YouTuber Sangar asal AS Bicara Soal Perempuan Sejati versi Islam di era Medsos

N Zaid - Perempuan muslim 17/10/2025
Ali Hamza. Foto: Ist
Ali Hamza. Foto: Ist

Oase.id - Ali Hamza, konten kreator asal Amerika yang dikenal melalui kanal dakwahnya One God Not Three, membawa pesan menarik untuk para perempuan modern. Dalam sebuah monolog, pria bertampang sangar dengan tatonya itu berbicara tentang nilai, kehormatan, dan makna kebebasan sejati menurut Islam terutama di era fitnah media sosial zaman ini.

“Pesan ini,” kata Hamza, “untuk para perempuan sejati — bukan untuk para influencer dengan lampu ring dan mata kosong, bukan pula untuk mereka yang berkhotbah tentang cinta diri sambil menjual kehormatan demi perhatian dunia,” ujarnya membuka pembicaraan dengan tajam.

Hamza menggambarkan sosok perempuan yang ideal adalah yang hidup di lingkungan sederhana: yang menggantungkan pakaian di jemuran, memasak roti dari nol, dan berdoa lirih di tengah cuaca yang tak bersahabat. 

"Mereka bukan diukur dari jumlah pengikut, tetapi dari keimanan, keluarga, dan keteguhan hati menghadapi ujian," kata Hamzah.

Namun, katanya, di antara masa lalu dan masa kini, banyak perempuan telah tertipu. Mereka diajarkan bahwa untuk dilihat, mereka harus menampakkan lebih banyak; untuk didengar, mereka harus berteriak lebih keras.

“Kalian pikir bebas,” ujar Hamza, “padahal kalian hanya mengganti nama tuan kalian. Dulu laki-laki yang menentukan bagaimana kalian berpakaian, kini algoritma yang melakukannya.”

Hamza menyoroti bagaimana budaya modern menjadikan tubuh perempuan sebagai komoditas, seolah kebebasan dapat diraih lewat pameran diri.

“Kalian menyebutnya pemberdayaan, tapi sesungguhnya kalian masih dijadikan alat. Bedanya kini kalian sendiri yang menjual produknya — dan produk itu adalah diri kalian sendiri.”

Ia menyebut fenomena seperti OnlyFans dan budaya “self-love” yang berlebihan sebagai bentuk perbudakan baru — perbudakan yang dibungkus dalam kemasan kebebasan.

“Itu bukan kepercayaan diri,” tegasnya. “Itu penjara yang dibangun dari bisikan syaitan: ‘Tunjukkan lebih banyak, mungkin mereka akan melihat nilaimu.’”

Hamza kemudian menegaskan bahwa Islam datang bukan untuk mengekang perempuan, melainkan melindunginya.

“Kalian bilang Islam menindas perempuan? Tidak. Islam justru memuliakannya. Islam berkata bahwa nilai kalian bukan di tubuh, tapi di takwa. Bahwa kecantikan itu suci, bukan makanan bagi serigala dunia maya.”

Sebagai contoh, ia menyinggung dua perempuan yang diabadikan dalam sejarah Islam: Maryam binti Imran dan Fatimah az-Zahra.

Maryam, ibu dari Nabi Isa, dimuliakan Allah bukan karena ia menonjol di depan manusia, tapi karena ia menjaga kesuciannya dan memilih menyepi daripada menjadi tontonan. Fatimah, putri Nabi Muhammad ﷺ, disebut sebagai pemimpin para wanita di surga. Ia bisa hidup mewah, tetapi memilih kesederhanaan dan keridhaan Allah.

“Kekuatan mereka bukan pada kecantikan, tapi pada iman, kesabaran, dan cahaya di hati mereka,” kata Hamza.

Ia mengajak para perempuan untuk kembali mengenali kebebasan sejati — bukan kebebasan menampilkan tubuh, tetapi kebebasan menjaga hati.

“Kebebasan adalah salat tanpa malu. Kebebasan adalah tahu nilaimu ketika dunia berkata kamu tidak berharga. Kebebasan adalah berjalan melewati godaan dengan kepala tegak dan jiwa utuh.”

Menurut Hamza, dunia telah mengajarkan perempuan untuk mencintai sangkar mereka sendiri.

“Kalian menghias kandang itu dengan warna pink, lalu menyebutnya kebebasan. Padahal kalian diciptakan untuk lebih dari itu: untuk menebar kedamaian, membangun rumah penuh doa, dan melahirkan generasi yang mengenal Tuhannya.”

Ia menutup pesannya dengan kalimat yang menggema kuat:

“Bangkitlah, wahai putri selatan, putri dunia. Bukan dengan kesombongan, tapi dengan taubat. Biarkan dunia menertawakanmu karena hijabmu, doamu, dan kesederhanaanmu. Sebab ketika dunia terbakar oleh kebebasan palsu, merekalah yang akan menoleh padamu — perempuan yang tetap tegar, berpakaian dengan kehormatan, dan beribadah ketika yang lain berpesta. Mereka akan tahu, engkaulah yang benar-benar bebas.”

Dan dengan tegas ia menambahkan,

“Kalian yang bilang perempuan Muslim lemah dan tertindas, jelas kalian tidak mengenal perempuan kami.”

 


(ACF)
Posted by Achmad Firdaus