Bisakah Orang dengan Penyakit Mental Berpuasa di Bulan Ramadhan?

N Zaid - Ramadhan 23/02/2023
Ilustrasi. Foto Pixabay
Ilustrasi. Foto Pixabay

Oase.id - Menjelang bulan suci Ramadhan, baik Muslim maupun non-Muslim telah merenungkan pertanyaan tentang apakah orang dengan kondisi kejiwaan harus berpuasa selama Ramadhan dan bagaimana hal itu dapat memengaruhi kesehatan mereka.

Habib Erensoy, profesor dan ahli kejiwaan di Pusat Medis NP Etiler Universitas Üsküdar Turki, memberikan nasihat tentang puasa selama Ramadhan dan membahas pengaruhnya terhadap orang dengan gangguan mental.

Erensoy mengawali nasihatnya dengan mengatakan bahwa itu sangat bergantung pada tingkat keparahan kondisinya, dan mereka telah menerima banyak pertanyaan dari pasien mengenai hal ini menjelang Ramadhan.

“Banyak orang meminta saran kami selama periode ini, dengan pertanyaan tentang apakah mereka dapat berpuasa dan jadwal pengobatan baru mereka dan apa efek minum obat setelah lapar dan haus dalam waktu yang lama,” kata Erensoy.

“Apakah pasien psikiatri bisa berpuasa sangat terkait dengan tingkat keparahan kondisinya, apakah itu kronis dan sifat obatnya. Selain faktor-faktor tersebut, pasien perlu waspada dan berhati-hati jika memiliki penyakit kronis seperti penyakit jantung, hipertensi, epilepsi, atau diabetes,” ujarnya.

Erensoy mencatat bahwa jadwal dan pola tidur juga cukup penting bagi banyak pasien psikiatri.

“Pola tidur adalah salah satu hal penting yang harus diperhatikan di bulan Ramadhan, dan regresi tidur yang berkepanjangan dapat menyebabkan lonjakan keparahan penyakit mental.”

“Masalah lain muncul dari masalah terkait penundaan asupan obat. Pada beberapa pasien, hal ini dapat diakomodasi dengan mengubah jam tanpa menghambat dosis, namun hal ini harus dilakukan oleh ahli psikiatri,” tambah Erensoy.

Erensoy juga menunjukkan bahwa dalam kasus gangguan bipolar, pola tidur sangat penting, sedangkan obat penstabil suasana hati seperti Lithuril sangat penting untuk kadar darah.

“Lapar dan haus dalam waktu lama bisa berbahaya karena obat dapat memengaruhi kadar darah. Orang dengan gangguan bipolar perlu ekstra hati-hati dalam berpuasa dan keputusan puasa harus dibuat dengan berkonsultasi dengan psikiater,” katanya.

Erensoy mengakhiri sambutannya dengan mengatakan bahwa mereka yang memiliki kondisi psikotik seperti skizofrenia dan mereka yang memiliki gangguan yang sangat mempengaruhi kondisi mentalnya, umumnya dibebaskan dari puasa menurut aturan agama.

“Sebagian besar pasien ini menggunakan obat dalam jumlah tinggi. Bagi yang sakit ringan bisa diambil keputusan puasa, asalkan diawasi oleh psikiater,” kata Erensoy dan menambahkan, “Secara umum, keputusan harus diambil dengan mempertimbangkan kondisi fisik dan mental orang tersebut. dan berkonsultasi dengan psikiater."(dailysabah)


(ACF)
TAGs:
Posted by Achmad Firdaus