Khaled Nabhan yang Viral Saat Berduka Atas Kematian Cucunya, Tewas dalam Serangan Udara

N Zaid - Palestina 16/12/2024
Foto: Ist
Foto: Ist

Oase.id - Khaled Nabhan, kakek yang berduka yang menjadi simbol global setelah berduka atas cucunya Reem di Gaza, telah tewas dalam serangan udara, menandai tragedi lain dalam perang yang sedang berlangsung.

Khaled Nabhan, seorang kakek Palestina yang menarik perhatian dunia dengan perpisahannya yang memilukan dengan cucunya Reem pada tahun 2023, telah tewas dalam serangan udara Israel di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah.

Khaled pertama kali dikenal dunia karena kata-katanya yang menyayat hati, “Jiwa dari jiwaku. Dia adalah jiwa dari jiwaku,” diucapkan saat ia memegang tubuh tak bernyawa Reem yang berusia 3 tahun setelah serangan udara Israel menewaskan dia dan saudara laki-lakinya yang berusia 5 tahun, Tarek, pada tanggal 22 November 2023.

Momen ini, yang diabadikan dalam gambar dan video, membawa dunia berhadapan langsung dengan kesedihan yang tak terbayangkan yang dialami oleh warga Palestina di Gaza.

Pada 16 Desember 2024, lebih dari setahun setelah kehilangan tragis itu, Khaled terbunuh oleh tembakan artileri Israel di kamp yang sama tempat ia berkabung untuk cucu-cucunya tercinta.

Kematiannya menandai babak baru dalam penderitaan rakyat Gaza yang tak henti-hentinya, saat perang Israel di Gaza memasuki hari ke-437, menewaskan lebih dari 44.976 warga Palestina dan melukai 106.759 orang.

Perpisahan yang Menyayat Hati Seorang Kakek
Momen kesedihan yang tak terbayangkan bagi Khaled menjadi simbol global dari korban jiwa akibat konflik tersebut. Dunia melihatnya dengan lembut menyeka debu dari wajah Reem, membelai rambutnya, dan mencium keningnya sambil mengulangi, "Jiwa dari jiwaku."

"Ketika saya mengucapkan kata-kata itu, kata-kata itu keluar tanpa saya sadari," ungkap Khaled kemudian dalam sebuah wawancara dengan TRT. "Saya bahkan tidak menyadari bahwa saya sedang direkam—saya benar-benar tenggelam dalam kesedihan saya."

Reem sedang bermain dengan gembira beberapa saat sebelum serangan udara yang merenggut nyawanya. Rekaman Khaled yang sedang berduka tersebar di media sosial, menyentuh hati jutaan orang di seluruh dunia, dan menjadi seruan bagi mereka yang berdiri dalam solidaritas dengan Gaza.

Khaled Nabhan, kakek yang berduka yang menjadi simbol global setelah berduka atas cucunya Reem di Gaza, telah tewas dalam serangan udara, menandai tragedi lain dalam perang yang sedang berlangsung.

Khaled Nabhan, seorang kakek Palestina yang menarik perhatian dunia dengan perpisahannya yang memilukan dengan cucunya Reem pada tahun 2023, telah tewas dalam serangan udara Israel di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah.

Khaled pertama kali dikenal dunia karena kata-katanya yang menyayat hati, “Jiwa dari jiwaku. Dia adalah jiwa dari jiwaku,” diucapkan saat ia memegang tubuh tak bernyawa Reem yang berusia 3 tahun setelah serangan udara Israel menewaskan dia dan saudara laki-lakinya yang berusia 5 tahun, Tarek, pada tanggal 22 November 2023.

Momen ini, yang diabadikan dalam gambar dan video, membawa dunia berhadapan langsung dengan kesedihan yang tak terbayangkan yang dialami oleh warga Palestina di Gaza.

Pada 16 Desember 2024, lebih dari setahun setelah kehilangan tragis itu, Khaled terbunuh oleh tembakan artileri Israel di kamp yang sama tempat ia berkabung untuk cucu-cucunya tercinta.

Kematiannya menandai babak baru dalam penderitaan rakyat Gaza yang tak henti-hentinya, saat perang Israel di Gaza memasuki hari ke-437, menewaskan lebih dari 44.976 warga Palestina dan melukai 106.759 orang.

Perpisahan yang Menyayat Hati Seorang Kakek
Momen kesedihan yang tak terbayangkan bagi Khaled menjadi simbol global dari korban jiwa akibat konflik tersebut. Dunia melihatnya dengan lembut menyeka debu dari wajah Reem, membelai rambutnya, dan mencium keningnya sambil mengulangi, "Jiwa dari jiwaku."

