Tingkatan Marah dan Bagaimana Mengendalikannya Sesuai Ajaran Islam

Octri Amelia Suryani - Alquran 09/05/2021
Gambar oleh PublicDomainPictures dari Pixabay
Gambar oleh PublicDomainPictures dari Pixabay


Oase.id - Mengutip perkataan ulama Indonesia, Quraish Shihab, marah adalah sikap tidak senang jika melihat sikap orang lain yang kita tidak suka. Marah dapat dibagi menjadi 2, yakni marah pada tempatnya dan marah tidak pada tempatnya.

Marah yang tidak pada tempatnya dipicu oleh setan. Dan pengendalian marah sama dengan pengendalian nafsu. Jika tidak lihai dalam pengendalian nafsu, maka nafsulah yang akan mengendalikan kita.

Kalau sudah begitu, terbentuklah marah yang berlebihan atau tidak pada tempatnya, yang membuat wajah merah padam dan tidak bisa mengendalikan diri.

Rasulullah ﷺ bersabda dalam kitab Ahmad, hadis nomor 23207, yang berbunyi:

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ عَنْ ابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَبْغَضَ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ الْأَلَدُّ الْخَصِمُ

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Waki' telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij dari Ibnu Abi Mulaikah dari Aisyah berkata; Rasulullah Shallallahu 'Alihiwasalam bersabda: "Orang yang paling dimurkai Allah adalah orang yang pembangkang lagi pemarah."

Dalam hadis di atas, Rasulullah ﷺ menyampaikan bahwa perbuatan yang dimurkai oleh Allah Swt adalah orang yang pembangkang dan pemarah. Tetapi dengan adanya hadis ini bukan berarti agama melarang untuk marah, melainkan kita diajak untuk menahan dan berpikir sebelum bertindak (marah).

Mencerna kembali apa yang terjadi. Apakah sudah wajar untuk marah? Apakah sudah benar orang tersebut yang harus dimarahi? Sudah pantaskah perbuatan itu untuk mendapatkan kemarahan? Jika sudah pantas, marah seperti apa yang harus dilakukan?

Oleh sebab itu, marah memiliki beberapa tingkatan antara lain: 

1. Jangan tampak di raut wajah jika sedang marah.

2. Jika raut wajah terlihat, maka jangan sampai lidah berucap.

3. Jika lidah berucap, maka jangan sampai melampaui batas.

4. Dan jika sampai melampaui batas, maka jangan sampai tangan bergerak.

Begitu telitinya agama mengingatkan kita kepada kebaikan, agar jauh dari hal yang dimurkai Allah.


(ACF)
TAGs:
Posted by Achmad Firdaus