Mualaf Jepang Fatima Hoshino: Al-Quran Menyembuhkan Penyakit yang Tak Mampu Diatasi Dokter

N Zaid - Mualaf 28/10/2025
Mualaf Jepang Fatima Atsuko Hoshino. Foto: Iqna
Mualaf Jepang Fatima Atsuko Hoshino. Foto: Iqna

Oase.id -  Mualaf asal Jepang, yang kini menjadi pendakwah Fatima Atsuko Hoshino, mengungkapkan bahwa Al-Qur’an menjadi jawaban atas kegelisahan hidup yang ia rasakan sejak lama, bahkan mampu menyembuhkan penyakit yang tak berhasil ditangani oleh tenaga medis.

Kesaksian itu ia sampaikan dalam sebuah seminar bertajuk “From Atsuko to Fatima” yang digelar Departemen Ilmu Al-Qur’an dan Hadis Universitas Isfahan, Iran. Dalam forum tersebut, Hoshino menceritakan perjalanan spiritualnya hingga memutuskan memeluk Islam.

Ditemukan Setelah Bertahun-Tahun Mencari

Hoshino dibesarkan dalam keluarga yang memeluk ajaran Buddha dan Shinto. Namun, ia mengaku kerap bergulat dengan pertanyaan mendasar tentang hidup, diri, dan tujuan keberadaan manusia. Jawaban yang ia cari baru ia temukan setelah membaca dan mempelajari Al-Qur’an.

“Saya menyadari bahwa Al-Qur’an memiliki panduan seperti resep dokter,” ujarnya. “Ia menyembuhkan saya dari penyakit yang selama bertahun-tahun tidak mampu disembuhkan dokter ataupun konselor.”

Menurut Hoshino, selain memberikan ketenangan jiwa, Al-Qur’an juga menjawab pertanyaan eksistensial yang telah mengganggunya sejak masa muda. Ia menyebut kitab suci itu sebagai “panduan lengkap yang menjadi obat, tidak hanya untuk tubuh, tetapi juga untuk jiwa.”

Perubahan Cara Pandang

Melalui proses belajar Islam, Hoshino mengaku menemukan nilai-nilai baru yang sebelumnya tidak pernah ia temukan dalam lingkungan budaya dan agama asalnya.

“Untuk pertama kalinya saya merasakan kebahagiaan ketika berkata ‘ya’ kepada Tuhan dan juga kepada orang tua saya,” tuturnya. Ia kemudian memahami bahwa kepribadian, keimanan, dan spiritualitas adalah sesuatu yang bisa tumbuh setiap hari melalui usaha, sementara tubuh — yang dulu menjadi pusat perhatiannya — pada akhirnya akan melemah.

Ia menggambarkan ujian hidup setelah menjadi Muslim seperti berada dalam sebuah pressure cooker. “Tekanan dan kegelapan yang saya rasakan seperti itu. Tapi saya yakin Allah ingin saya ‘matang’ lebih cepat dan menjadi pribadi yang lebih baik.”

Kebebasan yang Baru

Meski pernah mengalami kesulitan dan tekanan sosial, Hoshino menegaskan bahwa justru di dalam kepasrahan kepada Tuhan ia menemukan makna kebebasan yang sesungguhnya.

“Saya masih mencintai kebebasan,” katanya, “tetapi kini saya menemukannya dalam penghambaan kepada Allah. Saya mengerti bahwa kebebasan sejati ada di akhirat, dan jalan untuk mencapainya adalah perjalanan yang sedang saya tempuh sekarang.”

Kini Hoshino aktif berbicara di berbagai forum lintas agama dan akademik di Iran. Ia dikenal karena pandangannya mengenai keimanan, spiritualitas, hingga peran perempuan dalam Islam — topik yang banyak menarik perhatian baik dari kalangan Muslim maupun non-Muslim. (iqna)


(ACF)
TAGs:
Posted by Achmad Firdaus