Kabar Gembira Untukmu yang Sedang Dirundung Kesedihan

N Zaid - Doa ketika sedih 15/11/2023
Ilustrasi. Pixabay
Ilustrasi. Pixabay

Oase.id - Musibah yang datang pasti membawa kegetiran dan kesedihan. Namun, hakikatnya, seorang hamba sedianya tidak berlarut-larut meratapinya sehingga menderita depresi, sebab semua yang terjadi adalah takdir Allah subhanahu wa ta'ala.

Karena manusia hidup tidak lepas dari mengalami musibah, baik itu besar atau kecil, jarang atau sering terjadi, maka yang paling baik untuk menghadapi musibah-musibah itu adalah dengan tetap membuka optimisme dan harapan dan jalan terbaik tentu dengan mendekatkan diri kepada Allah, karena sebaik-baik penolong adalah Allah. 

"Hasbunallah Wanikmal Wakil Nikmal Maula Wanikman Nasir" . ("cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik tempat bersandar)", (QS Ali Imran : Ayat 173.)

Manusia yang kering akan keimanan terhadap Allah dan kehidupan akhirat, akan lebih mudah merasa kalut dan depresi berkepanjangan hingga akhirnya memutuskan bunuh diri. Sebab, ketika menghadapi musibah, masalah, ketidakbahagiaan dan sebagainya, semua hitung-hitungannya secara materil, tidak lagi menyisakan harapan sehingga merasa buntu dan tidak mampu keluar dari persoalan yang dihadapi. 

Orang yang memiliki keimanan akan Allah dan hari akhir, cenderung bereaksi berbeda. Seberat apa pun musibah atau masalah yang dihadapi, yang ia sadari pertama adalah, bahwa hidup di dunia adalah sementara, dan kehidupan abadi hanyalah akhirat. Dunia juga disadari, sesuai dengan petunjuk-petunjuk Al-Quran dan hadits, sebagai 'penjaranya orang beriman' dan tempat cobaan serta ujian.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.” [Al-Anbiyaa’/21:35]

Lalu, ada pahala besar dalam menghadapi ujian dengan kesabaran, sehingga manisnya kesabaran itu akan dinikmati ketika di dunia dan negeri akhirat yang abadi.

Seorang Muslim pun harus meyakini bahwa ketika seseorang ditimba musibah dan kesusahan, maka meski semua jalan keluar secara rasional tertutup, maka kesulitan itu bukan berarti tidak ada jalan keluarnya, jika melibatkan Allah dalam doa dan harapannya untuk lepas dari permasalahan yang tengah ia hadapi.

Ada pelajaran penting dari seorang sahabiyat, Ummu Salamah, salah satu wanita yang peratma masuk Islam, setelah kenabian Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Ia diterpa berbagai musibah, dan ketika ia 'mengembalikan semua itu kepada Allah ta'ala, maka musibah itu berganti dengan kebahagiaan, karena Allah memberikan gantinya atas sikapnya bersabar atas ujian itu, dan doanya yang dipanjatkan.

Ummu Salamah pernah mendengar Abu Salamah, suaminya, yang sedang sakit mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah ang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.” Ketika, Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut do’a sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Dan kata-kata Hudzaifah ibnul Yaman ini baik untuk diambil hikmahnya. Bahwa musibah itu akan hilang seiring waktu. 

“Sesungguhnya Allah tidaklah menciptakan sesuatu melainkan dari yang kecil hingga yang besar kecuali musibah. Adapun musibah, Allah menciptakannya dari keadaan besar kemudian akan menjadi kecil.”

Dan Firman Allah di surat An Nasyr patut juga direnungkan:

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. An Nasyr: 5)


(ACF)
Posted by Achmad Firdaus