Istanbul dan Feri: Kisah Kota yang Mengalir di Atas Air

N Zaid - Turki 30/06/2025
Foto: Dailysabah
Foto: Dailysabah

Oase.id - Setiap hari, puluhan feri dengan berbagai bentuk dan ukuran menyusuri perairan Istanbul, membelah ombak yang saling bersilangan dan menciptakan pola buih yang rumit. Namun, kapal-kapal ini bukan sekadar alat transportasi. Mereka adalah bagian dari jantung dan jiwa kota, seikonik garis cakrawala Istanbul dan seakrab suara burung camar yang bersahutan di langit.

Feri-feri ini bukan hanya mengantar penumpang dari titik A ke B. Mereka membawa kisah – tentang kehidupan, harapan, rutinitas, dan pelarian.

Menurut data resmi, sekitar 40 juta orang setiap tahunnya—mulai dari warga lokal, turis, pedagang hingga pekerja harian—menumpang feri yang dikelola Istanbul Metropolitan City Lines. Perjalanannya bervariasi, dari hanya 10 menit hingga beberapa jam, tergantung jarak dan tujuan.

Bagi sebagian penumpang, naik feri adalah cara menyenangkan untuk berangkat kerja. Bahkan, kadang-kadang feri berubah menjadi kantor berjalan, tempat dering telepon bersahut-sahutan, laptop menyala, dan suara rapat bersaing dengan deru mesin kapal.

Tapi bagi yang lain, feri justru jadi ruang hening di tengah riuhnya kota berpenduduk 16 juta jiwa. Sebuah tempat rehat sejenak, terapung di antara daratan dan rutinitas.

“Saat naik feri, rasanya seperti sedang mengisi ulang energi yang terkuras,” kata Ali Akgün, warga yang telah hampir lima dekade tinggal di Istanbul. “Saya memang cinta laut.”

Rute feri menjelajah selat Bosporus dan Laut Marmara—dua perairan penting milik penuh Turki. Bosporus sendiri menjadi garis pembatas alami yang juga menyatukan dua benua: Eropa dan Asia.

Bagi Leila Bihi, turis asal Maroko yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Istanbul, momen menyeberangi Bosporus dengan feri jadi pengalaman yang tak terlupakan.

“Rasanya luar biasa bisa menyeberang dari satu sisi ke sisi lain,” katanya. “Melihat monumen kuno dan modern sambil mendengar azan berkumandang… seolah seluruh kota ini bicara tentang sejarah dan sisi spiritualnya.”

Sejak masa Kekaisaran Ottoman, laut selalu punya peran sentral. Bukan cuma untuk perjalanan, tapi juga untuk ekspedisi militer dan perdagangan. Letak geografis Istanbul yang strategis menjadikannya simpul penting di jalur laut selama berabad-abad.

Koneksi mendalam antara Istanbul dan laut masih hidup hingga hari ini. Air bukan cuma pemandangan latar, tapi benar-benar menjadi bagian dari denyut kota dan kehidupan warganya.

“Menurut saya, ini panggung terindah di dunia,” ujar Ramin Kargozari, musisi jalanan yang rutin tampil di atas feri sambil memetik gitar. “Bikin musik di atas air, di tengah perjalanan, rasanya luar biasa.”


(ACF)
TAGs:
Posted by Achmad Firdaus