"Ketika saya mengucapkan kata-kata itu, kata-kata itu keluar tanpa saya sadari," ungkap Khaled kemudian dalam sebuah wawancara dengan TRT. "Saya bahkan tidak menyadari bahwa saya sedang direkam—saya benar-benar tenggelam dalam kesedihan saya."

Reem sedang bermain dengan gembira beberapa saat sebelum serangan udara yang merenggut nyawanya. Rekaman Khaled yang sedang berduka tersebar di media sosial, menyentuh hati jutaan orang di seluruh dunia, dan menjadi seruan bagi mereka yang berdiri dalam solidaritas dengan Gaza.

Namun, tanggapan Khaled terhadap tragedi itu tidak berhenti pada duka.

Simbol Ketahanan
Setelah kematian Reem dan Tarek, Khaled mengubah kesedihannya menjadi tindakan. Ia mendedikasikan dirinya untuk pekerjaan kemanusiaan, meluncurkan inisiatif bernama Reem: Soul of the Soul. Proyek ini bertujuan untuk menghadirkan momen-momen kegembiraan bagi anak-anak Gaza dengan mendistribusikan mainan dan hadiah, bahkan di tengah kehancuran akibat perang.

Khaled sering terlihat menghibur keluarga di rumah sakit, membantu yang terluka, dan mengadvokasi hak-hak anak. Melalui akun Instagram-nya, yang diikuti hampir satu juta pengikut, ia mendokumentasikan kehidupan di bawah pengepungan, memperlihatkan kepada dunia realitas sehari-hari perang Gaza. Postingannya—yang mentah dan tanpa filter—menjadi jendela ketangguhan dan penderitaan rakyat yang terkepung.

Bahkan saat berduka, Khaled tetap teguh, bertekad untuk menghormati kenangan cucu-cucunya dengan memperjuangkan hak-hak anak-anak Gaza. "Hidup mereka yang singkat tidak akan terlupakan," katanya dalam salah satu wawancara terakhirnya.

Meninggalnya Khaled telah mengirimkan gelombang kejut ke seluruh Gaza dan sekitarnya, meninggalkan warisan ketangguhan, kasih sayang, dan dedikasi yang tak tergoyahkan kepada rakyatnya. Kehilangannya adalah pengingat yang jelas tentang korban manusia yang terus berlanjut akibat perang, karena warga sipil Gaza terus menanggung beban konflik.

Seiring dengan semakin mendalamnya tragedi di Gaza, kisah Khaled Nabhan—kesedihan, cinta, dan kekuatannya—akan selalu terukir di hati jutaan orang sebagai bukti kuat akan semangat abadi rakyat Palestina.
 

Simbol Ketahanan
Setelah kematian Reem dan Tarek, Khaled mengubah kesedihannya menjadi tindakan. Ia mendedikasikan dirinya untuk pekerjaan kemanusiaan, meluncurkan inisiatif bernama Reem: Soul of the Soul. Proyek ini bertujuan untuk menghadirkan momen-momen kegembiraan bagi anak-anak Gaza dengan mendistribusikan mainan dan hadiah, bahkan di tengah kehancuran akibat perang.

Khaled sering terlihat menghibur keluarga di rumah sakit, membantu yang terluka, dan mengadvokasi hak-hak anak. Melalui akun Instagram-nya, yang diikuti hampir satu juta pengikut, ia mendokumentasikan kehidupan di bawah pengepungan, memperlihatkan kepada dunia realitas sehari-hari perang Gaza. Postingannya—yang mentah dan tanpa filter—menjadi jendela ketangguhan dan penderitaan rakyat yang terkepung.

Bahkan saat berduka, Khaled tetap teguh, bertekad untuk menghormati kenangan cucu-cucunya dengan memperjuangkan hak-hak anak-anak Gaza. "Hidup mereka yang singkat tidak akan terlupakan," katanya dalam salah satu wawancara terakhirnya.

Meninggalnya Khaled telah mengirimkan gelombang kejut ke seluruh Gaza dan sekitarnya, meninggalkan warisan ketangguhan, kasih sayang, dan dedikasi yang tak tergoyahkan kepada rakyatnya. Kehilangannya adalah pengingat yang jelas tentang korban manusia yang terus berlanjut akibat perang, karena warga sipil Gaza terus menanggung beban konflik.

Seiring dengan semakin mendalamnya tragedi di Gaza, kisah Khaled Nabhan—kesedihan, cinta, dan kekuatannya—akan selalu terukir di hati jutaan orang sebagai bukti kuat akan semangat abadi rakyat Palestina.


(ACF)
TAGs:
Posted by Achmad Firdaus