seseorang dari munculnya syahwat yang pada akhirnya membuka pintu-pintu kemaksiatan lain.
Allah memerintahkan hambaNya untuk menahan pandangan dari sesuatu yang akan menimbulkan syahwat. Tentunya, jika yang dipandang adalah sesuatu yang haram. Misal aurat lawan jenis yang bukan mahram. Atau berlama-lama, tanpa keperluan memandang wajah lawan jenis.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
Katakanlah kepada orang yang beriman “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Mahamengetahui apa yang mereka perbuat.” (QS An-Nur ayat 30).
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Janganlah kamu mengikutkan pandangan dengan pandangan berikutnya. Sebab, hanya pandangan pertama saja yang dibolehkan bagimu tidak untuk pandangan setelahnya."(HR Abu Dawud No 2149).
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah menasihati sahabatnya yang biasa duduk-duduk di pinggir jalan, untuk mengendalikan pandangannya.
Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Janganlah kalian duduk-duduk di pinggir jalan-jalan. Para sahabat berkata: Wahai Rasulullah, itu tempat duduk-duduk kami. Kami tidak dapat meninggalkannya. Beliau bersabda: Jika kalian harus melakukan hal itu, maka berikan kepada jalan itu haknya. Lalu para sahabatnya bertanya: Apakah haknya? Lalu Nabi menjelaskan" Menundukkan pandangan mata, tidak mengganggu orang lain, dan membalas ucapan salam.(HR-Al-Bukhari no.6229
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah Dalam Ad-Daa Wa Ad-Dawaa mengatakan bahwa pandangan merupakan pangkal dari segala bencana yang menimpa manusia. Sebab, pandangan akan melahirkan getaran hati, diikuti dengan angan-angan yang membangkitkan syahwat dan keinginan yang semakin menguat dan akhirnya menjadi kebulatan tekad, hingga terjadilah perbuatan itu secara pasti, selama tidak ada penghalang yang menghalanginya. Dalam hal ini adaya ng berkata:" Kesabaran dalam menundukkan pandangan masih lebih ringan daripada kesabaran dalam menanggung beban akibatnya.
Seorang penyair berkata"
setiap bencana berawal dari pandangan mata, sebagaimana api yang besar berasal dari percikan bara.
berapa banyak pandangan sanggup menembus relung hati pemiliknya, seperti kekuatan anak panah yang lepas dari busurnya.
seorang hamba, selama mengumbar pandangannya untuk memandang selainnya, maka dia berada dalam bahaya.
ia menyenangkan mata namun membahayakan hatinya, maka janganlah menyambut kesenangan yang membawa bencana.
(ACF)