Wajib Tahu, Ini Syarat Sah Jual Beli dalam Islam

Oase.id – Dalam kehidupan sehari-hari pastinya manusia tidak luput dengan aktivitas jual beli. Aktivitas ini juga dilakukan oleh berbagai usia, mulai dari anak anak hingga orang dewasa. Dalam Islam proses jual beli memiliki hukum yang harus dipatuhi agar jual beli tertata dan tidak menimbulkan konflik.
Islam telah menghalalkan aktivitas jual beli dalam QS. Al Baqarah: 275
وَاَحَلَّ اللّٰهُ الۡبَيۡعَ وَحَرَّمَ الرِّبٰوا
Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Dalam Taisir Karimir Rahman (1/116), Al’Allamah As Sa’diy menjelaskan bahwa, jika dalam jual beli memberikan manfaat dan adanya suatu hal yang mendesak maka seluruh transaksi hukumnya halal. Kecuali ada dalil lain yang melarang transaksi jual beli suatu hal.
Selain itu, seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah ﷺ,
أَىُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ قَالَ عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ
“Wahai Rasulullah, mata pencaharian (kasb) apakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur (diberkahi).” (HR. Ahmad 4: 141, hasan lighoirihi)
Islam telah mengatur batas-batasan dalam praktik jual beli agar terhindar dari kerugian seperti penipuan, keculasan, kedzaliman.
Berikut beberapa syarat jual beli yang harus diperhatikan oleh umat Islam saat ingin melakukan jual beli:
1. Pembeli dan penjual melakukan transaksi jual beli dengan ridha, sukarela, dan tanpa adanya paksaan dari orang lain. Allah SWT berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَاۡكُلُوۡۤا اَمۡوَالَـكُمۡ بَيۡنَكُمۡ بِالۡبَاطِلِ اِلَّاۤ اَنۡ تَكُوۡنَ تِجَارَةً عَنۡ تَرَاضٍ مِّنۡكُمۡ ۚ وَلَا تَقۡتُلُوۡۤا اَنۡـفُسَكُمۡؕ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمۡ رَحِيۡمًا
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu. QS. An-Nisa Ayat 29
2. Barang yang diperjualbelikan harus merupakan barang yang suci dan bermanfaat, bukan barang yang najis atau haram. Selain itu, barang yang akan dijual merupakan hak milik penjual sepenuhnya. Rasulullah ﷺ bersabda:
لَا تَبِعْ مَا لَيْسَ عِنْدَكَ
“Janganlah engkau menjual barang yang bukan milikmu.” (HR. Abu Dawud 3503)
Tidak diperbolehkan untuk menutupi kecacatan pada barang yang akan dijual. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ بَاعَ مِنْ أَخِيهِ بَيْعًا فِيهِ عَيْبٌ إِلَّا بَيَّنَهُ لَهُ
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Tidak halal bagi seorang muslim menjual barang dagangan yang memiliki cacat kepada saudaranya sesama muslim, melainkan ia harus menjelaskan cacat itu kepadanya” (HR. Ibnu Majah nomor 2246).
Dalam kitab Kifayatul Akhyar. 1/239, Syekh Taqiyuddin Abi Bakar al-Hushny menjelaskan:
ويشترط مع هذا أهلية البائع والمشتري فلا يصح بيع الصبي والمجنون والسفيه ويشترط أيضا فيهما الإختيار فلا يصح بيع المكره إلا إذا أكره بحق بأن توجه عليه بيع ماله لوفاء دين أو شراء مال أسلم فيه فأكرهه الحاكم على بيعه وشرائه لأنه إكراه بحق. ويصح بيع السكران وشراؤه على المذهب
“Disyaratkan bahwa jual beli dilakukan oleh ahlinya, baik penjual maupun pembeli. Tidak sah jual belinya anak kecil, orang gila dan orang yang safih. Disyaratkan juga ada waktu memilih (ikhtiyar). Tidak sah jual belinya mukrah, kecuali bila dipaksa dengan suatu haq seperti memaksa menjual hartanya untuk membayar hutangnya. Atau membeli barang yang diserahkan kepada mukrah, lalu dipaksa oleh hakim agar menjualnya kembali atau sebaliknya membelinya. Paksaan oleh hakim terhadap mukrah adala sah atas nama ada hak orang lain yang diperhatikan. Sah pula jual-belinya seorang pemabuk menurut mazhab Syafi'i.”
Itulah syarat sah jual beli, semoga kita selalu menjalankan syariat-syariat Islam agar selalu diridhai oleh Allah Swt.
(ACF)