Orang Buta Pun Wajib ke Masjid, Bagaimana dengan Kita yang Sehat?

Oase.id - Shalat berjamaah di masjid adalah salah satu syiar Islam yang sangat dijaga oleh para Sahabat Nabi radhiyallāhu ‘anhum. Semangat mereka begitu tinggi hingga sulit dibayangkan. Bahkan ada di antara mereka yang dalam kondisi sakit tetap memaksa diri untuk datang ke masjid.
Diceritakan Syaikh Sa'ad al-Khatslan, seperti dicuplik dari channel YouTube YufidTV, seorang lelaki dari kalangan Sahabat yang sakit tetap dipapah oleh dua orang agar bisa berdiri dalam shaf. Padahal secara syar’i, sakit adalah alasan yang membolehkan seseorang untuk tidak hadir di masjid. Namun ia tetap datang demi meraih keutamaan shalat berjamaah.
Ibnu Mas‘ud radhiyallāhu ‘anhu bahkan menegaskan, pada masanya tidak ada yang absen dari shalat berjamaah di masjid kecuali orang munafik yang jelas-jelas kemunafikannya. Dari sini kita bisa melihat bagaimana para Sahabat menjadikan shalat berjamaah sebagai tolok ukur keimanan.
Kisah Sahabat Buta yang Diminta Tetap ke Masjid
Lebih menakjubkan lagi, ada kisah seorang sahabat buta yang meminta keringanan kepada Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Ia mengadu bahwa tidak ada penuntun yang bisa membawanya ke masjid, sehingga ia ingin shalat di rumah saja.
Namun Nabi bertanya kepadanya, “Apakah engkau masih mendengar seruan adzan?” Sahabat itu menjawab, “Ya.” Maka Rasulullah bersabda, “Kalau begitu, penuhilah panggilan itu!”
Dalam riwayat lain, Nabi bahkan menegaskan, “Aku tidak menemukan uzur bagimu.” Subhanallah, meski dalam kondisi terbatas, seorang sahabat buta pun tetap diwajibkan untuk menghadiri shalat berjamaah di masjid.
Lalu Bagaimana dengan Kita?
Jika seorang sahabat yang sakit, bahkan buta sekalipun, tetap diperintahkan untuk hadir di masjid, maka bagaimana dengan kita yang sehat, bisa melihat, dan mampu berjalan tanpa halangan? Tentu lebih tidak ada alasan bagi kita untuk meninggalkan shalat berjamaah.
Umar bin Khattab radhiyallāhu ‘anhu pernah menulis kepada para gubernurnya: “Perkara terpenting bagi kalian di sisiku adalah shalat. Siapa yang menjaganya, berarti ia telah menjaga agamanya. Adapun siapa yang melalaikannya, maka terhadap perkara lain ia pasti lebih melalaikannya.”
Nasihat ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa shalat adalah tiang agama. Menjaga shalat berjamaah bukan sekadar rutinitas, melainkan bukti keseriusan kita dalam menjaga agama.
Maka, mari renungkan. Jika para Sahabat rela bersusah payah demi shalat berjamaah, apa alasan kita yang sehat untuk absen dari masjid?
Doa Penutup
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ عُمَّارِ مَسَاجِدِكَ، وَثَبِّتْ قُلُوبَنَا عَلَى صَلاَتِكَ، وَارْزُقْنَا حُبَّ الْجَمَاعَةِ وَحُسْنَ الْخُشُوعِ فِي رِضَاكَ.
“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang memakmurkan masjid-Mu, tetapkanlah hati kami untuk selalu menegakkan shalat-Mu, dan karuniakanlah kepada kami cinta berjamaah serta kekhusyukan dalam mencari ridha-Mu.”
(ACF)