Visi Raja Faisal: Titik Balik Naskah Arab

Oase.id - Arab Saudi memiliki perhatian besar terhadap pelestarian manuskrip Arab, yang dianggap sebagai warisan budaya dan sumber ilmu pengetahuan lintas generasi. Komitmen ini semakin nyata sejak Februari 1973, ketika Raja Faisal bin Abdulaziz Al Saud bertemu dengan delegasi dari Institut Manuskrip Arab di Riyadh.
Pertemuan tersebut menegaskan pandangan kerajaan bahwa manuskrip tulisan tangan bukan sekadar dokumen kuno, melainkan bagian penting dari identitas bangsa dan sarana untuk mewariskan ilmu kepada generasi berikutnya.
Pada bulan yang sama, Raja Faisal juga meletakkan batu pertama pembangunan Perpustakaan Raja Abdulaziz di Madinah. Perpustakaan ini dilengkapi aula khusus untuk menyimpan manuskrip dan buku langka, menjadikannya pusat penelitian dan pelestarian warisan budaya Arab.
Langkah Raja Faisal membuka jalan bagi kerja sama akademis yang lebih luas. Delegasi Institut Manuskrip Arab tidak hanya mengumpulkan data dan naskah, tetapi juga memicu pertukaran ilmu dan keterampilan dalam pelestarian dokumen bersejarah.
Upaya ini kemudian diperkuat dengan berdirinya Pusat Penelitian dan Studi Islam Raja Faisal pada 1983. Hingga kini, pusat tersebut telah merawat sekitar 30.000 manuskrip asli dan melakukan restorasi lebih dari 330.000 teks dan dokumen.
Dengan dedikasi jangka panjang ini, Arab Saudi menegaskan perannya sebagai salah satu negara utama dalam menjaga dan mewariskan kekayaan intelektual dan budaya Arab kepada dunia.
(ACF)