Naskah Al-Quran Maroko Bersejarah di Al-Aqsa Melestarikan Seni dan Pengabdian Selama Berabad-abad

N Zaid - Alquran 28/06/2025
Foto: Ist
Foto: Ist

Oase.id - Naskah Al-Quran Maroko abad ke-14 yang dihadiahkan kepada Masjid Al-Aqsa tetap menjadi salah satu dari sedikit contoh kaligrafi Islam suci yang masih ada dari era itu.

Pada tahun 1344, Sultan Abu Al-Hasan Ali bin Othman dari dinasti Marinid menghadiahkan sebuah manuskrip Al-Quran tulisan tangan kepada Masjid Al-Aqsa di al-Quds.

Dikenal sebagai Raba’a Maroko, itu adalah satu dari lima Al-Quran lengkap yang dipersembahkan sultan untuk tempat-tempat suci Islam utama.

Catatan sejarah menyatakan bahwa salinan pertama dikirim ke kota Chellah, sedangkan yang kedua dan ketiga disumbangkan ke Masjid Nabawi di Madinah dan Masjidil Haram di Mekkah. Salinan Al-Aqsa adalah yang keempat. Manuskrip kelima, yang ditujukan untuk Masjid Ibrahimi di al-Khalil, diyakini telah diselesaikan sebagian oleh putra-putra sultan setelah kematiannya.

Saat ini, Raba’a Maroko di Al-Aqsa adalah satu-satunya contoh yang masih ada dari lima yang asli. Naskah ini disimpan di Museum Islam di dalam kompleks Al-Aqsa, di dalam kotak kayu dan didaftarkan sebagai naskah nomor 0152.

Awalnya terdiri dari 30 volume, hanya 24 yang masih utuh. Lima volume hilang sekitar 200 tahun yang lalu dan kemudian diganti dengan salinan tulisan tangan pada tahun 1806 oleh Haj Mubarak bin Abdul Rahman Al-Mashwanshi Al-Maliki.

Kontribusinya ditandai dalam catatan wakaf di bagian bawah setiap halaman yang diganti. Volume 30, yang berisi bab-bab Al-Quran yang lebih pendek, dilaporkan dicuri antara tahun 1931 dan 1932.

Naskah tersebut ditetapkan sebagai wakaf, atau wakaf keagamaan, untuk Al-Aqsa. Akta resmi yang mengonfirmasi status ini masih disimpan di arsip pengadilan Syariah di al-Quds.

Setiap volume diakhiri dengan prasasti berbingkai emas dalam aksara Kufi, yang menguraikan ketentuan wakaf.

Dokumen ini menyatakan bahwa lima belas ulama Maroko, yang semuanya mengikuti mazhab Maliki dan penghafal Al-Quran, ditunjuk untuk membacakan naskah tersebut setiap pagi di Kubah Batu. Di akhir setiap sesi, mereka akan berdoa untuk sultan, keturunannya, dan masyarakat Muslim yang lebih luas.

Selain makna keagamaannya, Raba'a Maroko dikenal karena nilai artistiknya. Naskah tersebut ditulis dalam aksara Maghrebi yang dikenal sebagai Al-Qayrawani, yang berevolusi dari gaya Kufi awal. Setiap ayat ditulis dengan tinta yang terbuat dari bahan-bahan alami seperti kunyit, kasturi, dan karbon.

Setiap volume dimulai dengan Sir Lawha, halaman depan dekoratif berukuran sekitar 11,5 x 11,5 sentimeter. Para ulama telah mengidentifikasi empat gaya geometris unik di antara halaman depan ini, yang semuanya didasarkan pada bentuk persegi.

Para ahli mengatakan motif yang berulang ini memiliki makna simbolis. Alun-alun ini mencerminkan desain bangunan-bangunan Islam utama, seperti Kakbah dan Kubah Batu, yang menggarisbawahi hubungan antara arsitektur suci dan simbolisme spiritual.(yabiladi)
 


(ACF)
TAGs:
Posted by Achmad Firdaus