Mengunjungi Uzbekistan: Ziarah Budaya dan Jejak Islam di Jantung Asia Tengah

N Zaid - Travel 20/06/2025
ilustrasi. Foto: Pixabay
ilustrasi. Foto: Pixabay

Oase.id - Di jantung Asia Tengah, terbentang sebuah negeri yang pernah menjadi pusat ilmu pengetahuan, peradaban, dan spiritualitas Islam: Uzbekistan. Negara ini bukan sekadar destinasi wisata biasa. Uzbekistan adalah tempat di mana sejarah Islam terasa hidup dalam setiap sudut kotanya — dari batu bata tua madrasah-madrasah megah, hingga dentingan azan yang masih menggema di udara kering gurun.

Bagi wisatawan Muslim, perjalanan ke Uzbekistan bukan hanya soal menikmati keindahan arsitektur atau kuliner lokal yang lezat, melainkan sebuah ziarah budaya. Ini adalah perjalanan menyusuri tapak kaki para ulama besar, sufi ternama, dan ilmuwan Islam yang membentuk wajah dunia Islam selama berabad-abad.

Samarkand, kota legendaris yang berada di jalur sutra, adalah titik awal yang tak boleh dilewatkan. Begitu menjejakkan kaki di Registan Square, wisatawan serasa masuk ke dalam dunia lain — dunia di mana madrasah-madrasah berhiaskan mozaik biru dan emas berdiri gagah, dan sejarah Islam mengalir di balik tiap kubahnya. Di pinggiran kota, terletak makam Imam Bukhari, penyusun kitab hadits paling otoritatif dalam Islam Sunni. Ribuan peziarah datang ke sini tiap tahun untuk berdoa di makam ulama besar ini, menyatu dalam kekhusyukan yang menembus batas waktu.

Perjalanan berlanjut ke Bukhara, kota tua yang sejak dahulu disebut sebagai "kota suci" bagi umat Islam. Di sini, sejarah terasa lebih intim. Lorong-lorong sempit yang dipenuhi pedagang karpet dan kitab tua mengantar ke masjid Kalon, tempat azan menggema di bawah bayang-bayang menara batu yang telah berdiri sejak abad ke-12. 

Dari kota tua menuju ibukota, Tashkent menawarkan wajah lain dari Uzbekistan — modern namun tetap bersahaja. Di tengah kota berdiri Kompleks Khast Imam, yang menjadi rumah bagi Mushaf Utsmani, salah satu naskah Al-Qur’an tertua di dunia. Tak hanya menjadi pusat keagamaan, tempat ini juga menjadi lambang kebanggaan umat Muslim di Uzbekistan. Di sisi lain, masjid Minor dengan desain putih modern berdiri seperti oase spiritual di tengah kota yang hiruk pikuk.

Khiva, kota yang dikelilingi tembok kuno, menyuguhkan atmosfer abad pertengahan yang masih terjaga utuh. Tak ada kendaraan bermotor di dalam benteng Ichan Qala, hanya derap langkah kaki dan desir angin gurun yang menemani. Di kota ini, sejarah seolah belum berlalu. Masjid-masjid tua dan madrasah dengan menara unik seperti Kalta Minor membawa kita pada bayangan masa lalu saat para ulama dan pelajar berdiskusi di pelataran dengan semangat keilmuan.

Sementara itu, di ujung selatan Uzbekistan, kota Termez menyimpan kisah yang lebih dalam. Sebagai salah satu titik awal penyebaran Islam ke Asia Tengah, Termez menyimpan jejak-jejak penting yang sering terlewatkan. Di kota ini, makam Al-Hakim At-Tirmidzi — penyusun kitab hadits terkenal — berdiri sunyi namun khidmat. Tidak banyak yang datang, namun bagi yang mengetahui nilainya, tempat ini adalah permata tersembunyi yang menunggu untuk ditemukan.

Mengunjungi Uzbekistan bagi seorang Muslim bukan hanya tentang menikmati perjalanan, tapi juga menyelami akar-akar identitas dan sejarah peradaban Islam. Di setiap kota, ada pelajaran yang bisa dipetik, ada doa yang bisa dipanjatkan, dan ada rasa haru yang tak bisa dijelaskan saat berdiri di tempat yang dulu menjadi pusat dunia Islam.

Dengan keramahan penduduknya, makanan yang halal dan lezat, serta kemudahan beribadah di masjid-masjid yang tersebar di seluruh negeri, Uzbekistan menawarkan pengalaman wisata halal yang tidak hanya menyenangkan, tapi juga memperkaya jiwa. Bagi siapa pun yang ingin menelusuri kembali jejak-jejak Islam yang agung, Uzbekistan adalah tempat yang tepat untuk memulai.


(ACF)
TAGs:
Posted by Achmad Firdaus