Indonesia dan Suriah Perkuat Sinergi Pendidikan Ulama dan Pengelolaan Wakaf
Oase.id - Masjid Istiqlal Jakarta kembali menjadi ruang diplomasi keagamaan internasional. Kali ini, Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menerima kunjungan Menteri Wakaf Suriah, Syaikh Muhammad Abu Khoiri Syukri, bersama rombongan ulama Syam. Pertemuan kedua tokoh ini menandai langkah baru dalam memperkuat kerja sama pendidikan kader ulama dan pengembangan wakaf antara Indonesia dan Suriah.
Dalam kesempatan itu, Syaikh Abu Khoiri menyampaikan apresiasi atas sambutan hangat pemerintah dan masyarakat Indonesia. Ia menilai Indonesia sebagai contoh negara Muslim yang mampu menjaga kedamaian, keragaman, dan persatuan di tengah dunia Islam yang dinamis.
“Indonesia dikenal dengan akhlaknya, dan Suriah dikenal dengan kedalaman ilmunya. Bila keduanya bersatu, dunia Islam akan mendapatkan manfaat besar,” ujar Syaikh Abu Khoiri.
Menurutnya, Suriah saat ini tengah memasuki masa pembangunan kembali setelah konflik panjang. Pemerintah dan ulama Suriah membuka ruang kolaborasi dengan berbagai negara, termasuk Indonesia, untuk mengembangkan pendidikan Islam, riset keilmuan, dan pemberdayaan ekonomi umat. Ia menekankan pentingnya ta’awun atau kerja sama kebaikan antarnegara Muslim di bidang ilmu syariah, pendidikan, dan kemanusiaan.
“Kita harus terus berkomunikasi dan menjalin kerja sama dalam kebaikan, agar kedua negara Muslim ini dapat menjadi contoh dalam menciptakan masyarakat yang adil, makmur, dan penuh kedamaian,” imbuhnya.
Salah satu ulama Syam, Muhammad Rajab Dieb, juga menyoroti pentingnya keseimbangan antara ilmu dan pembinaan akhlak (tazkiyatun nafs) sebagai fondasi lahirnya ulama sejati. “Ulama bukan hanya penyampai ilmu, tapi juga pembawa cahaya dan teladan. Jika akhlak dan ilmu berjalan seiring, dakwah akan mudah diterima,” ujarnya.
Menag Nasaruddin Umar menyambut baik gagasan tersebut. Ia menegaskan bahwa Masjid Istiqlal kini menjadi pusat pembinaan kader ulama dan telah menjalankan program pendidikan ulama sejak masa pandemi, mengingat lebih dari 800 ulama Indonesia wafat akibat Covid-19.
“Indonesia membutuhkan kesinambungan kader ulama. Tradisi keilmuan Syam adalah rujukan dunia Islam, dan hubungan ulama Nusantara dengan Syam sudah terjalin sejak lama,” ungkap Menag.
Dalam dialog itu, Menag memaparkan sembilan prioritas kolaborasi strategis antara Indonesia dan Suriah, antara lain:
-
Pertukaran mahasiswa dan dosen kedua negara;
-
Pengiriman pengajar bahasa Arab dari Suriah ke Indonesia;
-
Kerja sama riset di bidang keagamaan dan sains;
-
Penguatan zakat dan wakaf produktif untuk ekonomi umat;
-
Program pemberdayaan perempuan berbasis pendidikan Islam;
-
Kajian fikih kontemporer;
-
Pertukaran pendaftaran perguruan tinggi;
-
Deklarasi kemitraan pendidikan dan peradaban Islam Indonesia–Suriah;
-
Penguatan kolaborasi antar lembaga pendidikan Islam.
“Kami siap menindaklanjuti seluruh peluang kerja sama yang disepakati antara kedua pihak,” kata Nasaruddin.
Menutup pertemuan, Menag menegaskan komitmen Indonesia untuk terus memperkuat diplomasi keagamaan sebagai jembatan perdamaian dan peradaban dunia. “Semoga sinergi antara Indonesia dan Suriah membawa keberkahan bagi umat Islam di seluruh dunia,” pungkasnya.
(ACF)