Dijamin Masuk Surga, Rasulullah Tetap Banyak Beristighfar

N Zaid - Doa Sehari-hari 06/09/2022
Ilustrasi: Unsplash
Ilustrasi: Unsplash

Oase.id - Nabi Muhammad ﷺ adalah manusia paling bertaqwa kepada Allah dan berakhlak mulia. Allah subhanahu wa ta'ala sudah menjamin surga untuk Rasulullah ﷺ. Di antara dalil tegas bahwa Rasulullah dijamin surga adalah hadits hadis dari Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku bersama orang yang nanggung anak yatim di dalam surga seperti ini.” Beliau berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah. (HR. Bukhari 6005, Abu Daud 5150, dan yang lainnya)

Sebagai seorang muslim, sabda Rasulullah wajib diyakini sebagai kebenaran mutlak dan sudah pasti benar. Tidak ada keraguan bahwa apa yang disampaikan bisa salah.

Dengan kemuliaan dan kedudukan itu, Rasulullah ﷺ tetap menjalankan ketaatan dan senantiasa meminta ampunan Nya. Padahal dosa-dosanya telah Allah ampuni. 

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu (Muhammad) kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan ni’mat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus,” (QS. Al Fath : 1-2)

Rasulullah ﷺ pun banyak beristighfar memohon ampunan kepada Allah.

“Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari).   Salah satu kalimat istighfar yang sering diucapkan Rasulullah ﷺ adalah 'astaghfirullah wa atuubu ilaih'.

Beristighfar adalah memohon ampunan dengan ucapan dan perbuatan. Selain, akan Allah hapuskan dosa, istighfar juga memiliki keutamaan lain yakni sebagai pembuka Allah turunkan rezeki. 

“Maka aku (Nabi Nuh) berkata kepada mereka ‘mohonlah ampun (istighfar) kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS Nuh [71]: 10-12).

Dalam tafsir al-Qurtubi dijelaskan kisah bahwa suatu hari ada seseorang yang datang ke Hasan al Bashri (seorang tabi’i) dan ia mengadu kepadanya tentang kondisi wilayahnya kala itu yang diterpa musim paceklik (kekeringan, dan kegersangan). Kemudian Al-Hasan memberikan solusi yang cukup singkat namun mujarab, yakni mereka diminta untuk memperbanyak istighfar. “Ber-istighfarlah kepada Allah,” jawab Al-Hasan.

Kemudian, Al-Hasan juga didatangi oleh orang lain. Kali ini, mengadukan tentang kondisi ekonominya, yakni yang diterpa kefakiran. Jawaban Al-Hasan masih sama. Bahkan ada orang yang datang ke Al-Hasan lagi, ia meminta didoakan supaya mempunyai keterunan. Al-Hasan pun mengatakan kepadanya: “Ber-istighfarlah kepada Allah.”

Kemudian ada yang heran dengan sikap dan solusi yang diberikan Hasan Bashri kepada orang yang mengalami masalah yang beda-beda, namun resep yang diberikan sama. Lantas orang tersebut bertanya kepada Al-Hasan Al-Bashri, “Mengapa engkau menyuruh mereka semua ber-istighfar?”

Maka Hasan Bashri pun dengan sigap menjawab: “Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri.” Kemudian Hasan Bashri pun menunjukkan dan membacakan firman Allah surat Nuh ayat 10-12 sebagaimana disebutkan di atas.


(ACF)
Posted by Achmad Firdaus