Festival Hareed: Sebuah Jendela ke jantung Kepulauan Farasan
Oase.id - Kepulauan Farasan, rangkaian pulau karang yang terletak 40 km lepas pantai Jazan di Laut Merah, baru-baru ini ramai dengan aktivitas saat menjadi tuan rumah Festival Hareed ke-20.
Acara tahunan yang meriah ini merayakan kedatangan ikan kakatua, yang juga disebut hareed, di perairan dangkal kepulauan tersebut, Saudi Press Agency melaporkan pada hari Minggu.
Penduduk pulau telah menghargai acara ini selama beberapa generasi, mengubahnya menjadi pertemuan sosial yang lebih dari sekadar kedatangan ikan.
Pengunjung festival dapat melihat sekilas warisan budaya pulau yang kaya saat memamerkan adat istiadat, tradisi, permainan rakyat, dan kerajinan tangan yang unik di wilayah tersebut. Mereka juga memfokuskan perhatiannya pada potensi wisata dan situs bersejarah Farasan yang luar biasa.
Al-Dana memberikan salah satu highlightnya. Ini adalah bentuk seni vokal menawan yang merupakan salah satu tradisi rakyat tertua di Farasan. Ini merupakan ekspresi kerinduan yang pedih, akibat kesulitan yang dialami para pelaut dalam ekspedisi penyelaman mutiara yang berkepanjangan. Tantangan yang dihadapi oleh para lelaki pemberani ini mendorong lahirnya karya seni yang berakar kuat pada identitas budaya Farasan.
Festival tahunan ini juga memberikan kesempatan bagi warga Farasan untuk menampilkan kerajinan tradisionalnya. Pengunjung dapat menyaksikan pembuatan bubu dan jaring ikan, rumitnya tenun daun palem, pembuatan tas dan permadani, serta rajutan topi.
Area khusus di lokasi pemancingan kelinci yang diperuntukkan bagi keluarga dan anak-anak. Pengunjung dapat merasakan serunya menangkap ikan kakatua dengan cara tradisional, yaitu memasang pembatas agar ikan tidak bisa kabur. Kompetisi ini, yang merupakan tradisi berusia berabad-abad, memungkinkan keluarga untuk terhubung dengan warisan perikanan di wilayah tersebut.
Tempat-tempat wisata paling terkenal di Farasan menyoroti potensi pariwisata pulau-pulau tersebut.
Desa Al-Qassar yang terletak hanya 5 km dari Farasan Grand Island merupakan tempat wisata yang populer. Desa warisan budaya yang dibangun dari batu dan daun palem ini merupakan rumah bagi oasis palem terbesar di nusantara.
Al-Qassar telah menjadi tempat peristirahatan musim panas bagi warga Farasan. Orang-orang bepergian dengan unta untuk menghabiskan waktu istirahat selama tiga bulan di desa selama musim Al-Asef, angin musim panas barat laut yang datang setelah musim penangkapan ikan kelinci.
Terkenal dengan banyaknya air tanah segar, desa Al-Qassar terdiri dari sekitar 400 rumah. Tempat tinggal unik ini, dengan dinding batu dan atap yang terbuat dari papan pohon palem, daun, palem doum, atau cabang anisotes trisulcus, di atasnya diberi ganggang dan lumpur, dibuat dengan teknik bangunan tradisional yang dirancang untuk tahan terhadap unsur-unsur tersebut.
Festival Hareed adalah jendela menuju hati dan jiwa penduduk Kepulauan Farasan; perayaan budaya, tradisi, dan keindahan alam pulau-pulau.(arabnews)
(ACF)